" Eh hai "- ucp vania tersenyum malu , kenapa lelaki itu begitu tampan , setiap hari ketampanannya selalu bertambah berkali - kali lipat hingga mampu membuat vania hampir saja merasa begitu gugup jika berada didekatnya .■■■ RAVANIA ■■■
"Kemarin gak telat sampek rumah kan?"- tnya lelaki itu Degrid renaldo.
" Enggak kok, oh iya makasih ya karna kemarin udah nganter saya pulang "- jelas vania seraya tersenyum kearah degrid dan sial nya lelaki itu balas tersenyum kearahnya, bahkan saat ini jantung vania seakan ingin lepas dari tempatnya.
Bagaimana tidak begitu, bahkan lelaki itu sudah mapan diusianya yang begitu mudah, degrid merupakan anak dari pemilik cafe ini, saat vania naik kekelas 11 ini bertepatan dengan degrid yang baru saja selesai dengan masa sma nya, Ia saat ini memegang tanggung jawab atas cafe ini, namun degrid juga masih meneruskan kuliahnya, jadi ia bekerja dan kuliah secara bersampingan, tentu sudah terlalu mapan bukan, apalagi lelaki itu begitu baik padanya. oh tidak, bukan hanya padanya tapi pada semua pelayan di cafe ini tentunya.
" Gak masalah, lagian kemarin kamu telat pulang kan gara - gara aku "- jelas degrid
" Eh , enggak kok pak "- ujar vania
" Aku udah bilang jangan panggil pak van, panggil nama aja "- pinta degrid
" Um rasanya sedikit aneh jika saya memanggil atasan dengan namanya langsung "- jelas vania dan itu membuat degrid terkikik
" Yaudah panggil aja kak hm, sama nada bicara kamu itu jangan pake saya gitu, kelewat formal, lagian aku juga cuma lebih tua dua tahun dari kamu "- jelas degrid
" Eh tapi "- ucp vania sedikit menimang - nimang
" Udah gapapa, coba kamu bicara nya pake aku aja biar gak kelewat formal "- tutur degrid
Vania mengangguk ragu " Um iyahh kak "- degrid hanya tersenyum, entah kenapa ia merasa begitu senang dekat dengan gadis ini, begitu polos, kalem dan apa adanya, bahkan termasuk ke dalam type gadis idamannya
" Van mending buruan anterin deh tu pesenan udah ditungguin soalnya "- tegur Reksa Joya. Reksa juga salah satu pelayan disini sama seperti vania, tapi entah kenapa gadis itu merasa jika reksa seperti nya selalu menatap vania sinis hingga membuat nya berfikir apa yang ia lakukan sampai membuat sikap reksa begitu sinis padanya.
Vania mengangguk, sekilas menatap degrid dengan sedikit menundukkan kepalanya, lalu kembali bekerja.
Ia berjalan kearah empat lelaki yang duduk dimeja cafe paling depan, segera menyiapkan senyum ramahnya dan mengambil ancang - ancang akan menulis pesanan pelanggan di nota itu.
" Permisi, mau pesan apa ?"- tnya vania sopan
" Bukannya ini gadis cupu yang ada disekolah ya "- ucp salah satu lelaki yang reflek membuat vania mendongak dan mendapati para kakak kelas nya berada disini, itu adalah Rafi, Tama, rangga dan arfan.
Huh kenapa vania harus bertemu dengan keempat lelaki ini, vania takut jika mereka akan membully nya lagi disini.
" Maaf, mau pesan apa?"- ulang vania dengan tubuh yang sedikit bergetar merasa ketakutan,
" Coffelatte "- ucp rafi dengan suara beratnya
" Ada lagi ?"- tnya vania berusaha untuk sesantai mungkin padahal sebenarnya ia merasa begitu ketakutan
" Keempatnya sama "- ucp rangga cepat, membuat vania mengangguk lalu bergegas menuju kearah kasir dan memberikan nota pesanan tersebut pada penjaga kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Fiksi Remaja[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...