□□□ Sebuah Buku □□□
Vania melemparkan tas nya asal, lalu merebahkan tubuhnya diranjang, ia merasa begitu lelah saat ini, otot - ototnya terasa begitu remuk.
Setelah selesai bekerja dicafe vania menyegerakan pulang kerumah agar bisa berbaring dengan tenang.
" Huh, capek banget sih "- rengek vania memilih mengambil tas sekolahnya, mengeluarkan beberapa isinya sembarangan
" Buku ini "- gumam vania menatap novel usang nya yang berjudul My BadBoy
" Huft, kenapa gue jadi sedih banget sih liat ni buku "- ia menghela nafas panjang
Pelan - pelan mulai membuka isi buku tersebut, entah kenapa saat ini vania merasa begitu malas membaca begitu banyak tulisan yang tak bergambar, sejak saat itu ia memiliki kepribadian yang benar - benar berbeda dari dirinya yang dulu, seakan - akan semua itu berbanding terbalik dengan sifatnya yang sekarang ini.
Membuka halaman paling belakang dari buku itu, kenapa ia begitu lupa dengan apa yang sudah di tulis sendiri dibagian belakang buku ini, ingatannya yang mampu membuat vania benar - benar berubah secara menyeluruh, atau sekarang semua orang tengah memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kan.
" Pangeran, Andai saja ia adalah seorang pangeran berkuda yang bisa membuat hidupku nampak begitu menyenangkan mungkin aku sangat bahagia saat ini, semuanya seakan tak seperti yang aku harapkan, dia yang ku harapkan menjadi pangeran ku malah menatap diriku dengan sebelah mata. Jika aku salah telah mencintai dan mengharapkan dirinya maka katakanlah, tapi apa salahku, jika aku sudah terlanjur mencintainya maka apa lagi kesalahanku, semua nampak berjalan tak sesuai dengan apa yang aku harapkan, semua nya nampak begitu menyedihkan "- vania membaca itu dalam hati, sesekali terdiam, kenapa saat membaca tulisannya ulang semua itu rasanya sangat menyesakkan, seakan - akan kehidupannya begitu menyedihkan, tak ada yang mau mencintainya dengan tulus saat itu, tapi sekarang semua orang mulai menyukai dirinya, ia yang sekarang lebih kuat, ia juga mampu menghadapi semuanya dengan berlapang dada.
" Ck, kenapa gue malah sedih sih "- segera menutup kembali buku itu, ia tak mau membaca tulisannya sendiri yang akan membuatnya semakin sedih
" Rafi, Lo harus bayar semuanya "- vania mengepalkan tangannya " Gue harus gimana sekarang "-
Tapi mungkin saja dibalik itu semua pasti ada suatu hal yang lelaki itu sembunyikan bukan, vania tidak boleh terlalu asal men cap dia jelek, karna itu semua juga pasti ada alasannya.
□□□~□□□
Di sabtu pagi ini vania memilih untuk berjalan - jalan mengitari taman dekat rumahnya, sebenarnya ia merasa begitu suntuk dirumah jadilah ia memilih untuk keluar menghirup udara segar yang begitu menyejukkan, nanti siang juga vania harus kembali ke sekolah untuk mengikuti ekstra band, lagipula tak ada salahnya bukan jika ia mewujudkan impiannya yang ingin menjadi vokalis band.
Itu sangat gampang menurutnya, tak ada hal yang tak bisa ia lakukan sekarang. Mendudukkan dirinya di bangku taman lalu meneguk air minumnya hingga tersisah setengah, tak terasa ia sudah melakukan joging.
Penampilannya mampu membuat orang yang berada disini terpukau, rambutnya yang ia kuncir begitu tinggi sedikit berantakan, beberapa anak rambutnya terjuntai karna sehabis olahraga, wajahnya yang dipenuhi keringat itu semakin menambah kesan seksi. Vania nampak begitu tak memperdulikan orang - orang yang memperhatikannya, itu sudah biasa bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Fiksi Remaja[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...