37 : hari Mamat dan Dinda

521 59 4
                                    

Arga merebahkan tubuhnya di ranjang tidurnya. Setelah bicara dengan Ananti tadi Arga malah menjadi bimbang. Menimang sebuah keputusan, apakah iya atau tidak.

Hal yang harusnya Alya tahu, kini orang lain duluan yang tahu. Hanya karena sebuah pertengkaran. Entah siapa yang salah dalam situasi ini.

Arga menghidupkan ponselnya. Beberapa chat masuk, tetapi bukan itu yang ia harapkan. Gadis itu sama sekali tidak menghubunginya. Apa perlu Arga mengalahkan gengsi?

Beberapa kali Arga mengetik dan menghapus kembali pesan yang hendak di kirim. Bingung harus apa. Sampai pada akhirnya-

From Arga
Jangan lupa besok!

Tak ada kata-kata lagi. Arga merasa canggung kembali pada Alya. Menunggu sampai lima menit tak ada balasan. Membuat Arga mendengus, lalu menonaktifkan ponselnya.

Pria jangkung itu kini beranjak dari kasurnya menuju lantai bawah.

Di lantai bawah Arga tak menemukan siapapun. Asisten rumah tangga, papa ataupun sang mama. Rumah seakan hanya ada Arga saja.

Arga mengambil satu botol air dingin dari kulkas, meneguknya sampai habis tak tersisa. Lalu kembali melangkah menuju kamarnya.

" Eh, Arga. " panggilan itu membuat Arga berhenti dan menoleh. Mendapati Arin yang tersenyum ke arahnya.

" Kenapa, Ma? " tanya Arga.

" Kamu udah beres-beres? " tanya Arin.

" Belum, " jawab Arga singkat.

" Di beresin dong. Masa harus Bibi lagi sih yang beresin, kan kasian, " ujar Arin.

" Kenapa enggak Mama aja yang beresin barang-barang Arga. Kan Mama orang tua Arga, yang seharusnya ngurusin anak sendiri, " ucap Arga penuh penekanan.

" Arga-" Arga tak menghiraukan. Pria itu justru melangakah pergi menjauhi Arin. Membuat wanita berumur empat puluhan itu mendengus pasrah.

*****
Sedari tadi Alya hanya menatap ponselnya kosong. Bingung, memikirkan jawaban apa yang harus ia beri.

Arga membuat pertahannya goyah. Niat awal menjauhi justru tak berhasil. Alya bingung mengapa ini bisa terjadi. Bertemu pria aneh, yang selalu membuatnya berharap. Atau justru Alya lah yang aneh karena mauan saja diperlakukan seperti itu oleh Arga. Di jadikan bahan pelampiasan.

Alya mendengus kesal. Gadis itu melempar ponselnya asal. Ia tak menghiraukan chat dari Arga kali ini.

Alya melangkah menuju balkon. Menikmati udara malam yang menusuk kulitnya.

Harusnya dari awal ia menjauhi yang namanya pria bukan? Lagi. Gadis itu mendengus.

" Arga. Hal apa yang lo mau kasih tau ke gue? Kenapa gue deg-degan, " monolog Alya.

Kejadian beberapa hari lalu membuat Alya berfikir. Hal penting apa yang hendak Arga katakan. Rasanya Alya ingin menuntut pria itu untuk segera mengatakan. Tetapi situasi selalu tidak mendukung.

" Besok. Gue berharap bukan berita buruk yang bakal lo kasih ke gue, Ga. Jangan, " lirih Alya.

*****
Class meeting

Salah satu waktu yang disukai para murid selain libur. Bagaimana tidak? Bukankah mereka bisa bebas? Tanpa belajar, bersenang-senang sebelum akhirnya berpisah untuk beberapa minggu.

Masa yang menyenangkan.

Waktu seperti ini lah yang digunakan murid untuk berulah. Seperti-

" Eh kalian tau enggak sih? Kakak kelas yang ikut exskul basket itu, gile parah ganteng banget!!! "

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang