2 : Menjelang Bazar

1.3K 102 0
                                    

Saat ini lapangan SMA Megantara sudah di penuhi siswa siswi dari kelas 10, 11, dan 12. Belum ada yang tau mengapa semuanya di kumpulkan. Sampai akhirnya lelaki yang diketahui sebagai ketua Osis itu berdiri di atas mimbar.

" Mohon perhatiannya semua, " ucap lelaki itu membuat semua terdiam dan hanya ada suaranya saja, " Jadi kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya mengumpulkan kalian di sini, " lanjutnya. Beberapa murid mengeluh karena sang ketua osis begitu bertele-tele.

" Jadi sekolah kita akan mengadakan bazar besar-besaran. Bazar ini terbagi menjadi tiga, yaitu buku, makanan dan ini yang spesial sih, alat musik. Acara ini akan dilaksanakan besok sore sampai malam hari. Jadi selepas pulang sekolah kalian bisa langsung ke SMA Megantara, untuk pakaian lebih enaknya bebas aja, " ucap ketua osis itu. Sorak sorai dari para siswa yang ada, senang karena besok tidak akan belajar pastinya dan berbelanja dengan harga yang terjangkau itu adalah hal yang menyenangkan.

" Baik segitu saja yang dapat saya sampaikan. Terima kasih, " ucapnya lalu turun dari mimbar.

Perlahan lapangan mulai di tinggalkan dan kebanyakan lebih memilih untuk mendatangi kantin.

Tetapi tidak dengan tiga gadis cantik ini yang kini tengah duduk di tepi lapangan sembari melihat para siswa bermain basket.

" Ah enggak sabar gue mau ikut bazar, " ucap Dinda antusias.

" Gue bakal beli buku romance, lumayan lah nambah koleksi, " sambung Ananti.

" Kalo gue sih pastinya makanan nomor satu! Uhh, enggak sabar deh, " ucap Dinda tak sabar.

" Kalo gue bakal beli alat musik, gitar mungkin? " ucap Alya membuat temannya terheran.

" Sejak kapan lo suka alat musik Al? " tanya Dinda.

" Enggak terlalu suka sih, cuma gue tuh kepingin belajar main gitar aja gitu, " jawab Alya.

" Kebanyakan gaya, " timpal Ananti membuat Alya mengerucutkan bibirnya.

" Al, " panggil seorang pria berpakaian rapi, dan terlihat tampan, membuat Alya kebingungan, pasalnya ia tak pernah mengenal lelaki yang ada di depannya ini.

" Ya? " tanya Alya heran.

" Gue—Gue—Gue mau—" ucapnya terbata.

" Lo ngomong apa sih. Coba yang jelas," pinta Alya.

" Gue mau bilang kalau—gue suka sama lo, Al. Lo—apa lo mau jadi pacar gue? " ucap pria itu membuat Alya berdiri.

" Kenapa lo mau jadi pacar gue? Dan kenapa juga gue harus jadi pacar lo? " tanya Alya. Nampak pria itu nampak gugup berhadapan dengan Alya.

" Karena lo baik, dari tampilan lo aja gua bisa nilai, dan gue tulus, Al. Gue bisa jamin lo bahagia sama gue, " ucapnya membuat Alya terkekeh.

" Tau dari mana lo gue baik? Muka gue emang keliatan tampang baiknya? Lo perlu tau kalau gue itu berbahaya. Mending jauh-jauh deh dari gue. "

" Gua enggak percaya, "  ucap lelaki itu.

Alya tersenyum, " Lo suka gue karena gue cantik kan? Bukan karena baiknya diri gue? " tanya Alya.
Sedangkan kedua temannya itu hanya menyaksikan drama yang berlangsung.

" Enggak mungkin lah gue cuma mau mandang cantik lo doang, gua tulus, bagi gue cantik itu belakangan, " jawabnya membuat Alya memutar bola matanya.

" Halah! Muka-muka kayak lo itu enggak bisa di percaya! Kalau lo enggak mandang cewek dari fisiknya, noh lo pacarin aja cewek yang lain! Yang lebih baik dari gue! Yang lebih cerdas dari gue! Gimana? Berani? " tanya Alya geram. Setelahnya, Alya pergi meninggalkan pria itu, kejadian itu bahkan mengundang beberapa murid untuk menyaksikan.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang