" Aduh aku harus cepet "- ucp vania lebih mempercepat jalannya yang sedikit susah karna ia harus terpincang - pincang.
Akhirnya ia sampai dirumahnya, dengan segera vania membuka pintu rumahnya dan mendapati jika vara tengah menatapnya dengan tatapan tajam.
□□□ Sulitt □□□
" Masih inget pulang ?"- tnya vara dingin, vania terdiam meneguk air ludahnya dengan susah paya
" Tugas masih banyak dirumah dan kamu malah keluyuran! "- sentak vara, menarik vania agar masuk ke dalam dapur dengan kuat, vania meringis kesakitan karna lututnya yang memar sehabis terjatuh tadi.
" Cucian udah numpuk, Masakan belum jadi, Rumah belum bersih tapi udah sibuk keluyuran aja!"- bentak vara mendorong vania hingga kedua lutut gadis itu menabrak lantai, tentu lututnya yang tadi mengeluarkan darah dan belum sempat ia obati pun semakin banyak mengeluarkan darah.
" Awwww "- ringisnya tertahan karna merasakan perih dibagian lutut sebelah kanannya, bahkan air mata gadis itu tiba - tiba turun membasahi pipinya, entah karna kesakitan dalam fisik ataupun mental.
" Cepat kerjakan semuanya! "- perintah vara. vania mengusap air matanya kasar, memilih segera bangun dan mengerjakan semua perintah mamanya, namun sebelum itu vania membersihkan luka di lututnya, tidak baik jika lukanya terlalu lama dibiarkan.
Gadis itu hanya diam, mendapat perlakuan semacam ini sudah biasa baginya, seakan - seakan ini adalah makanan setiap hari yang harus ia dapatkan.
Jika ingin melawan juga tak mungkin, bagaimana pun dia adalah ibunya, orang yang sudah melahirkannya, jadi ia tak mungkin menentang, ibunya pasti peduli padanya, namun hanya saja cara menunjukkan kasih sayangnya berbeda, tapi vania benar - benar yakin jika ibunya pasti juga sangat menyayanginya.
□□□~□□□
Vania tersenyum ramah kala menanyakan apa saja yang ingin dipesan oleh para pelanggan, kali ini ia harus berjalan dengan sedikit terpincang - pincang, walaupun begitu vania sudah berusaha untuk tak terlalu memperlihatkan jalannya yang sedikit terpincang, tapi tetap saja vania tak bisa karna lutut nya terasa begitu nyeri, jika dipaksa untuk berjalan terus maka akan semakin menyakitkan, tapi mau tak mau vania harus tetap profesional dalam pekerjaan.
" Van " - panggil degrid, vania reflek menatap kearah lelaki tersebut dengan tatapan bertanya
" Ke-kenapa kak?"- tnya vania
" Kakimu kenapa?"-
Vania menggeleng " Eh, enggak papa kok "-
" Yakin ? "-
" Iya gak papa kok "-
" Yaudah aku mo lanjut kerja dulu ya kak, permisi "- pamit vania, membuat degrid merasa begitu heran atas perubahan gadis itu yang tiba - tiba, padahal awalnya dia mengatakan jika dirinya ingin pulang bersama lalu saat waktu pulang tiba, gadis itu malah menolaknya begitu saja.
Entah kenapa vania mulai terbayang akan ucapan rafi yang secara terang - terangan tengah menembaknya, sungguh manis, namun ia masih berfikir keras kenapa tiba - tiba rafi menembaknya seperti itu, sekarang vania merasa begitu senang karna rafi menembaknya, apa kisah percintaannya akan berakhir manis seperti di cerita - cerita ya, vania berharap jika kisahnya akan berakhir indah seperti kisah cinta cinderela dan pangerannya, ataupun seperti rapunzel dan pasangannya, tapi kenapa kedua kisah itu memiliki kehidupan yang begitu rumit, kalau serumit itu pun vania tak mungkin mampu, jadi ia berharap jika kisahnya tak akan serumit itu nantinya.
Tapi gadis itu terlalu lugu hingga tak bisa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, dengan gampangnya ia mempercayai semua ucapan manis rafi tanpa berniat berfikir negatif tentang lelaki tersebut.
□□□~□□□
" Uhh anjir panass "- geram anggi mengipasi dirinya sendiri karna merasa begitu kepanasan akibat terpapar sinar matahari.
Bukan hanya anggi yang harus dijemur di lapangan luas ini, bahkan semua siswa pun harus berbaris dilapangan dan mendengarkan sebuah pengumuman yang diberitakan oleh sang kepala sekolah.
" Van, lo gak kepanasan apa?"- tnya anggi melirik vania yang tengah berbaris disampingnya tanpa merasa kegerahan ataupun mengomel - ngomel dan mengumpat pada sang kepala sekolah karna sudah terlalu panjang melakukan pidato yang hanya diulang - ulang seperti biasanya.
" Enggak kok"- vania masih tetap menatap lurus tanpa berniat menoleh kearah anggi sekalipun
" Hish, gue haus, Sialan emang tuh si pak kepala sekolah, gatau apa kalo gue udah lumutan disini "- cerocos anggi
Vania tetap diam tanpa berniat menjawab ocehan gadis itu " Van lo dengerin gue ga sih "- geram anggi yang merasa kesal karna vania sama sekali tak meresponnya
" Sttt, jangan berisik ntar kita disuruh kedepan "- tutur vania kelewat pelan, anggi membenarkan ucapan vania lalu memilih untuk kembali menghadap kedepan
Vania sesekali menoleh kekanan kiri, mata nya tak sengaja menangkap lelaki tampan yang tengah berbaris dengan begitu tegapnya, bahkan dia terlihat berkali - kali lipat lebih tampan saat tengah berdiri tanpa ekspresi.
Lelaki yang vania maksud adalah rafi, siapa lagi lelaki yang sering ia perhatikan jika bukan dia, sulit untuk dipercaya jika lelaki itu adalah pacarnya saat ini, tapi mungkin vania akan menyembunyikan semua, pasti lelaki itu akan malu jika orang - orang mengetahui bila ia dan rafi sudah berpacaran, jadi vania lebih memilih menutup rahasia ini dengan baik.
Tiba - tiba saja kepala sekolah sudah menyelesaikan pidatonya, membuat barisan siswa - siswi segera bubar dengan cepat tanpa menunggu lama lagi.
Anggi menarik tangan vania hingga mau tak mau ia mengikuti langkah anggi yang dirasa begitu cepat, keduanya berjalan menuju kesalah satu stan minuman, vania merasakan usapan lembut dikepalanya dan itu membuat vania reflek menoleh kesamping, mendapati rafi lah sang pelaku.
" Hai "- sapa rafi
Vania membeku " Um, Hai"- sapanya masih merasa ragu " Lagi ngapain?"- tnya rafi
" Be-beli minum "- jawab vania menunduk, aduh kenapa rafi harus menyapanya seperti ini coba, ia kan jadi merasa malu jika seperti ini, mungkin saat ini pipinya tengah memerah.
" Gue duluan ya "- pamit rafi menepuk pundak vania pelan, membuat vania mengangguk kaku .
Setelah selesai membeli minuman, anggi dan vania berjalan menuju kesalah satu tempat duduk dikantin, bahkan saat jam istirahat belum berbunyi pun siswa - siswi memilih segera pergi kekantin untuk membeli minuman, karna setelah dijemur berjam - jam dilapangan tentu membuat mereka kehausan, tak terkecuali dua gadis ini.
" Van, lo ada apaan sama di rafi ?"- tnya anggi yang sempat melihat interaksi kedua nya. " G-gak ada apa - apa kok "- vania terlihat sedikit gugup hingga anggi menatap vania intensif.
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
Semangat Vania :).
Nexttt??
#Dibaca aja seneng apalagi divote :) .
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Подростковая литература[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...
![R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]](https://img.wattpad.com/cover/223646645-64-k745497.jpg)