● RAVANIA ~ 4 ●

40.5K 2.9K 107
                                    

■■■ Coffielatte  ■■■


Vania menghembuskan nafas kasar, karna kelakuan para kakak kelas tadi, bajunya jadi basah seperti ini,  bahkan sedari tadi ia sibuk mengipasi bajunya di ruang uks bersama anggi tentunya.

" Van lebih baik lo beli baju baru aja deh di koperasi, sampek kapan lo kipasin tu baju, yang ada malah gak kering - kering "- jelas anggi yang memilih membantu vania dengan ikut mengipasi bajunya.

" Gak perlu kok "- tolak vania seraya menggeleng kuat

" Gue beliin van, apa masih gamau "- tawar anggi

Vania menggeleng kuat " Aku gak papa kok, habis ini juga kering "- jelas vania

" Ck, Heran deh sama orang kek lo, kenapa mau mau aja dijadiin bahan bully an kek gini "- jelas anggi yang mampu membuat vania terdiam

" Kenapa sih lo gak ngelawan, sumpah gue juga gapaham kenapa para kakak kelas kek gitu suka banget ngebully lo "- geram anggi, dia hanya rakyat dari kalangan menengah, apa yang harus ia banggakan, tidak ada bukan, kalau dia melawan, apa pengaruhnya? Bukankah justru mereka akan semakin gencar membully nya.

" Apalagi tuh si rafi, dia kan cowok, kenapa malah jadi ikut an bully lo mulu, apalagi ini bukan sekali dia bully lo, udah berkali - kali dan lo tetep diem "- geram anggi sedikit tak mengerti dengan jalan pikir gadis dihadapannya ini.

Jika dipikir - pikir memang benar, lelaki dengan pahatan bak dewa Yunani itu selalu membully dirinya, entah apa kesalahan yang vania perbuat hingga lelaki itu begitu benci padanya.

" Udah kering ?"- tnya anggi yang melihat vania sudah berhenti mengipasi seragamnya

" Belum, tapi kita masuk ke kelas aja ayok,  bel masuk kan habis ini bunyi "- jelas vania

" Lo yakin masuk dengan keadaan basah gini? "- tnya anggi merasa tak yakin, pasalnya baju gadis itu benar - benar masih basah

" Iyah, udah ayo "- ajak vania yang mampu membuat anggi menggelengkan kepalanya .

□□□ Happy Reading □□□


Kringgggggg ...

Bel pulang sekolah menggema keseluruh penjuru hingga membuat para siswa - siswi yang tadinya bermalas - malasan justru merasa begitu semangat.

Vania sibuk memasukkan semua buku - bukunya ke dalam tas, sebenarnya sedari tadi ia merasa begitu kedinginan karna baju nya yang basah.

" Ayo pulang van "- ajak anggi, vania mengangguk samar, ia harus segera pulang kerumah sekarang .

Keduanya berjalan bersebelahan melewati koridor - koridor sekolah, lagi - lagi vania berusaha tak mendengarkan bisikan - bisikan para siswa - siswi yang terang - terangan menghujat dirinya, ini benar - benar sudah biasa ia alami.

Keduanya sampai didepan gerbang sekolah dengan cepat, bahkan para siswa - siswi pun tengah sibuk menunggu untuk dijemput, sedangkan vania? Tentu gadis itu juga tengah menunggu, tak jarang motor serta mobil yang memiliki merk begitu mendunia itu menjejakkan diri di sekolah ini, vania tersenyum miris  melihat begitu menyedihkan sekali nasibnya.

" Van gue duluan ya, Ayah gue udah jemput, atau lo mau bareng juga?"- tawar anggi

vania menggeleng kan kepalanya " Enggak usah kok, aku tunggu angkutan umum aja "- penjelasan vania membuat anggi mengangguk samar

" Yakin?"- tnya anggi yang hanya dibalas senyuman manis oleh vania

" Yaudah gue duluan ya "- pamit anggi segera berjalan memasuki sebuah mobil dan berlalu begitu saja

Vania mengangguk, kembali menoleh kekanan kiri entah kenapa sedari tadi angkutan umum tak juga datang, atau mungkin vania harus berjalan kearah halte depan itu agar lebih mudah menemukan angkutan.

