Di sebuah Mall terlihat Ennik dan Haechan sedang meributkan sesuatu. Haechan tampak kesal dengan apa yg saat ini sedang ditunjukkan Ennik padanya.
" Astaga belahan dada nya itu rendah banget yang, ganti...ganti..." Kata Haechan, Ennik pun hanya mendengus lalu berganti ke gaun selanjutnya
"Paha kamu bisa keliatan dari mana-mana kalau kamu pakai itu"
"Itu punggung kenapa harus bolong begitu ?"
"Pakai gaun yg ada lengannya aja bisa nggak sih ?"
"Ya ampun, itu bagian perutnya kok transparan begitu"
Dan seperti itulah komentar Haechan saat Ennik mencoba gaun-gaun yg sudah dipilih nya. Karena kesal akhirnya Ennik pun memilih untuk duduk di samping Haechan yg sontak membuat nya tampak kebingungan.
"Kok udahan ? Kenapa ? Nggak jadi semua gaun nya ?" Tanya Haechan
"Kamu aja deh Chan yg pilihin, pilihan ku nggak cocok semua sama kamu "
"Kok gitu ?"
"Iyalah, udah capek cobain semuanya, tapi kamu nggak ada yg suka satu pun"
"Bukan nggak suka sayang, tapi semua gaun nya itu memperlihatkan bagian-bagian tubuh kamu yg seharusnya nggak dilihat orang banyak. Bisa meleng mata laki-laki kalau kamu pakai baju begitu" kata Haechan menjelaskan
"Terus kamu mau nya aku pakai baju yg gimana ?"
"Yg penting jangan terlalu terbuka, kamu udah cantik pakai apapun tetep cantik" ucap Haechan yg berhasil membuat pipi Ennik memerah karena malu.
"Gitu aja pipi nya merah" goda Haechan lagi
"Biarin, ya udah ayo bantu aku pilih gaun lagi" kata Ennik yg langsung di turuti oleh Haechan
Hampir dua jam akhirnya mereka mendapatkan apa yg mereka inginkan. Mereka pun tampak keluar dari toko gaun tersebut dan segera menuju ke lantai atas untuk menemui dua orang temannya. Sepanjang jalan Haechan tak melepaskan tangannya dari pinggang Ennik, lelaki itu tampak memeluk pinggang itu posesif seakan takut jika perempuan nya lari saat ia melepaskan tangan nya.
"Udah dapat gaun nya ?" Tanya perempuan bernama Park Siyeon itu
"Udah, Lo sendiri gimana ? Udah juga ?" Tanya balik Ennik
"Udah kok, yuk mau makan apa langsung pulang ?" Tanya Siyeon
"Makan aja kali ya, eh Jeno mana ?"
"Ke toilet bentar" jawab Siyeon
Tak lama Jeno datang, namun ia tidak sendiri. Ia datang dengan seorang lelaki dan juga seorang anak berumur 5 tahun yg saat ini sedang berada dalam gendongan nya.
"Liat nih siapa ?" Tanya Jeno saat udah sampai di depan teman-temannya
"Ya ampun ganteng banget siapa ini ?" Tanya Siyeon antusias
"Namanya Luwi, anak nya Ryujin sama Hyunjin" jawab Jeno yg membuat tiga orang lain nya terkejut dan saling pandang.
"Dan ini kakak nya Hyunjin, namanya Lino. Dia yg selama ini merawat Luwi saat Hyunjin kerja" lanjut Jeno menjelaskan
"Aku boleh gendong dia ?" Tanya Siyeon ragu
"Nih, kamu coba gendong" kata Jeno sambil menyerahkan Luwi pada Siyeon
"Bang Lino lanjutin belanja dulu nggak apa-apa bang, biar Luwi gue jagain" kata Jeno, yg langsung disetujui oleh Lino.
"Kita di food court bang, nanti nyusul aja kesana" lanjut Jeno lagi
"Iya, makasih banget ya udah mau bantuin gue jagain Luwi, gue janji bakalan cepet balik" kata Lino lalu beranjak dari tempatnya
Mereka berempat ditambah Luwi segera melangkah menuju ke sebuah restoran untuk makan. Di sepanjang jalan Siyeon sibuk mengamati wajah Luwi yg terlihat menggemaskan. Ia tak tahu jika Jeno sedari tadi mengamati apa yg dilakukan nya itu.
"Kenapa kamu liat nya gitu banget ? Masih Nggak percaya kalau itu bukan anak ku ?" Tanya Jeno menggoda
"Kamu apaan sih, orang aku liat muka nya itu loh, lucu banget" jawab Siyeon
"Ganteng ya, persis Hyunjin" kata Jeno
"Kamu hutang cerita sama aku" kata Siyeon lalu berjalan meninggalkan Jeno di belakang nya. Jeno pun sedikit berlari untuk mengejar Siyeon lalu merangkul pundak gadis itu saat langkah nya sudah berhasil menyamai langkah gadis cantik itu.
Restoran tampak tidak begitu ramai saat mereka memasuki nya. Haechan dan Ennik sudah memilih untuk duduk di meja sudut seperti biasa, sedangkan Siyeon dan Jeno hanya mengikuti mereka dari belakang.
"Pesen langsung aja ya ?" Tanya Haechan yg langsung disetujui oleh semua nya.
Setelah selesai memesan mereka pun tampak menunggu dan sesekali menggoda Luwi yg tampak sangat menggemaskan dengan pipi gembul nya.
"Kok Lo masih berhubungan sama si brengsek itu Jen ?" Tanya Haechan yg langsung mendapat cubitan dari Ennik
"Ada anak kecil Chan, ngomong mu itu lho " kata Ennik
"Kita memutuskan berdamai saat Ryujin meninggal" jawab Jeno yg lagi-lagi membuat semua nya terkejut
"Ryujin meninggal ?" Bingung Siyeon
"Iya, dia meninggal saat melahirkan Luwi. Padahal waktu itu mereka lagi mempersiapkan pernikahan" kata Jeno. Siyeon menutup mulutnya tak percaya
"gue rasa nggak ada gunanya juga gue musuhin dia, dia udah mau tanggung jawab sama Ryujin dan mau mengakui kesalahannya itu udah cukup" lanjut Jeno
"Wuah... gue rasa Lo berubah banyak Jen, pemikiran Lo benar-benar dewasa sekarang" celetuk Haechan
"Yah... Berkat seseorang, gue akhirnya bisa menjadi Jeno yg sekarang" kata Jeno sambil melirik Siyeon.
Jam menunjukkan pukul 19.00 malam. Mereka berempat sudah sampai di rumah masing-masing kecuali Haechan yg terlihat masih berada di apartemen Ennik.
Lelaki itu beralasan jika ia lelah sehingga memutuskan untuk mampir ke apartemen Ennik.
"Yang, mandi dulu sana. Nggak lengket apa badan mu ?" Perintah Ennik
"Nanti aja lah, masih mager ini" jawab Haechan yg masih setia goleran diatas sofa
"Keburu malem, lagian cuma mandi bentar aja kamu tunda terus" kata Ennik lagi
"Iya iya, ini aku mandi" kata Haechan lalu beranjak dari sofa
"Sayang sini deh" panggil Haechan
"Apalagi sih ?" Tanya Ennik. Tanpa menjawab Haechan segera mengecup pipi kanan Ennik sambil tangannya mengelus pipi kiri nya. Ia lalu tersenyum
"Kamu cantik banget sih" kata lelaki itu yg berhasil membuat Ennik tersipu
"Tapi lain kali nggak perlu pakai make up kalau lagi ada aku, tuh... merah-merah di pipi kamu nempel di tangan aku" lanjut Haechan yg langsung membuat Ennik membuang muka karena kesal.
Memang bukan pertama kali Lelaki itu bersikap demikian. Bahkan Ennik sudah sangat hafal. Lelaki itu suka sekali memujinya hingga membuat nya melayang lalu menjatuhkan nya disaat yg bersamaan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love ?
Fanfiction~Semakin aku membantah perasaanku padamu, maka semakin kuat pula rasa itu tertanam dalam hatiku. ~Kamu adalah mimpi yang terwujud dan doa yang terkabul...