□□□ Sadar □□□
Gadis itu memandang sendu pantulan wajahnya dari kaca kamar mandi, sungguh mengerikan, ia menyalakan kran air lalu membasuh wajahnya dengan begitu kasar, masih tak menyangka ada orang yang begitu jahat padanya, Ia sama sekali tak pernah memiliki niat jahat pada orang lain, tapi kenapa dia yang mendapat masalah kali ini.
" Vania juga pengen bahagia "- gumam nya mengusap air matanya kasar
Ia terdiam menatap penampilannya yang kacau, merapikan kunciran rambutnya, apa vania terlihat begitu culun? Padahal ia sama sekali tak mengenakan kaca mata kotak besar ataupun berkepang dua, lalu salah vania dimana, ia juga ingin hidup seperti yang lain.
Memang benar jika ia terlalu sederhana dari pada yang lain, semua benar - benar memiliki penampilan dan wajah diatas rata - rata, mereka yang bersekolah disini merupakan anak dari keluarga kaya jadi pantas saja mereka semua memiliki barang - barang mahal, sedangkan vania? Entah sudah berapa kali ia sibuk mengeluh akan kehidupannya yang begitu mengerikan ini.
Kembali membasuh mukanya, berusaha menghilangkan noda lipstik di wajahnya. Menghela nafas panjang, ia harus kuat, tinggal beberapa tahun pelajaran lagi maka ia akan terbebas dari semua masalah ini.
Berusaha kuat untuk dirinya sendiri, jika bukan untuknya lalu untuk siapa lagi, ibunya pun tak peduli padanya, lalu siapa lagi yang harus ia perjuangkan kecuali dirinya sendiri.Vania kembali tersenyum, memilih untuk segera keluar dari kamar mandi, seharusnya ia tetap menjalani semuanya dengan lapang dada, tak ada gunanya terus menerus terpuruk ke dalam kesedihan.
Berjalan menuju kearah kelasnya, bisa ia lihat jika para siswa - siswi menatap kearahnya dengan tatapan yang menunjukkan seolah - olah mereka sangat membenci nya.
Namun ia memilih untuk berusaha mengabaikan semuanya, melangkahkan kakinya sedikit cepat menuju kearah kelas.
Membuka pelan pintu kelasnya, disambut dengan tatapan penghuni kelas yang mengarah kepadanya.
" Aduh van lo kemana aja sih"- anggi langsung saja menatap vania
" Ak-aku dari uks kok "- jawabnya
Anggi menatap vania intensif " Lo abis nangis van "-
" Enggak, kmu jangan ngomong keras - keras, mereka semua liat kearah sini "- cicit vania membuat anggi menatap kearah penjuru kelas dan mendapati jika mereka semua menatap kearah nya dan vania
" Mo gue colokin satu - satu tu mata hah! "- bentak anggi, penghuni kelas kembali melakukan aktifitasnya masing - masing.
" Garang amat sih lo"- ucp regal
" Mo gue gaplok pake penghapus papan hah "- umpat anggi menatap regal dengan tatapan tajam yang dibalas tatapan horor dari regal
" Apa "- tantang anggi saat melihat deo yang akan bersuara " Yaelah jahat amat lu "- cibir deo
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Fiksi Remaja[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...