● RAVANIA ~ 25 ●

28.4K 1.9K 14
                                    

□□□ Benar - benar menghindar? □□□

Lelaki itu hanya sibuk  memantul - mantulkan bola basket  dengan sangat emosi, sedari tadi mood nya  kacau, seketika ingatan - ingatan beberapa hari lalu kembali terputar diotaknya  membuat ia lagi - lagi menggeram marah.

" Sial! "- umpat nya geram kala melempar bola tersebut ke dalam ring dengan asal - asalan, walaupun begitu tapi tentu bola tersebut masuk dengan gampangnya .

" Ada yang salah kayaknya sama gue! "- pekik rafi frustasi,  ya tentu saja lelaki yang sedang dibicarakan ini adalah rafi.

" Nih,  gue liat mood lo kayaknya lagi kacau "- rangga menyodorkan sebotol minuman pada rafi,  tentunya  lelaki itu menyambar dan meneguk sebotol minumannya hingga tersisa setengah. 


" Lomba basket udah bentar lagi,  jadi mendingan lo siapin diri,  jangan emosi mulu, ntar yang ada tim kita kalah "- tutur rangga nampak begitu serius dengan ucapannya

" Gaakan gue biarin tim sekolah kalah "- tegas rafi penuh penekanan

" Terlalu ngegampangin  juga gabaik "- timpal rangga, berjalan menuju kepinggir lapangan dan duduk di bangku yang terletak tak jauh dari rafi berdiri

" Woyy,  lo ngapain berduaan, homo ya "- tuduh tama yang datang dengan arfan disampingnya

" Yang bener aja lo kalo ngomong "- teliti arfan yang dibalas cengiran oleh tama

" Lagian mereka berduaan gitu "- tama  mengambil bola basket tersebut dan memainkannya dengan begitu lihai,  tentu nya keempat lelaki itu memiliki keahlian  dalam bermain basket,  tak jarang jika mereka masuk dalam tim sekolah dan sudah mendapatkan banyak sekali piala hasil dari ikut lomba basket tersebut.


" Gausa sok cool gitu deh, enek gue liatnya "- cibir arfan, ya mau bagaimana pun tama juga termasuk siswa yang dicap tampan di sekolah ini,  wajahnya juga hampir sama tampannya dengan yang lain,  namun lelaki itu masih begitu enggan  membuka hatinya untuk seorang  gadis.  Berbeda dengan arfan yang selalu tebar pesona pada gadis - gadis cantik yang melewatinya,  jika arfan tidak tampan maka tidak mungkin juga kan para gadis itu mau meresponnya.


Jika dibandingkan dengan rangga sudah jelas jika lelaki itu juga tampan,  lebih tinggi dari arfan dan tama, namun sejajar dengan rafi,  hanya saja rangga terlalu dingin dan susah didekati, namun sebenarnya lelaki itu sangat baik.


" Gue emang cool kali "- tama menyombongkan diri

" Ish masih cool an gue juga kalik "- arfan menatap tama dengan begitu pedenya

" Hilih,  playboy kek lu mah mana ada cool nya "- ejek tama dibalas dengusan sebal oleh arfan


Rafi mengedarkan pandangannya mendapati seorang gadis tengah berjalan dengan begitu tenang,  gadis itu memasuki sebuah ruangan dan tentu kedua bola mata rafi yang tadinya memperhatikan gadis itu pun kembali terpejam berusaha untuk tetap relax, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.


□□□~□□□


Vania  menata beberapa obat - obatan yang memang sudah disediakan di uks sekolah,  kali ini adalah tugas piket nya untuk berjaga,  sebenarnya  tadi ia sedikit tergesa - gesa saat datang kemari, berharap tak ada yang melihatnya,  ia juga berharap jika tak sampai bertemu dengan lelaki yang beberapa hari kedepan akan ia hindari .

R A V A N I A  [ SEGERA TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang