" gausa, ntar yang ada lo malah ngerecokin lagi "- ungkap anggi yang membuat lia mendengus sebal, sedangkan vania hanya tersenyum kecil
" Eh itu bukannya kak "- seru lia menunjuk kearah empat lelaki yang baru saja masuk ke dalam cafe dengan gaya cool masing - masing, membuat para penghuni cafe menatap kearah mereka dengan tatapan memuja tentunya.
□□□ Jutek? □□□
" ngapain coba mereka kesini "- sinis anggi
" Ya kan ini cafe umum "- jelas lia
" Aku harus nanyain kemereka juga "- kata vania sedikit ragu
" Tunggu van, tuh pelayan lainnya udah lebih dulu nyamperin mereka, jadi mending lo disini aja "- tahan lia
Keempat lelaki itu yang tak lain dan tak bukan adalah rafi dkk tentunya, entah kenapa keempatnya malah memilih untuk menghabiskan malamnya di cafe ini, padahal cafe - cafe yang lebih elit masih banyak bukan disini saja.
" Tapi kalo dilihat - lihat mereka berempat ganteng - ganteng ya "- celetuk lia yang hanya mendapatkan tatapan jengah dari anggi " Yakan cowok "-
" Haha, Tapi kenyataan banget tau kalo mereka itu ganteng "-
Vania hanya diam sesekali mengamati lelaki itu, jika dilihat - lihat para kakak kelasnya itu memiliki wajah yang begitu tampan diatas rata - rata tentunya, tak jarang para gadis mau bertekuk lutut hanya untuk bisa mendapatkan hati mereka.
Entah kenapa sedari tadi mata vania tak bisa teralihkan dari lelaki dengan stelan hoddie berwarna merah dipadukan dengan celana jeans hitam itu, beberapa kali merutuki kebodohannya yang tak segera mengalihkan pandangannya pada dari lelaki itu.
" Eh van ntar nginep dirumah anggi yok, gue juga kebetulan mo nginep disana, hayuk "- ajak lia, vania mengalihkan pandangannya dari lelaki itu lalu menatap lia
" Nah boleh juga tu, iya nginep aja, kita juga gapernah ngehabisin waktu bareng kan, apalagi sekarang ni curut udah jadi temen kita "- anggi menatap lia
" Tapi, kamu tau sendiri kan nggi, kalo"- ragu vania " Lo tenang aja ntar gue bilangin ke nyokap lo "- jelas anggi
" Eh yaudah aku mo balik kerja dulu ya "- pamit vania yang sukses membuat anggi dan lia mengangguk mengiyakan.
Vania terdiam kaku kala melihat lelaki itu tengah menghadang dirinya.
" Ma-maaf kak ke-kenapa ya "- vania menunduk takut, ia sama sekali tak pernah berani memandang kedua bola mata lelaki itu dengan jangka waktu yang lama barang lebih dari satu detik pun, mangkannya vania lebih sering menunduk, bukan hanya dengan lelaki ini tapi dengan semua orang yang tak vania kenal dekat, sedangkan lia dan anggi sudah masuk ke dalam golongan orang yang berani ia tatap matanya dalam jangka waktu lumayan lama, walaupun begitu tapi vania merasa begitu nyaman dengan kedua gadis itu tak terkecuali lia yang bahkan baru saja ia kenal akrab saat ini, bukan vania yang terlalu cepat berbaur, melainkan gadis berponi itulah yang terlalu gampang akrab dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Novela Juvenil[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...