Akhirnya. Setelah dua hari tidak sekolah, kini Alya kembali lagi. Untungnya kaki Alya sudah membaik berkat tukang urut itu.
Entah mengapa Alya banyak mengalami de ja vu. Seperti kehadiran Zelvin yang mengingatkannya pada Arga, tapi sungguh Zelvin lebih kejam. Lalu kejadian di mana kakinya kembali terluka. Bedanya saja ya, pergantian tokoh di mana Arga tidak ikut andil.
Sedari tadi di kelas Alya hanya menutup telinganya karena celotehan dari kedua temannya itu yang selalu bertanya.
" Tuh kan! Gue kan udah bilang jalannya barengan gue aja! Walau ada Mamat juga enggak masalah! Yang penting jangan sendirian! " maki Dinda seperti emak-emak. Sedangkan Alya sedari tadi hanya diam mendengarkan.
" Lain kali hati-hati, Al, " ucap Ananti membuat Alya mengangguk.
" Untung Dio dateng, " ucap Dinda yang sudah tau kala Alya menceritakan kejadian kemarin, tetapi Alya menghilangkan nama Zelvin di ceritanya, ia tidak ingin temannya tau.
" Itu geh setelah gue telepon dari kalian enggak ada yang angkat! " gerutu Alya.
" Ya kan hp gue di nonaktifkan, " alesan Dinda.
" Maaf ya, Al enggak bisa bantu, " ucap Ananti.
" Iya santai aja, " jawab Alya.
" Hari ini pelajaran olahraga. Ngambil nilai basket, nanti gue bilangin deh ke pak killer kalo kaki lo lagi sakit, " ucap Dinda.
" Sebenarnya sih ya itu yang gue mau, tapi gue takut kena amuk pak killer, " sahut Alya yang membayangkan betapa galaknya guru olahraga mereka.
" Udah tenang aja gue yang bakal bilang, " sambung Dinda.
" Makasih ya, " ucap Alya membuat Dinda mengangguk.
" Eh, btw kita satu lapangan loh sama anak kelas Bahasa, " ucap Dinda memberitahu.
" Bahasa berapa? " tanya Ananti.
" Bahasa-1, " jawab Dinda membuat Alya tersenyum geram. Dalam hati ingin mengumpat rasanya.
" Udah mau bel nih, siap-siap yok ganti baju, " ajak Dinda diangguki keduanya.
" Kalian duluan deh, gue mau hubungin seseorang dulu, " ucap Ananti yang kini mengeluarkan ponselnya.
" Pasti Jefri? " tebak Dinda membuat Ananti tersenyum malu.
" Si bucin, dah lah kuy Din, " ajak Alya lalu keduanya meninggalkan kelas.
*****
Saat ini lapangan sudah diambil alih oleh kelas 10 IPA-5 dan kelas 10 Bahasa-1. Sebenarnya ini memang jadwal kelas 10 IPA-5 di awal pelajaran, sedangkan kelas Bahasa nanti di jam kedua. Tetapi berhubung guru olahraga kelas Bahasa baru saja pensiun semester kemarin jadilah guru olahraga kelas IPA yang mengambil alih dan menukar jam pelajaran mereka." CEPAT!!! ENGGAK USAH KAYAK SIPUT!!! " teriak guru itu.
" Coba mana ketua kelas IPA dan Bahasa!!! Cepat cepat cepat!!! " teriak guru itu lagi.
" Hadir, Pak!! " jawab kedua ketua kelas dari masing-masing kelas.
" Ambil bola basket! Materi kali ini permainan bola basket!! Enggak ada yang enggak main!! " teriak guru itu membuat semua murid diam menunduk.
" Pak! " semua mata kini menatap Dinda yang mengangkat tangannya.
" Apa?!!! "
" It-u, jadi kan te-men saya kakinya sakit. Bo-boleh enggak dia enggak ikut main? " ucap Alya terbata.
" Siapa?!!! "
" Alya, Pak, " jawab Dinda.
" Sini yang namanya Alya!! " ucap guru itu membuat Alya maju menghadapnya. Dalam hati Alya merutuki dirinya yang ingin tak mengikuti pelajaran. Tahu gitu bukankah ia ikut saja dari pada harus berhadapan dengan guru killer ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA [ COMPLETE ] ✔
Teen FictionAlya Harja Kusuma, wanita cantik yang kini tengah mempersiapkan pernikahannya. Suatu ketika, tanpa disengaja Alya menemukan sebuah kotak yang berisi kenangan masa SMAnya. Lalu ingatannya kembali pada 10 tahun terakhir, mengingat masa-masa SMAnya b...