□□□ Pintar atau licik? □□□
Vania berjalan memasuki rumahnya, melirik sekitar dengan tatapan tajam, sepi. Itulah satu kata yang ada dibenak vania, entah kemana perginya orang rumah hingga ruangan ini begitu sepi.
" Kak, kenapa penampilan lo jadi kayak gitu, lo operasi plastik ya "- cibir clara yang sebenarnya kaget karna penampilan vania yang nampak begitu memukau, tapi yang pasti gadis itu tak mau mengakui nya.
Vania hanya diam tak berniat membalas ocehan clara sama sekali.
" Kemarin lo dicariin sama temen - temen lo, kemana coba sampek baru pulang sekarang !"- clara sedikit membentak hingga vania mengepalkan tangannya
" Ck, Lo masih kecil, jadi gausa bicara sama gue dengan nada tinggi lo! "- bentak vania menatap clara dengan tatapan dingin sampai gadis itu tersentak kaget akan bentakan vania yang nampak begitu tak biasa baginya
" Kak, Kok kakak bentak aku sih "- semprot clara tak terima
" Lo duluan yang bentak gue, asal lo tau "- jawab vania enteng, berjalan memasuki kamarnya tanpa memperdulikan adiknya yang sibuk melongo, merasa kebingungan dengan sikapnya sendiri. Selama ini adiknya itu sudah kurang ajar padanya, hingga sering menindasnya, tapi sekarang vania sudah lelah ditindas. Membersihkan dirinya lalu mengganti pakaian, dan keluar dari kamar dengan dandanan rapi.
" Heh, Mau kemana kamu, kenapa gak masak dulu, itu juga cuciannya gak kamu cuci dari kemarin "- perintah vara, vania semakin mengepalkan tangannya mendengar suara wanita paruh baya itu membuatnya sangat emosi.
" Heh anak gak berguna, gak denger apa yang barusan saya bilang "- jelas vara, sedetik kemudian Vania terdiam, ia masih tetap lah Vania yang sama dan memiliki rasa takut yang sama, tapi dia harus kuat kali ini. Vania membalikkan tubuhnya menatap vara dengan tatapan dingin.
" Oh ya, Bukannya tugas orang tua itu adalah menyayangi anaknya, tapi kenapa anda sama sekali tak pernah menyayangi saya "- vania menatap vara dengan senyuman sinis nya, vara sedikit terperanjat kaget akan ucapan vania yang tak seperti biasanya
" Asal anda tau, selama ini saya seakan - akan hidup tanpa kasih sayang orang tua, belum lagi kekerasan fisik yang anda lakukan itu semakin membuat saya menjadi gadis yang lemah "- kecam vania
" Kurang ajar kamu anak gak tau diri! " - bentak vara akan menampar pipi vania
" Apa, anda mau nampar saya lagi? Ck harusnya saya memang tak pernah dilahirkan dari rahim seorang ibu seperti anda yang sama sekali tak mampu menjaga anaknya dengan baik dan penuh kasih sayang "- jelas vania dengan tubuh yang bergetar, dengan begitu kuat vania menahan semuanya hingga ia terlihat sangat arogan dan keras.
" Kamu bener - bener anak gak tau diri ya!! "- bentak vara
" Jika saya anak tak tau diri maka tentu itu semua karna anda yang telah gagal mendidik saya bukan? "- tantang vania tersenyum miris, ia membalikkan badannya berjalan keluar dari rumah itu dengan perasaan dongkol.
" Cih, Gue kuat, gue gak bodoh "- vania menguatkan dirinya sendiri
" Kayaknya gue harus bener - bener tega ngelakuin hal ini, walaupun dia orang yang udah ngelahirin gue tapi sikap dia bener - bener gak bisa dipertahanin "- ucpnya begitu lirih, mengusap kepalanya yang terasa sedikit nyeri akibat jahitan yang belum mengering, seharusnya ia mengenakan perban dikepalanya tapi dia malah melepas perban tersebut agar tak pernah ada yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Teen Fiction[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...