39 : sakit hati

565 62 2
                                    

Alya semakin mengeratkan jaket yang membaluti tubuhnya. Cuaca semakin dingin di tempat itu, dan satu persatu para pengunjung mulai meninggalkan resto.

Beberapa menit yang lalu Arga mengiriminya chat. Menyuruhnya agar menunggu dirinya sebentar. Bahkan Alya tidak tahu Arga ada di mana saat ini.

Alya berharap Arga tak mengecewakannya lagi kali ini. Hari ini sudah cukup, buat Alya bahagia dan bersenang-senang.

" Alya. " panggilan itu membuat Alya menoleh ke sumber suara. Alya menaikkan sebelah alisnya, bingung.

" Dio? Ngapain di sini? " tanya Alya.

Dio duduk di kursi berhadapan dengan Alya.

" Gue di suruh Arga jemput lo. Dia ada urusan penting, " jawab Dio.

" Urusan penting? Apa? Kenapa dia tega ninggalin gue sendirian? Dia bilang enggak bakal lama. Dia udah janji Dio, " ucap Alya beruntun membuat Dio prihatin.

" Mending kita pulang, Al. Udah malem, cuacanya juga makin dingin, " ucap Dio kemudian berdiri.

" Gue—enggak habis pikir. Arga kemana, Di? Urusan penting apa sampe dia ninggalin gue sendirian? " tanya Alya, sedih.

" Sesuatu mungkin. Kita pulang aja ya, " ucap Dio lagi membuat Alya pasrah berdiri dan berjalan bersama Dio meninggalkan tempat itu.

Dio membukakan pintu mobil untuk Alya, tetapi Alya diam saja seolah tengah berfikir.

" Al. Kenapa bengong? Masuk gih. "

" Di. " Alya menatap Dio. " Gue harap urusan penting itu enggak ada kaitannya sama Ananti, " ucap Alya membuat Dio terdiam. Tentu Dio tau apa yang terjadi, kalau bisa ia ingin marah saat ini juga melihat kelakuan sahabatnya itu.

" Al—"

" Iyakan, Di? " tanya Alya lagi.

" Gue enggak tau, Al. Gue cuma disuruh Arga buat jemput lo. Sekarang masuk ya, kita pulang, " ucap Dio.

Alya menyeka sedikit air mata yang hendak keluar. Lalu ia memasuki mobil Dio. Saat itu juga Dio langsung saja menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Di perjalanan Dio memilih untuk tidak mengganggu Alya. Dan juga Alya pun sepertinya lebih sibuk dengan ponselnya.

Dio melirik ke arah Alya. Sepertinya gadis itu tengah mengarahkan ponselnya ke hadapan wajahnya. Seperti hendak melakukan—video call.

" Ngapain, Al? " tanya Dio.

" Mau video call Arga, " jawab Alya.

" Apa perlu? Gue rasa dia lagi sibuk. "

" Cuma mau buktiin kalo dugaan gue itu salah, "

" Dugaan lo pasti salah, Al. Enggak mungkin lah Arga nyamperin Ananti sampe rela ninggalin lo, enggak —mungkin, " ucap Dio meyakinkan Alya.

" Lo tau, Di? Semakin lo bicara kayak gitu. Semakin gue yakin kalo lo sebenarnya tau apa yang terjadi, " ucap Alya membuat Dio gelagapan.

" Lo liat? Panggilan di tolak, " ucap Alya melihat layar ponselnya. Lalu Alya menurunkan ponselnya, menaruhnya di pangkuan.

" Lo baik-baik aja? " tanya Dio was-was.

" Gue udah berusaha percaya sama Arga. Tapi Arga selalu buat gue ragu sama dia. Gue enggak suka kebohongan, Di. Apa salahnya Arga bilang jujur. Kalo dia mau nemuin Ananti. "

" Kok lo berfikiran kayak gitu, Al. "

" Yang gue omongin bener kan? Ananti selalu lebih penting dari apapun, Di. "

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang