Awas Banyak kata yang tidak baku!!!□□□ Paksaan! □□□
Vania Menahan nafasnya saat melihat lelaki tampan itu akan berjalan melewatinya, seharusnya ia segera bersembunyi agar tak sampai dilihat oleh lelaki itu " Aku harus sembunyi dimana "- vania meremas ujung roknya merasa sedikit bingung
" Aku gamau ktmu dia "- vania berlari mencari tempat persembunyian
Bersembunyi dibalik dinding ini, ia yakin lelaki itu tak akan menemukannya, menghela nafas lega saat lelaki itu melewatinya begitu saja menuju kearah parkiran.
Sebenarnya vania akan berjalan keluar dari pekarangan sekolah untuk menuju kerumah nya, karna jam pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu.
Berjalan Sendirian menuju ke depan gerbang sekolah, anggi ada rapat osis saat ini, jadilah sekarang vania sendirian.
Sebisa mungkin ia menghindari lelaki itu, vania tak ingin bertemu dengan nya lagi sekarang, untungnya karna bantuan anggi ia tidak akan diberikan tugas untuk membantu lelaki itu belajar mapel matematika lagi, sekarang sudah ada seseorang yang ditugaskan untuk membantu lelaki itu.
Semua karna anggi hingga ia bisa menghindari lelaki itu, bukannya vania takut berhadapan dengan masalah, tapi entah kenapa ia masih belum siap bertemu dengan lelaki itu sekarang.
Gadis itu berjalan menuju ke depan gerbang sekolah, melihat jika kawasan itu sudah sedikit sepi, menoleh kekanan kiri berusaha untuk menyebrang ke halte depan sekolah, setelah itu menunggu datangnya angkutan umum yang akan membawanya pulang.
Sebuah motor yang berhenti tepat didepannya itu membuat vania meneguk air ludahnya susah paya saat sudah mengetahui siapa itu.
Tiba - tiba lelaki yang tadi mengendarai motornya itu turun dan mendekat kearah vania, langsung saja menarik pergelangan tangan nya dengan kasar hingga membuat vania meringis kesakitan.
" Awww "- ringisnya berusaha melepaskan cengkraman lelaki itu dari tangannya
" Pulang bareng gue "- ungkap rafi, ya tentu saja siapa lagi lelaki yang vania takuti jika bukan rafi
" Eng- enggak kak, Ga-gamau"- vania menggeleng kuat berusaha melepaskan cengkraman tangan rafi dari pergelangan tangannya
" Tolong Le-lepasin kak"- pinta vania memohon
" Dasar Cupu, Buruan deh "- rafi memaksa vania agar mau naik ke motornya, tentu vania menggeleng kuat masih berusaha melepaskan cengkraman tangan rafi di lengannya
" Lepasin!"- pekik seseorang yang langsung melepaskan cengkraman tangan rafi dilengan vania dengan sekali sentakan
" Deo "- gumam vania
" Harusnya kalo lo beneran cowok, lo gak kasar sama cewek "- deo merasa muak dengan sikap rafi yang begitu semena - mena
" Gausa ikut campur deh lo, ini masalah gue sama tu si cupu "- kata rafi enteng
" Kalo lo nyakitin vania berarti gue juga bisa ikut campur "-
" Gausa ikut campur deh lo anak baru !"- semprot rafi
" Jangan "- ujar vania lirih, menyentuh lengan deo berusaha menenangkan lelaki itu
" Ayo pulang sama gue aja van "- putus deo menggandeng tangan vania, sebelum keduanya pergi, rafi sudah lebih dulu menahan lengan vania dan menariknya paksa
" Gue yang ajak dia dulu, jadi dia pulang sama gue "- tegas rafi
" Dia aja gamau pulang sama lo, jadi mending lo gausa maksa deh "- deo merasa begitu muak dengan lelaki dihadapannya
" Gue gak peduli "- rafi tak mau tau, tanpa pikir panjang lagi menarik vania mendekat kearah motornya dengan paksa
" Ak-aku gamau pulang sama kamu "- vania menunduk takut, rafi mencengkram dagu vania, menaikkan wajah gadis itu agar menatap mata tajamnya " Gue gak peduli "-
Bughhhhhhh .
Rafi melepaskan cengkraman tangannya dari lengan vania lalu menatap deo yang sudah berani memukulnya.
" Ayo van buruan naik "- seru deo yang sudah berada dimotornya, vania berjalan mendekat kearah deo, langsung saja naik ke motor lelaki itu, deo melajukan motornya menjauh dari pekarangan sekolah bersama vania yang dirundung rasa takut
Diperjalanan vania sibuk berfikir, ia tidak akan merasa tenang jika sudah memiliki masalah dengan rafi, tentu saja masalah pasti akan mulai berdatangan jika ia tak segera menjauhi lelaki itu.
Sekuat tenaga ia berusaha untuk menghindari lelaki itu, bagaimana pun caranya.
" Van, lo mau makan dulu? "- tawar deo tiba - tiba
" Enggak usah kok "- tolak vania
" Gapapa kali van, gue yang teraktir deh "- ujar deo
" Aku gabisa, habisini aku harus berangkat kerja "- deo mengangguk samar
" Kalo besok sabtu mau jalan? "- tnya deo
" Hah, Ke-kemana? "- bingung vania
" Gue tunjukin tempat yang bagus, mau? "- tawar deo
" Gak ngerepotin emang? "- tnya vania ragu
" Haha, ya enggak lah, kan gue yang ngajak "- deo terkikik geli melihat sikap gadis itu yang dirasa begitu polos
" Gimana mau ga?"- ulang deo
" Ma-mau "- vania mendadak gugup, entah kenapa saat ada lelaki yang mendekatinya ia menjadi sangat gugup, bukannya apa - apa tapi sikap perhatian yang ditunjukkan lelaki itulah yang membuat hatinya jadi tak karuan seperti saat ini.
" Yaudah besok gue jemput ya "- tawar deo
" I-iyaa "-
" Rumah lo didaerah gg ini kan, masalahnya gue tau sampek sini aja, seterusnya ini jalan kemana?"- vania segera menunjukkan jalan rumahnya pada lelaki itu
" Sampek sini aja gapapa "- ujar vania
" Lah, rumah lo yang mana?"- tnya deo
" Agak masuk dikit, tapi gapapa aku turun disini aja "- vania menunduk
" Gapapa gue anter sampek dalem aja "- pinta deo yang mendapatkan gelengan dari gadis berkuncir kuda itu
" gak-gak papa aku turun sini aja kok, ma-makasih yaa "- kata vania tulus
Deo balik tersenyum ramah " Yaudah lo ati - ati ya, gue balik dulu "- pamitnya
" Kamu juga ati - ati ya "- pinta vania, deo terdiam lalu tersenyum karna gadis dihadapannya ini membuat ia mengingat seseorang
" Gue duluan "- deo melenggang pergi dari sana meninggalkan vania yang masih terdiam sambil tersenyum sendiri, berusaha menepis semua senyumnya dan memilih untuk kembali fokus.
Vania berjalan pelan - pelan menuju kearah rumahnya, sesekali bersenandung kecil, sedari dulu ia ingin sekali bisa berada diatas panggung lalu menunjukkan suaranya, ingin sekali jika ada yang menyukai suaranya, apalagi jika sesering mungkin ia bisa bernyanyi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Tapi ia hanya bisa diam, sekuat mungkin ia tahan semuanya, sebenarnya ia ingin mengikuti ekstra band disekolahnya, pasti sebelum ia memulai, semuanya sudah meremehkan dia bukan, itu membuat vania ragu jika akan mengikuti ekstra tersebut. Segera berjalan menuju kearah rumahnya, membuka pintu lalu kembali menutupnya.
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
Semangat!!!.
:' .
Typo Bertebaran!! .
Nextttt???
#Dibaca aja seneng apalagi divote :) .
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Fiksi Remaja[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...