● RAVANIA ~ 34 ●

26K 1.6K 80
                                    

Suara Pintu terbuka itu membuat vania hanya diam dan memilih untuk lebih fokus saja pada bukunya, tanpa memperhatikan sekitar,  lebih baik fokus pada bukunya daripada harus melihat siapa orang yang datang itu.


□□□ Pemaksaan! □□□


" Woyyy!"- pekik  lelaki tampan itu yang tiba - tiba saja berdiri tepat didepan vania hingga membuatnya mendongak, terdiam sejenak berusaha untuk mengerti  semua yang terjadi.


" Kenapa lo liatin gue gitu banget hah"- bentaknya. Vania segera beranjak, berniat akan kabur namun lelaki itu sudah lebih dulu mencengkram pergelangan tangan vania dengan begitu kuat.

" Awww "- ringis vania merasakan sakit dipergelangan tangannya

" Ka-kak A-aku mohon lep-lepas"- rintih vania mengadu kesakitan, namun lelaki itu sama sekali tak perduli padanya.

" Kenapa hah, lo mau ngehindari gue lagi? "- kecam lelaki itu, Tentunya itu  membuat vania menunduk takut, lelaki dihadapannya begitu menyeramkan kali ini, tatapannya  tajam menusuk sampai membuat nyalinya menciut.

" Ak-aku gak ngehindari kakak "- cicit vania menunduk takut

" Lo gausa bohong, kenapa lo ngehindari gue hah, mo cari masalah lo sama gue "- ancamnya pada vania,  tentu saja itu membuat vania semakin takut.

" Ap-apa mas-masalahnya sama kakak, bukannya bagus ya karna aku gak ganggu kakak lagi "- vania semakin menunduk takut, sungguh lelaki  didepannya sangat lah menyeramkan

" Brengsek! Gausa sok nyeramahin gue, awas aja kalo lo berani ngehindari gue lagi "- ancamnya mencengkram dagu vania, menaikkan wajah gadis itu agar menatap tepat pada matanya, sedetik kemudian mata vania bisa membuat lelaki itu diam.

" Ta-tapi aku"- berusaha mengalihkan tatapannya dari lelaki dihadapannya

" Siapa suruh lo ngalihin wajah lo, tetep tatap mata gue !"- perintah nya mutlak 

" Tatap mata gue!"- intruksinya sekali lagi. Vania reflek kembali menatap kearah lelaki itu, setelahnya kembali luruh, pertahanannya hancur, ia berusaha melupakan lelaki ini, tapi kenapa rasanya begitu sulit, padahal ia dan lelaki ini hanya menjalin hubungan selama beberapa hari saja, namun perasaannya pada lelaki ini sudah begitu jauh hingga ia sampai tak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.


" Tetep ajari gue matematika, tiap sabtu pagi lo harus tetep ke apartemen gue, titik  "- putusnya,  vania  seperti orang bodoh yang sedari tadi sibuk mengangguk  bak  kucing  penurut.


" Bagus, ntar pulang sekolah bareng gue, tunggu gue diparkiran, lo ngerti !"- perintah lelaki itu yang lagi - lagi membuat vania kembali bingung, ia benar - benar berniat menjauhi lelaki itu, tapi kenapa sekarang malah kembali dekat dengan nya lagi.

Ia ingin hidup disekolah dengan tenang tanpa adanya masalah,
benar - benar ingin fokus belajar bukannya malah terperangkap dalam jeratan lelaki yang tak memiliki rasa kemanusiaan seperti lelaki dihadapannya ini.


" Tap-tapi kak aku- "

" Lo tau kan gue siapa, Rafi Ozelino Adhitama, gue bakalan dapetin apa aja yang gue mau "- tegasnya, tentu vania tau jelas siapa lelaki dihadapannya ini

R A V A N I A  [ SEGERA TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang