Setelah kurang lebih dua minggu berada di rumah, kini Alya kembali. Kembali memijaki sekolahnya yang amat ia rindukan.
Tetapi mungkin semester ini akan berbeda. Ya tentu saja begitu, karena Arga akan hiatus dari sekolah ini untuk beberapa saat. Alya akan sangat merindukan sosok itu, karena menurutnya tak ada orang yang dapat menggantikan Arga.
Dua hari yang lalu Arga melakukan video call dengan Alya. Hanya beberapa menit, tetapi membuat Alya bahagia. Sebisa mungkin Arga menghubungi Alya seminggu sekali atau kalau bisa sehari sekali.
Apapun itu, Alya menginginkan pria itu sehat selalu, bahkan neneknya juga. Semakin cepat neneknya Arga sembuh bukankah semakin cepat pula Arga kembali ke negeri ini?
Kini Alya berjalan santai di koridor. Matahari sudah terlihat jelas, menyinari sekolahnya. Para murid pun berlalu lalang walau tak begitu ramai.
Alya merindukan tempat ini, merindukan kantin, merindukan teman-temannya walaupun teman-temannya tak merindukan Alya.
Beberapa murid yang berada di kelas bawah menyapanya. Membuat Alya tersenyum, setidaknya ada orang-orang ramah walau Alya tak mengenal mereka. Entahlah hari ini hatinya berbunga-bunga.
Perlahan Alya menaiki anak tangga, dan ternyata ada Nicho yang tak jauh darinya.
" Nicho!! " panggil Alya lalu berlari kecil menghampiri Nicho.
" Pelan-pelan, Al! " peringat Nicho yang tak di hiraukan Alya. Alya tetap antusias menaiki tangga sampai—
Bukkk
" Eh—"
" Alya!! " panggil Nicho, menghampiri Alya.
" Aduh, sorry gue enggak sengaja, " ucap Alya pada seorang pria yang tak sengaja Alya senggol membuat buku yang dipegang pria itu terjatuh.
" Buku gue, " ucapnya membuat Alya mengangguk paham.
" Nih, bukunya. Gue minta maaf ya, " ucap Alya sembari memberi buku itu padanya. Tetapi pria itu hanya diam sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.
" Gue mau yang baru. Bukan buku lecet kayak gitu, " ucap pria itu membuat Alya menatapnya tak percaya.
" Eh!! Ini buku lecet dari mananya? Cuma gores dikit doang!! Lagi pun ini buku kayaknya masih baru! " teriak Alya.
" Kembaliin buku itu, harus seperti sebelum buku itu jatuh, " ucapnya datar membuat Alya naik pitam.
" Lo!! Bikin gue emos—"
" Lo berusaha meres Alya hah! " kini giliran Nicho yang maju.
" Gue tunggu sampe besok, " ucap pria itu tanpa menatap Alya maupun Nicho. Kemudian pria itu berjalan berlawanan arah dengan keduanya.
" Setan!!! Woi!! Uhhh!! " geram Alya mengumpati pria tadi.
" Gila tuh cowok, " ucap Nicho mewakilkan. " Udah enggak usah diganti. Kasih aja buku itu. "
Alya menatap buku komik yang dipegangnya. Memang benar buku itu nampak baru, seperti baru terbuka dari plastiknya. Hanya saja sedikit—ingat hanya sedikit goresan pada ujung buku karena terjatuh tadi.
" Setan itu anak! " geram Alya.
" Udah, pagi-pagi enggak usah emosi. Ke kelas yuk, " ajak Nicho pada akhirnya yang diangguki Alya.
*****
Di kelas 10 IPA-5.Awal sekolah seperti ini tentu saja guru tak hadir memasuki kelas. Kemungkinan esok KBM akan berjalan normal. Jika seperti ini maka yang dilakukan murid pada umumnya adalah—seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA [ COMPLETE ] ✔
Teen FictionAlya Harja Kusuma, wanita cantik yang kini tengah mempersiapkan pernikahannya. Suatu ketika, tanpa disengaja Alya menemukan sebuah kotak yang berisi kenangan masa SMAnya. Lalu ingatannya kembali pada 10 tahun terakhir, mengingat masa-masa SMAnya b...