□□□ My BadBoy □□□
Setelah beberapa menit sampai di kantin rafi hanya memesan minuman, setelah itu berjalan menuju bangku yang terletak paling ujung.
Ia hanya menghabiskan waktu nya dikantin dengan berdiam diri seraya memainkan ponselnya tanpa memperdulikan sekitar.
Sekilas melihat kearah nama kontak yang tertera diponselnya, ia berfikir keras, kenapa tiba - tiba nomor itu tak pernah bisa dihubungi, bukannya tidak bisa melainkan nomor itu tak pernah mengangkat saat rafi menelefon, aneh bukan, seakan rafi ini merasa begitu kehilangan, tapi ia menepis semua itu dan berfikir jika dirinya mungkin hanya ingin membully seseorang saja bukan karna merindukannya.
Tingggg ... Tongggg ... Tingggg ... Tongggg .....
Menghela nafas kasar kala mendengar bel berbunyi dengan begitu nyaring memenuhi seluruh kawasan sekolah menandakan jika jam istirahat telah tiba, sedari tadi rafi hanya menyibukkan diri dengan ponselnya sampai lupa waktu seperti ini.
Ketiga temannya sudah berjalan menghampiri rafi yang duduk dibangku paling ujung .
" Huh emang pak herman tu pelit banget sih, masa gue keluar duluan gaboleh "- arfan menghela nafas gusar
" Lagian lo sok sok an mau duluan segala lagi "- cibir tama
" Ish sumpah ya, males gue, tuh rumus matematika udah ngeracunin pikiran gue sekarang "- sungut arfan
" Ya mending aja yang ngeracunin lo itu rumus matematika bukannya rumus jadi playboy sejati "- kata tama mencibir
" Yeee sirik lo, bilang aja kalo iri karna gue berhasil ngambil hati semua cewek dengan gampang "- arfan tersenyum sombong, tama menatap arfan dengan tatapan sebal
" Lo udah lama disini? " - tnya rangga pada rafi, tentunya itu membuat rafi mengangguk samar lalu memilih kembali meneguk air minumnya
" Lagian lo sih gaajak gue jadinya lo sendirian deh disini "- seru arfan
" Mending gue sendirian dari pada sama lo "- cibir rafi
" Hahaha mampos "- ejek tama. Arfan hanya menatap kearah tama dengan tatapan tajam
Tama membuang muka " Eh eh ngga noh cewek yang bikin lo gafokus "- seru tama tak sengaja melihat kearah seorang gadis berponi dengan rambut yang digerai tengah tersenyum kearah sang penjual.
" Weh anjir tu cewek kalo senyum manis juga, beneran manis woy "- pekik arfan yang juga melihat kearah gadis itu
Sedangkan rangga hanya menghela nafas kasar sekilas melirik kearah gadis itu, pura - pura merasa acuh namun sepertinya ia mulai tertarik.
" Jangan gerak lamban ntar lo kalah cepet "- perintah arfan
" Apaan sih orang gue gak ngapa - ngapain juga "- sergah rangga " Halah gausa sok jual mahal, ntar diambil orang baru tau rasa lo "- timpal arfan
" Bener juga kata arfan ngga "- qq tama mengompori
Sedangkan rafi hanya geleng - geleng melihat tingkah ketiga temannya, mengedarkan pandangannya tak sengaja melihat gadis berkuncir kuda yang berjalan kearah kantin bersama salah satu temannya, namun saat ia tak sengaja melihat kearah rafi entah kenapa gadis itu malah berjalan mundur dan meninggalkan temannya itu sendirian, sebelum gadis itu pergi dia malah membisikkan sesuatu pada temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Novela Juvenil[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...