52 : pilihan

490 43 6
                                    

" Enggak, Al! " potong Arga. " Gue enggak mau denger lo ngomong lebih lanjut. Tapi lo harus tau kondisinya! Gue-gue, peduli sama lo, gue mikirin lo, tapi gue juga enggak bisa ngabaikan Ananti. "

" Sebagai? " tanya Alya maju selangkah menatap lekat Arga.

" Sahabat? Atau orang yang lo cinta? " tanya Alya penuh penekanan.

Arga mendekati Alya, mengelus pucuk rambut Alya, dengan cepat Alya menepisnya.

" Ananti enggak lebih penting dari lo, Al, " ucap Arga melemah.

" Apa gue harus percaya? " tanya Alya menentang.

" Iya, " jawab Arga.

" Buktiin! "

" Apa? " tanya Arga.

" Buktiin kalo gue lebih penting dari Ananti. Berhenti kasih Ananti perhatian lebih! " ucap Alya membuat Arga terdiam menatapnya.

Alya mengusap air matanya kasar, kembali menatap Arga, lalu mulai melangkah mundur dan pergi meninggalkan pria itu. Isakan tangisnya kian menjadi. Entah apa yang Alya katakan, seperti Alya sungguh egois membuat Arga berada dalam sebuah pilihan.

Ananti sudah Arga anggap sebagai sahabat, sedangkan Alya? Bahkan tidak ada status di antara keduanya. Dan bagaimana bisa Alya mengatakan pada Arga untuk menjauhi Ananti?

Alya berjalan gontai, ia meninggalkan acara itu tanpa sepengetahuan orang tua nya. Alya tersenyum miris, menyadari perkataan Nicho. Bahwa hari ini ia tidak akan menyesal mendatangi acara tersebut.

Gue tetep nyesel buat dateng! Bahkan ini parah!

Seketika Alya menghentikan langkahnya ketika menyadari bahwa seseorang mengikutinya.

****
Arga melampiaskan amarahnya dengan meninju pohon yang didekatnya. Pria itu terus-terusan menyakiti tangannya guna melampiaskan amarahnya.

Ia kesal, marah. Tentu saja menyalahkan diri sendiri yang tidak becus menjadi seorang pria. Di satu sisi Arga sungguh benar menyukai Alya, tapi di sisi lain Arga juga telah berjanji pada Ananti menjadi sahabat yang selalu ada untuknya.

Arga terus meninju pohon membuat genggaman tangannya mengeluarkan cairan merah.

Andai lo tau, Al kalo gue selalu nanyain kabar lo ke Ananti, gue selalu bicara tentang lo ke Ananti, gue selalu kirim pesan ke lo lewat Ananti, kalo gue rindu sama lo, gue kangen sama lo, gue mau denger suara lo, atau bahkan ngeliat muka lo dari jauh. Segitu enggak punya keberaniannya gue ngadepin lo, Al. Gelar brengsek buat gue emang patut di beri.

Andai gue bisa bilang, kalau malam ini gue bahagia ketemu sama lo, dan gue mau bilang kalau lo cantik, Al. Lo perempuan paling cantik yang pernah gue liat.

" Gue udah peringatin ke lo. Kabarin gue atau enggak Dio buat nitip pesan ke Alya. Walau Ananti itu sahabat lo, tapi dia juga bisa cemburu, Ga. " Arga tak menoleh, ia tahu siapa yang menghampiri.

*****
Alya melanjutkan langkahnya kala melihat ke belakang ternyata tidak ada orang. Tidak ada yang mengikutinya. Bahkan Alya sungguh mengharapkan Arga mengejarnya.

" Lo itu siapa sih, Alya? Berharap buat Arga ngejer lo! " monolog Alya, sembari terus berjalan.

Sampai ia benar-benar merasakan langkah kaki seseorang kian mendekat. Alya takut, bisa jadi itu orang jahat, sedangkan kawasan ini sepi. Alya sudah berjalan cukup jauh dari tempat acara, tidak mungkin ia berbalik.

Alya memejamkan matanya, berusaha meminimalisir degub jantungnya. Kini Alya mulai melepas sepatu haknya, berjaga-jaga kalau saja ada seseorang yang berniat jahat maka Alya akan berlari sekencang mungkin. Setelah melepas sepatunya, Alya mencoba memberanikan diri berbalik badan.

ALYA [ COMPLETE ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang