■■■ Menyedihkan ■■■
Vania sibuk memilih beberapa buku yang ada di rak perpustakaan, kali ini ia harus belajar lebih giat lagi, ia tak boleh menyia - nyiakan bea siswa yang sudah di dapatkan.
" Hum, apa aku bawa semua materi aja "- pikir vania " Aku rasa ini udah cukup deh "- vania mengangguk lalu berjalan keluar dari perpustakaan dengan membawa beberapa tumpukan buku, bel istirahat sudah berbunyi sejak 10 menit lalu namun vania lebih memilih pergi keperpustakaan dari pada sekedar kekantin.
Ia berjalan melewati beberapa siswa - siswi yang tengah berada di koridor - koridor, entah kenapa ia merasa jika lapangan basket begitu ramai orang, ia menoleh dan mendapati beberapa anak lelaki yang tengah bermain basket disana, ia memperhatikan salah satu diantara mereka, ternyata itu adalah rafi dkk, pantas saja lapangan dipenuhi dengan para siswa - siswi yang menonton mereka.
Diam - diam vania memperhatikan lelaki itu, kenapa dia begitu tampan ya, ia sangat berharap dapat bersanding dengan lelaki semacam rafi di masa depan.
Ah, apa yang ia pikirkan sungguh tak benar, tidak mungkin gadis kutu buku dan dekil sepertinya bisa bersanding dengan lelaki semacam rafi, tentu itu sangat mustahil bukan, ingat vania kamu jangan sibuk menghayal terlalu tinggi itu tak baik.
Dukkkkkkkk .
" Aww"- ringis vania merasakan sakit di bagian pinggangnya, apa itu
Vania melihat kearah sesuatu yang tadi mengenai pinggangnya, itu adalah bola basket, apa? Bola basket, kenapa bisa sampai kemari, sebenarnya apa yang terjadi .
" WOY CUPU!, LEMPAR BOLA NYA !!"- Teriakan seseorang itu membuat vania kaget, melihat kesumber suara, ternyata itu adalah rafi yang berteriak, aduh gawat. Sekarang para siswa - siswi menatap kearahnya, lalu apa yang harus vania lakukan sekarang.
" Cupu, Bawa kesini bolanya!!"- pekik rafi. Vania segera mengangguk ragu, mulai mengambil bola tersebut dan berlari kecil menuju kearah rafi dengan begitu cekatan
" Ma-maaf ini kak "- ujar vania begitu gugup saat memberikan bola tersebut pada rafi, tentu saja lelaki itu menatap vania sinis
" Cih, Gue gak mau nerima bola itu dari tangan lo "- cibir rafi, vania terdiam sedangkan para siswa - siswi yang ada disana pun sibuk menahan tawa, seharusnya dari awal vania sudah bisa menebak jika jadinya akan seperti ini.
" Te-teerus aku ha-harus gimana "- ucp vania sedikit gemetar
" Ck, Lap sama rok lo "- perintah rafi dan itu sukses membuat vania terdiam kaku, apa dia bilang, masa ia harus membersihkan bola tersebut dengan rok nya, disini banyak sekali orang, bahkan vania bisa melihat jelas jika orang disekitar tengah menahan tawa karna ucapan rafi.
" Buruan cupu!"- bentak rafi, membuat vania segera bergerak menyentuh ujung roknya sedikit berusaha agar tak sampai memperlihatkan celana bagian dalam nya, mulai membersihkan bola tersebut dengan pelan, vania harus menahan semuanya, kenapa lelaki ini begitu kejam, dihadapan semua orang seperti ini.
" Ck , Dasar jalang!"- umpat rafi, vania menghentikan aktifitasnya berusaha menatap kearah rafi yang juga menatapnya dengan tatapan tajam, vania kembali menunduk dengan mata yang berkaca - kaca.
" Kalo lo bukan jalang harusnya lo nolak kalo disuruh kayak gitu, Dasar Cupu!"- umpat rafi. vania meletakkan bola tersebut lalu berlari menjauh dari lapangan diiringi sorakan - sorakan dari siswa - siswi yang mengatainya atau bahkan menertawakannya.
Apa vania seburuk itu, vania bukan jalang, dia bukan jalang, kenapa lelaki itu sangat kejam padanya, apa salahnya sekarang.
Vania memilih berlari menuju kearah kamar mandi, lebih baik ia menghapus air matanya, jika sampai anggi melihat nya menangis maka gadis itu pasti akan khawatir padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Подростковая литература[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...
![R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]](https://img.wattpad.com/cover/223646645-64-k745497.jpg)