□□□ Bola Basket □□□
Rafi menghela nafas gusar kala menatap kearah guru didepan dengan tatapan malas. Ia beranjak dari bangkunya, menghampiri guru yang berada didepan berniat keluar dari kelas namun suara guru tersebut sudah mengintrogasinya." Mau kemana kamu rafi"- tnya guru tersebut yang membuat rafi hanya berdecak
" Keluar "- jawabnya enteng
" Kamu gak tau kalo pelajaran masih berlangsung? "- tnya guru tersebut
" Tau "-
" Lalu kenapa kamu keluar "- heran guru itu
" Pusing "- katanya, segera berjalan keluar dari kelas dengan begitu santainya, lagipula ia juga tidak akan bodoh jika tak mengikuti pelajaran itu, kelemahan nya hanya ada pada matematika, jadilah jika hanya pelajaran ips macam itu maka rafi yakin jika ia mampu.
Berjalan menuju kearah kantin, tapi sebenarnya ia berniat akan tidur di rooftop, terlebih dahulu menuju kantin untuk membeli beberapa makanan.
Melewati koridor - koridor sekolah yang sepi masih mempertahankan gaya cool nya, sekilas melihat gadis berambut ombre abu dan biru yang tengah berjalan dengan merapikan kaos olahraga yang melekat ditubuhnya, rafi tak bisa mengalihkan tatapannya dari gadis itu, walaupun rambutnya di ikat dengan begitu tegak diikuti beberapa anak rambut gadis itu yang berantakan membuat nya terlihat jauh lebih menawan, terlihat sama dengan vania yang dulu selalu menguncir kuda rambutnya namun yang sekarang nampak sangat berbeda, perbedaannya vania yang dulu dan sekarang adalah, vania yang dulu selalu menguncir rambut kudanya dengan begitu rapi namun selalu renda, jika yang sekarang ia mengikat rambutnya asal - asal an hingga nampak begitu tak beraturan namun malah semakin terlihat memesona.
" Sial an tu cewek "- umpat rafi baru saja menyadari apa yang ia pikirkan
Rafi sempat berfikir kenapa gadis itu sendirian, walaupun dia tengah sibuk dengan pakaiannya pun ia terlihat begitu ketus dan arogan, apalagi jika sudah berbicara maka semua penilaian tentang gadis itu sangat lah benar, terlihat semakin menyebalkan sekarang. Tersenyum miring saat berniat akan menjahili gadis itu, ia terus saja berjalan dan.
Bukkkkkkk .
" Awww, Sial!"- umpat nya yang hampir saja terjatuh kalau saja dia tak menjaga keseimbangannya
Sedang kan rafi sudah tersenyum begitu senang saat melihat gadis itu merasa begitu kesal.
" Lo bisa jalan gak sih "- cibir gadis itu membuat rafi tersenyum miring, bahkan gadis itu masih tetap membenarkan tatanan kaosnya lalu mendongak dan tatapan keduanya bertemu, hingga gadis itu memilih untuk mengakhiri tatapannya.
" Ck, Lo tuh ya, selalu aja bikin gue sial "- vania mengusap keringat dipelipisnya hingga membuat rafi diam terpana.
" Bukan gue yang bikin lo sial, melainkan itu salah lo sendiri karna jalan galiat - liat "- rafi tersenyum geli melihat ekspresi gadis itu yang sangat kesal, dengan alis yang hampir bertautan, mata yang memancarkan kemarahan, lalu bibir yang sengaja ia cebikkan agar memberi tanda jika sedang marah.
" Asal lo tau, jalanan tuh lebar, lagian lo sengaja ya nabrak gue "- tuduh vania seraya bersedekap dada hingga membuat gadis itu terlihat semakin angkuh saja
" Emang sengaja "- rafi mendekat kearah telinga vania " Lo makin cantik aja ya "- bisiknya
" Ck, Gue udah tau "- vania berjalan menjauhi rafi, tapi sebelum itu rafi sudah lebih dulu menarik pinggang vania agar menempel dengan tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Roman pour Adolescents[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...