■■■ RAVANIA ■■■
Vania tersenyum ramah pada para pelanggan, sesekali bertanya ingin memesan apa, toh pekerjaan seperti ini sudah biasa ia lakukan, sudah menjadi bagian dari hidup vania, walaupun penghasilan cafe ini tak sebanyak yang vania kira namun ia harus tetap bersyukur atas semua ini, menurut vania hidupnya tak terlalu berkecukupan namun juga tak kurang, Tapi jika vania bisa memilih, maka ia ingin sekali fokus bersekolah saja, jika kegiatan vania setiap hari seperti ini sebenarnya sangat melelahkan, namun semua yang dapat ia lakukan ini hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarga.
Apalagi beberapa tahun lalu ayahnya pergi meninggalkan vania, ibu serta adiknya tanpa ada alasan pasti, entah kenapa ia merasa jika ibunya itu selalu menyalahkan dia karna kepergian ayahnya, padahal vania sama sekali tak tau apa alasan perginya sang ayah.Vania selalu merasa tak dibutuhkan oleh keluarganya, Ia selalu berfikir apa yang sudah dilakukan hingga membuat ibunya selalu menyalahkan dirinya.
" Van Kok ngelamun "- ucp degrid membuat lamunannya buyar " Eh enggak kok "- vania menggeleng kuat
" Keliatan kali van kalo lagi ngelamun gitu "- ujar degrid " Emang keliatan banget ya "- cengoh vania
" Iya, Mau jalan nanti malem?"- tnya degrid, vania menatap kearah lelaki itu dengan tatapan kaget
" Eh, Jalan?"-
" Iya jalan, mau ga? Hari ini kan hari jum at, besok sabtu, sekolah mu libur? "- tnya degrid. Vania terdiam sejenak " Iya libur "- vania berjalan - jalan dengan degrid yang merupakan anak dari pemilik cafe, apalagi degrid begitu tampan, apa vania boleh berjalan dengan lelaki semacam itu.
" Gimana? "- tnya degrid " Eh, Gak papa emang?"- tnya vania ragu
" Gak papa "-
" Tapi apa kamu ga malu jalan sama aku ?"-
" Ya enggak, udah nanti pulang kerja tunggu aku ya "- pinta degrid, vania mengangguk ragu
" Aku mau balik kerja dulu ya "- pamit vania berjalan menuju kearah pelanggan yang semakin banyak berdatangan sesekali tersenyum samar membayangkan jika dirinya akan diajak berjalan - jalan oleh degrid, huh senangnya, lalu vania harus bersikap bagaimana nantinya, kenapa vania malah berfikir yang tidak - tidak seperti ini jadinya.
" Heh!"- panggil seseorang yang sukses membuat vania menoleh, mendapati reksa lah yang memanggilnya
" ada apa kak? "- tnya vania, namun reksa malah menariknya menuju kebelakang
" diajak jalan sama degrid?"- tnya reksa menatap kearah vania dengan mata memicing " Diajak apa enggak?"- ulang reksa sedikit menaikkan nada bicaranya, beruntung disini sedang sepi jadi tak akan ada yang mendengar obrolan mereka. " I-iyaaa "- ucp vania sedikit takut
" Dan kamu mau?"- tnya reksa, Vania mengangguk " Iyaa"-
" Heh harusnya orang kayak kamu itu sadar diri dong, kamu cuma cewek kampungan masa mau mau aja diajakin jalan sama degrid yang perfect nya kek gitu "- cibir reksa " Kamu harusnya sadar tau, kamu cuma cewek yang biasa aja, jangan sok cantik gitu, kamu sama sekali gak cantik "-
" Harusnya orang kampung kayak kamu itu gausa sok ganjen mau deketin anak dari pemilik cafe ini, Keliatan murahnya tau ga "- ungkap reksa. Vania terdiam dengan tubuh yang sudah bergetar, Apa salah vania, ia hanya mengiyakan ajakan degrid saja, apa itu salah? Bahkan ia sama sekali tak pernah menggoda degrid, tapi kenapa reksa mengatakan hal yang begitu menyakitkan seperti ini padanya.
" Kamu harus tolak, sadar sama diri dong "- ungkap reksa memilih bergegas pergi meninggalkan vania yang mematung, tiba - tiba satu cairan bening turun dari pelupuk matanya, kenapa orang disekitar begitu kejam kepada nya, bahkan vania tak pernah menyakiti hati orang lain, namun kenapa mereka semua dengan teganya menyakiti vania seperti ini.
Vania menghapus air matanya kasar dan kembali bekerja, kali ini ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya setelah itu pulang.
Akhirnya jam kerja vania berakhir, dengan segera ia menghampiri degrid.
" Ayo van "- ajak degrid yang dibalas senyuman samar oleh Vania
" Sebelumnya Maaf ya kak, vania gak bisa "- tolak vania menunduk takut, Sebenarnya ia ingin sekali berjalan - jalan dengan lelaki ini, bahkan vania sudah memimpikan hal ini sedari lama, namun vania juga harus sadar akan keadaannya, degrid benar - benar membuat vania merasakan arti dari seorang kakak.
" Hah, Kenapa emangnya?"- tnya degrid bingung
" Aku ada urusan kak, aku harus langsung pulang "- Maafkan vania, tapi kali ini ia harus berbohong.
" Gitu ya "-
" Maaf ya "-
" Gak papa, mau dianter pulang ?"-
" Eh, Enggak usah kak, makasih, aku permisi dulu ya kak "- pamit vania segera bergegas pergi dari sana.
Ia memilih untuk segera pulang kali ini .
□□□~□□□
Rafi membuka pintu rumahnya dan mendapati jika mamanya tengah bermesraan dengan lelaki lain.
" Rafi, Kamu kenapa sih!"- bentak mamanya yang melihat jika rafi memukuli lelaki yang datang bersama mamanya dengan begitu kesetanan.
" Anda masih mau belain Lelaki brengsek seperti ini!"- bentak rafi menatap mamanya nyalang. Refi mamanya itu terdiam dan memilih membantu lelaki yang baru saja dipukuli oleh rafi
" Ck, Seharusnya saya tidak lahir dari rahim wanita seperti anda "- ucp rafi dingin, pergi begitu saja menuju ke kamarnya .
Ia masuk ke dalam kamarnya tak lupa kembali menutup pintunya dengan begitu keras hingga menimbulkan bunyi yang begitu menggema .
Brakkkkkkkkk .
Rafi menghela nafas kasar seraya mengacak rambutnya frustasi, Kenapa ini harus terjadi padanya, Rafi tak habis pikir kenapa wanita itu tega menyakiti ayahnya seperti ini, memang benar, semua wanita itu sama saja, murahan, tak tau malu seperti itu, bisanya hanya menyakiti hati lelaki. Rafi berusaha menghubungi seseorang dengan ponselnya.
" Halo, ke Bar sekarang "- perintah rafi mutlak, ia sudah muak berada dirumah, apalagi ada wanita itu bersama kekasihnya yang membuat rafi semakin muak saja.
"Hah, Sekarang banget nih"- umpat lelaki yang berada di sebrang telefon,
Rafi mendengus sebal " Hmm"- gumamnya segera memutuskan panggilan secara sepihak.
Ia segera membersihkan diri, mulai mengganti bajunya dengan baju casual miliknya hingga membuat lelaki itu terlihat semakin memesona tentunya. Hanya mengenakan kaos putih dengan celana jeans hitam, lalu jaket miliknya yang berwarna abu - abu serta topi berwarna hitam, ia segera berjalan keluar menyambar kunci mobilnya dan segera bergegas keluar dari rumah.
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
Lagi mengulur waktu biar kalian penasaran , eh kenapa aing belagak kayak ada yang penasaran aja sih 😅 .
Nextttt???
# Dibaca aja seneng apalagi divote :) .
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Ficção Adolescente[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...