□□□ Tiba - tiba ? □□□
Sibuk membolak - balikkan buku paket miliknya dengan begitu ahli, kali ini ia hanya terdiam di kelas dengan setumpuk buku nya, sejak kejadian kemarin bersama rafi, ia jadi merasa aneh saat dekat dengannya, apalagi saat lelaki itu mengatakan jika ada yang aneh dengannya itu mampu membuat vania harus kebingungan dalam menghadapi rafi.
" Van, Gak ngantin? "- tawar deo tiba - tiba duduk disamping vania, karna saat ini anggi tengah pergi kekantin bersama lia, sebenarnya tadi anggi dan lia juga sudah berusaha mengajak vania tapi dia tak ingin.
" Enggak " - vania tersenyum samar, terdiam sejenak lalu menatap deo " Deo, emang sikap gue sama sikap vanya tu beda jauh ya? "- tnya vania pada deo
" Beda jauh sih, beda banget malahan, kek sifat vanya itu kebalikannya dari sifat lo "- celetuk deo
" Kok bisa ya "- heran vania
" Nah, wajah kalian boleh sama tapi sifat kalian tu beda banget "- tutur deo " Kenapa emangnya? "- tnyanya
" Semua orang bilang kalo sifat gue berubah bagi yang gak tau kebenarannya "- kata vania lirih
" Van, Tapi gak semua orang peduli sama sifat lo yang asli kan? Itu gak masalah van "- deo mengusap puncak kepala vania gemas
" Kenapa lo tu takut banget sih sama apa yang dibilang orang lain, ini hidup lo van, lakuin apapun yang lo mau tanpa peduli sama kata orang "- tutur deo, vania terdiam, pantas saja deo dan vanya bersahabat baik, nyatanya pemikiran mereka pun juga hampir sama
" Gak perlu takut, selagi itu bener menurut lo maka lakuin "- jelas deo tersenyum kearah vania
" Tumben lo gak sama rafi, bukannya lo suka ya sama rafi, apalagi lo udah deket sama dia sekarang? "- tnya deo
" Enggak papa, gue ngerasa aneh aja saat udah bisa deket sama dia tanpa ngelakuin apapun, aneh aja rasanya "- vania tersenyum miris
" Emang susah kalo mencintai tapi gak dicintai, tapi kata vanya rafi udah mulai suka kok sama lo "- jelas deo " Kayaknya dia suka sama vanya bukannya sama gue deh "- kata vania
" Kenapa lo ngomong gitu, jangan mikir negatif dulu, lo pasti juga perlu beberapa hari dulu buat bisa deket sama rafi, semuanya juga butuh waktu "- tutur deo " Andai aja bisa kayak gitu"- lirih vania
Tiba - tiba ada yang berjalan memasuki kelas, membuat vania dan deo reflek menoleh ke sumber suara dengan tatapan kaget.
" Gue pergi dulu deh, lo selesaiin masalah lo "- deo mengusap puncak kepala vania, berjalan keluar dari kelas meninggalkan vania dengan lelaki itu yang tak lain adalah rafi
" Udah makan, Kenapa gak kekantin? "- tnya rafi, vania menggeleng kuat
KAMU SEDANG MEMBACA
R A V A N I A [ SEGERA TERBIT ]
Ficção Adolescente[ BEBERAPA PART TELAH DIHAPUS ] Lelah ? Jika ia bisa berhenti , maka ia ingin sekali segera berhenti dari kehidupan yang begitu melelahkan ini . Adakah bahu yang siap memberikan dirinya ketenangan ? ia sudah terlalu sabar menghadapi ini semua . Ni...