□□□ Coffee□□□
Segelas Coffee Yang berada ditangan nya itu membuat tubuhnya sedikit menghangat saat meminumnya, sebenarnya ia merasa begitu bosan sedari tadi, jika biasanya ia akan bekerja pada jam - jam seperti ini namun karna cafe sedang tutup jadilah ia hanya menganggur.
Vania membeli Coffe di supermarket dekat rumahnya, duduk di kursi yang memang disediakan didepan bangunan ini.
" Huft, Kenapa tamparan itu bener - bener berbekas, masih kerasa jelas "- lirih vania memegangi pipi nya yang tadi terkena tamparan
" Kenapa wanita itu yang harus lahirin gue "- vania menyenderkan kepalanya di punggung kursi berusaha untuk tenang
" Heyy, lo ngapain disini "- seru seseorang " Terserah gue lah "- ucpnya acuh, itu adalah rafi.
" Ck, Jutek amat sih lo, Ntar cantiknya ilang loh "- goda rafi, duduk disamping vania hingga membuat gadis itu hanya acuh seraya menyeruput minumannya.
" Bodo amat "-
" Tantangan gue yang tadi masih berlaku loh, kalo sikap lo jutek banget gini ya mana bisa gue suka sama lo "- ujar rafi menatap vania
" Gue gak jadi nerima tantangan lo yang gak jelas itu "- vania menyisir rambutnya kebelakang dengan jari - jarinya, sedetik kemudian rafi terpanah melihat kecantikan vania yang memang benar - benar mampu membuat dirinya sedikit terbengong.
" Bahkan kalau pun gue gak nerima tantangan lo itu, lo aja udah suka sama gue yakan "- sinis vania mendekat kearah rafi, mengacak - acak rambut lelaki itu hingga membuatnya menatap vania dengan tatapan tak percaya lalu menggeleng kuat.
" Berani banget lo ngacak - acak rambut gue "- rafi menatap vania nyalang
" Berani tuh "- jawab vania enteng
" Masa "- rafi menarik vania hingga membuat gadis itu berdiri, Ia menarik pinggang vania hingga membuatnya merasa sedikit was - was namun berusaha terlihat acuh kali ini.
" Yakin berani? "- ulang rafi memainkan ujung rambut vania hingga membuat gadis itu hanya bersmirk
" Berani banget malahan "- vania balik mengalungkan tangannya pada leher rafi hingga membuat dia menatap vania dengan tatapan mesum.
" Kenapa? "- tnya vania mengusap pipi rafi hingga lelaki itu diam mematung, merasa jika wajah gadis itu benar - benar semakin menawan saat tengah menggoda nya seperti ini.
" Yakin gak nyesel kalo gue sampek khilaf hah "- tantang rafi
" Khilaf? Gue bakal hentikan semua kalo sampek lo berani khilaf "- ancam vania, menatap kedua mata rafi dengan senyuman jahat
" Gue bakal bikin lo dalam masalah karna udah buat gue jadi kayak gini "- peringat rafi, menyelipkan tangannya pada tengkuk vania hingga vania menatap rafi sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Подростковая литература[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...
![R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]](https://img.wattpad.com/cover/223646645-64-k745497.jpg)