Alya berjalan lesu memasuki sekolahnya. Tidak ada semangat seperti kemarin, yang ada hanya rasa-ya sedikit sedih dan tak bertenaga.
Alya sebenarnya masih memikirkan pesan Arga. Bohong apa yang dimaksudkan pria itu? Sepertinya Alya belum pernah berbohong padanya semenjak Arga pergi.
Alya mendengus pelan. Entahlah, mungkin saja itu hanya perasaan Alya, merasa bahwa Arga tengah-menyindirnya.
Alya menaiki tangga dengan lesu. Hari masih pagi, dan juga belum banyak murid yang datang.
Sampai ia melihat seorang siswa yang sesungguhnya ia jarang lihat. Pria yang sama yang bertemu Alya di tangga waktu itu.
" Lo lagi. Lo lagi, " ucap Alya menatap pria itu. Sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah datar sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.
" Buku gue, " ucapnya membuat Alya berdecak.
" Enggak usah ngadi-ngadi lo! Kemarin gue datengin toko buku, katanya stok buku yang kayak lo itu udah abis! Dan yang terakhir beli anak muda! Pasti lo kan? " sarkas Alya.
" Dunia ini banyak anak muda, " jawabnya santai, walau ya sungguh itu benar.
" Nih, buku lo. Gue enggak tau beli di mana, toko online juga enggak ada. Sebagai ganti luka gores yang bahkan enggak terlihat itu! Gue tambahin uang nih! " ucap Alya kesal, kemudian Alya memberikan uang seratus ribu pada pria itu.
" Gue enggak butuh uang lo, " jawab pria itu membuat Alya mendengus. Alya seperti flashback awal pertemuannya dengan Arga.
" Terus lo maunya apa?! " tanya Alya pasrah.
Pria itu menuruni satu anak tangga agar bisa sejajar dengan Alya. Lalu ia mengambil buku komik yang ada di tangan Alya dengan kasar. Kemudian melangkah pergi." Dasar gila! Ngerepotin banget dah! Tau gitu dari kemaren aja ngambilnya! " geram Alya, lalu ia kembali berjalan menuju kelasnya.
*****
Bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Saat ini Alya, Dinda, Ananti berada satu meja bersama Dio, Mamat, Nicho dan-Jefri.Sebenarnya Dio sudah mendumal saat tahu Mamat mengajak Ananti juga bersama. Entah mengapa Dio semakin tak suka dengan Ananti, bahkan dari awal bertemu.
" Ohoho, kata Dinda ada anak baru lagi ya? " tanya Mamat sembari mengaduk-aduk bakso kuahnya.
" Di jurusan gue ada tiga siswa baru sih, " sahut Jefri.
" Lah banyak amat. Kata Dinda ada di kelas Bahasa, " ucap Mamat lagi.
" Apa untungnya sih bahas mereka yang sama sekali enggak kita kenal hah? " sahut Dio sembari menyeruput es jeruknya.
" Jangan gitu, siapa tau mereka bisa jadi temen kita kan? Mending banyakin temen ah, pada musuh, " ucap Mamat membuat Dio memutar bola matanya.
" Gue sih stalkerin yang anak Bahasa aja. Soalnya dia ganteng, " sahut Dinda membuat Mamat yang mendengarnya melotot.
" Apa?!! Dia ganteng? Ngelebihin Mamat?! " tanya Mamat penasaran.
" Iya lah, dia ganteng abis sih. Cool gitu, beda jauh sama lo!! " jawab Dinda.
" Dinda kok gitu sama Mamat? " ucap Mamat menunjukkan raut sedihnya.
" Mat, Mat. Kalo ada yang lebih menarik dari lo kenapa mesti pertahanin cowok kayak lo! Hahah! " ucap Dio tertawa puas, tanpa menyadari dapat menyakiti hati Mamat.
" Iya gue nyadar, " sahut Mamat lalu kembali menyantap bakso kuahnya.
" Enggak, Mat. Lo yang terbaik, walau dia lebih ganteng dari lo, lo tetep yang terbaik, " ucap Dinda menyemangati membuat Mamat kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALYA [ COMPLETE ] ✔
Teen FictionAlya Harja Kusuma, wanita cantik yang kini tengah mempersiapkan pernikahannya. Suatu ketika, tanpa disengaja Alya menemukan sebuah kotak yang berisi kenangan masa SMAnya. Lalu ingatannya kembali pada 10 tahun terakhir, mengingat masa-masa SMAnya b...