Dengan sedikit hati - hati vania berjalan menuju kehalte yang ada didepan sekolah, kembali mencari dimana keberadaan angkutan umum.

Byurrrrrrr .

Genangan air kotor  itu sukses mengenai tubuh vania, tak menyangka jika tubuhnya kembali basah karna hal itu, sekilas melihat motor tersebut, ia tau betul siapa itu, tentu saja itu adalah rafi, sudah bisa vania tebak jika lelaki itu lah penyebabnya.

Vania menghela nafas panjang seraya tersenyum pahit, bahkan seragam nya tadi masih sedikit basah, dan sekarang seragamnya kembali basah dan kotor.

Bertepatan dengan itu angkutan umum berhenti tepat didepan vania,  tanpa pikir panjang ia segera  bergegas menaiki angkutan tersebut, tak jarang para penumpang yang lain menatapnya dengan tatapan aneh, atau mungkin karna pakaian vania yang basah.

□□□ ~ □□□

Berjalan memasuki pekarangan rumahnya dan mendapati jika adiknya itu tengah duduk di ruang tamu dengan memakan snack yang begitu banyak, bahkan sampahnya pun berceceran di mana - mana hingga membuat vania menghela nafas gusar.

" Clara, seharusnya kamu buang sampah nya ditempat sampah ya biar gak berceceran kayak gitu "- tutur vania pada adiknya yang masih menduduki kelas 3 smp, namanya Clara angelina .

" Ck, Plis deh kak gausa ngomel mulu, ya ntar kan kakak bisa bersihin sih "- ketus clara yang mampu membuat vania memejamkan matanya berusaha sabar.

" Tapi seenggaknya kamu jangan buang sampah sembarangan "- pinta vania

" Hish, Gausa berisik deh kak, ganggu orang nonton tv aja sih "- cerocos clara, vania hanya terdiam, entah kenapa ia rasa adiknya ini benar - benar susah diberitahu. 

" Tapi clara-" ucp an vania terpotong karna adiknya itu malah membuka salah satu snack lalu menumpahkan isinya dilantai hingga membuat vania membelalakkan matanya tak percaya

" Clara kok kamu ngelakuin itu sih"- seru vania

" Ini ada apa sih "- ucp vara yaitu ibu  dari vania dan clara

" Ini nih ma kak vania numpahin makanan aku"- sungut clara berlari mendekat kearah vara dan itu mampu membuat vania menatap kearah clara dengan tatapan tak percaya, kenapa adiknya itu malah memfitnah dirinya.

" Enggak ma, Vania gak ngelakuin itu "- jelas vania yang dibalas tatapan tajam vara 

" Kamu itu kenapa sih hah, Kerjanya bikin masalah mulu! "- pekik vara " Udah sana lebih baik kamu bersihin semua ini trus buruan masak "- perintah vara begitu mutlak.

□□□~□□□

" Permisi, mau pesan apa ?"- tnya vania pada dua pelanggan laki - laki yang duduk di meja paling ujung

" Coffielate 2 aja "- jelas salah satu lelaki itu, membuat vania segera menuliskan pesanan tersebut pada nota lalu segera bergegas
menghampiri kasir dan menyerahkan pesanan salah satu pelanggan itu.

" Huft "- vania menghela nafas kasar sesekali menyeka keringat yang turun dari pelipisnya, entah kenapa hari ini cafe begitu ramai pengunjung, hingga membuat vania dengan begitu cekatan berjalan kesana kemari untuk menanyakan pesanan para pelanggan.

" Hai van "- sapa seseorang yang sukses membuat vania reflek mendongak, mendapati lelaki tampan yang tengah tersenyum kearahnya

" Iya pak"- ucp vania tersenyum, kenapa lelaki itu begitu tampan, setiap hari ketampanannya selalu bertambah berkali - kali lipat hingga mampu membuat vania merasa begitu gugup jika berada didekatnya.


□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□


Nextttt??

#Dibaca aja seneng apalagi divote :) .

R A V A N I A  [ SEGERA TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang