38. Distance

1.4K 139 7
                                    

Malam ini jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Nakyung baru saja pulang dari rumah sakit. Ia pulang dengan menaiki taksi, karena beberapa minggu ini hubungan nya dengan Renjun sedang tidak begitu baik.

Hal itu bermula saat suatu hari Renjun terlihat pulang telat dan lupa untuk menjemput Nakyung. Tidak biasanya Renjun bersikap seperti itu, jangan kan lupa menjemput nya, telat pulang 5 menit saja Renjun biasanya langsung menghubungi Nakyung bahkan meminta maaf berkali-kali.

Saat itu, ketika sampai di rumah Nakyung tidak menemukan Renjun, padahal Renjun tidak pernah pulang diatas jam 6 sore. Nakyung langsung mencoba untuk menghubungi ponsel Renjun namun setelah 3 kali mencoba, Renjun tak juga mengangkat teleponnya.

Karena panik Nakyung berniat untuk menghubungi Siyeon barangkali saat ini sedang ada rapat mendadak atau apa. Saat jari nya hendak menekan tombol hijau ia mendengar suara pintu yg dibuka, ternyata itu adalah Renjun.

"Jun... Kamu baik-baik aja kan ?" Tanya Nakyung panik

"Aku baik-baik aja, kenapa memangnya ?" Tanya balik Renjun

"Aku khawatir, hari ini kamu nggak jemput aku dan kamu nggak angkat telepon aku" keluh Nakyung

"Ohh...itu tadi ada rapat bentar, aku lupa ngabarin kamu. Yaudah aku ke kamar dulu ya" kata Renjun dan langsung berlalu meninggalkan Nakyung di ruang tamu.

Nakyung kembali dibuat bingung dengan perilaku Renjun kali ini. Tidak biasanya lelaki itu mengabaikan nya, setiap pulang kerja biasanya ia akan mencium kening Nakyung dan menyapa anak mereka. Namun kali ini tidak, lelaki itu hanya berlalu begitu saja di depannya.

Tak ingin semakin kepikiran, Nakyung pun akhirnya berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Lama ia duduk di meja makan sambil melamun, tak lama ia pun mencoba bertanya pada Siyeon apakah benar jika memang hari ini ada rapat atau tidak. Ia pun tampak mengetik beberapa kalimat lalu menekan tombol send.

10 menit kemudian Nakyung mendapat balasan dari Siyeon. Mengejutkan, Siyeon berkata jika hari ini sekolah berjalan seperti biasa dan tidak ada rapat sama sekali. Perasaan Nakyung mulai tidak enak. Kenapa Renjun mengatakan jika hari ini ia pulang terlambat karena ada rapat ? apakah suaminya itu sedang membohongi nya ? Lantas apa tujuan Renjun sampai berbohong padanya ? Semua pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

Renjun baru saja keluar dari dalam kamar, ia tampak mengenakan kaos lengan pendek dan celana training. Lelaki itu berjalan begitu saja melewati Nakyung untuk mengambil air minum dari dalam kulkas.

"Renjun, bisa kita bicara sebentar ?" Tanya Nakyung

"Mau bicara apa ?" Kata Renjun

"Kamu tadi bilang ada rapat di sekolah, itu nggak bohong kan ?" Tanya Nakyung hati-hati

"Maksud kamu, aku bohongin kamu ? Kamu mulai nggak percaya sama aku ?" Cecar Renjun

"Bukan, bukan seperti itu Jun. Hanya saja aku takut kamu menyembunyikan sesuatu dari aku"
Cemas Nakyung

"Aku nggak lagi nyembunyiin apapun dari kamu. Jadi berhentilah curiga sama aku" balas Renjun lalu segera pergi menuju ke arah ruang tamu.

Mendengar Renjun berkata seperti itu membuat hati Nakyung langsung mencelos, ini adalah pertama kalinya Renjun benar-benar mengabaikan nya. Tak ingin masalah terus berlanjut Nakyung pun segera mengejar Renjun hingga tanpa sengaja rok nya tersangkut kursi dan membuat nya terjatuh. Tubuh nya menghantam lantai dengan cukup keras hingga membuat nya menggeram kesakitan.

"Renjun... Renjun..." Panggil nya lemah di sela-sela tangisan nya. Lama Renjun tak juga datang hingga membuatnya pasrah. Ia berusaha berdiri dengan berpegangan pada kursi namun sakit di perut nya membuatnya tidak sanggup untuk melakukan nya.

"Jun... Tolongin aku" panggil Nakyung sekali lagi, berharap Renjun akan datang menolong nya.

Darah segar merembes di sela kedua kakinya, melihat itu Nakyung langsung histeris dan menangis semakin kencang.

Renjun yg saat itu sedang menelepon seseorang mendengar suara rintihan dari dalam rumah. Ia pun segera berjalan melangkahkan kaki mencari sumber suara.

Saat sampai di dekat meja makan matanya terbelalak melihat Nakyung yg sudah bersimbah darah. Ia pun segera mengangkat tubuh kurus Nakyung dan membawanya menuju rumah sakit.

Disepanjang jalan, kedua tangan Nakyung tampak saling meremas. Rasa sakit dan takut berkumpul menjadi satu. Air mata sudah tak berhenti mengalir sedari tadi. Bibir nya terus merapalkan doa semoga bayi nya baik-baik saja. Renjun pun tak kalah cemas nya, lelaki itu beberapa kali menengok ke arah istrinya saat terdengar suara rintihan disana. Hatinya begitu sakit melihat wanita yg sangat dicintainya itu menangis karena kesakitan.

Saat sampai di rumah sakit, Nakyung segera mendapatkan pertolongan. Ia dibawa ke sebuah ruangan dan membuat Renjun harus menunggu di luar. Hampir dua jam Renjun menunggu hingga akhirnya seorang dokter keluar dan menemui nya.

"Bagaimana keadaan istri saya dokter ?" Tanya Renjun

"Kondisi ibu Nakyung sudah kembali stabil namun bayi nya tidak bisa di selamatkan, maafkan kami pak. Anak bapak saat ini sudah meninggal dunia" hati Renjun bagai tertimpa batu besar. Dadanya sesak mendengar perkataan dokter barusan. Anak yg sudah lama ia nantikan kini harus pergi. Air mata sudah tidak bisa lagi ia bendung. Impiannya untuk segera menimang anak nya hancur sudah.

Perlahan ia masuk ke dalam ruangan Nakyung, disana ia bisa melihat wanita itu yg kondisi nya tak beda jauh dari nya. Nakyung sudah menangis sesenggukan bahkan ia tampak memukul-mukul tubuhnya sendiri.

"Maafin aku Jun, aku nggak bisa jagain dia. Maafin aku" ucap Nakyung dengan air mata yg terus menetes. Renjun tak menjawab apapun, ia hanya mendekat dan mengelus pelan Kapala Nakyung. Lelaki itu masih tampak beberapa kali meneteskan air matanya. Ia masih tak menyangka jika kini anak nya sudah tiada.

Tiga hari setelah dirawat di rumah sakit Nakyung akhirnya diperbolehkan pulang. Selama tiga hari itu keluarga dan teman-teman mereka bergantian menjenguk nya. Ia berusaha terlihat tegar dihadapan orang-orang yg disayangi nya.
Nakyung tak menyangka cobaan dalam hidupnya terasa sangat berat. Belum kering air matanya menangisi kepergian sang ayah kini ia harus kembali lagi menangis karena kepergian anaknya.

Selama perjalanan pulang ke rumah baik Renjun maupun Nakyung sama-sama diam. Entah mengapa hubungan keduanya terasa sangat dingin semenjak kejadian menyakitkan beberapa hari lalu itu. Mereka tak pernah lagi saling bicara kecuali ada hal penting yg perlu mereka bicarakan.

Kejadian itu terus berlanjut hingga jarak diantara mereka terasa semakin jauh, entah kapan mulainya yg pasti kini keduanya sudah tak saling memberikan kabar satu sama lain, Bahkan saat di rumah pun mereka juga tak saling menyapa.

Nakyung sadar, mungkin saat ini Renjun masih merasa sangat kecewa padanya karena kepergian anak mereka. Namun, apakah Renjun juga tidak memikirkan bagaimana perasaan nya. Ia juga tidak ingin semuanya terjadi, ia juga terluka karena kepergian anaknya, dan dia membutuhkan dukungan batin untuk menyembuhkan luka di dalam hatinya itu.

Renjun nya sudah berubah, sosok yg dulu begitu hangat dan perhatian padanya kini berubah menjadi lelaki dingin dan tak pernah memperhatikan nya lagi.

Jarak diantara mereka menjadi jauh dan semakin jauh, apalagi setelah kejadian dimana Nakyung tanpa sengaja melihat sebuah isi pesan dari seorang perempuan di ponsel Renjun.

"Jangan lupa besok aku tunggu di tempat biasa, Miss you ❤️"

Tbc





Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang