Hari sudah tengah malam, namun Jaemin baru saja memasuki halaman rumahnya untuk pulang. Hari ini lelaki itu melewatkan janjinya pada istri dan anaknya untuk pergi makan malam di luar. Ini bukan pertama kali Jaemin melupakan janji nya, namun sudah beberapa kali ia melakukannya.
Heejin tak pernah sekalipun bertanya secara langsung, alasan kenapa suaminya itu selalu tidak datang saat ia berjanji untuk makan malam bersama. Karena selama ini ia tahu lelaki itu sedang dalam pergolakan batin yg luar biasa. Ia hanya diam bahkan tampak baik-baik saja meskipun seharusnya ia berhak untuk marah karena apa yg sudah Jaemin perbuat padanya.
Pukul 00.05 Jaemin melangkahkan kaki memasuki rumahnya, ia lalu berjalan ke arah kamar dan tak menemukan Heejin disana. Ia pun berpindah ke kamar di sebelahnya dan membuka pintu nya perlahan. Disana dapat ia lihat jika Heejin sudah tertidur sambil meringkuk memeluk gadis kecil nya.
Perasaan bersalah tiba-tiba menggerogoti hatinya hingga membuatnya tak sanggup melihat dua perempuan itu lebih lama lagi. Ia pun segera keluar kamar dan menutup pintunya perlahan.
Ia duduk kan tubuh lelahnya pada sebuah sofa yg terletak di ruang tengah rumah nya. Ia pijat pelan kepala nya yg terasa berputar. Hari ini, sekali lagi ia sudah berbuat dosa kepada istri dan anaknya.
Di pagi buta, saat Heejin bangun dari tidurnya ia melihat Jaemin yg tertidur di sofa dengan masih mengenakan pakaian kerja, bahkan sepatunya pun belum dilepaskannya. Heejin berjalan mendekat lalu secara perlahan melepas sepatu yg dipakai suaminya. Pergerakan kecil itu berhasil mengusik tidur Jaemin sehingga membuatnya terbangun. Heejin yg melihatnya pun tampak tersenyum lalu menyuruh Jaemin kembali tidur.
"Hari ini Daeun ingin pergi ke taman bermain, tolong kamu turuti ya. Minggu lalu kamu udah membatalkan nya, aku mohon untuk hari ini, jangan kamu batalin lagi. Kasihan dia, semalam dia sudah sangat antusias bahkan hampir tidak bisa tidur" ucap Heejin pada Jaemin yg terlihat masih mengantuk. Jaemin pun hanya mengangguk sambil mengusap wajahnya.
"Masih jam setengah enam pagi, kamu masuk kamar aja. Kamu lanjutin tidur nya" perintah Heejin
Jaemin berjalan menuju kamar. namun bukan kamarnya, melainkan kamar anaknya. Lelaki itu masuk lalu kembali menutup pelan pintunya.
Heejin melangkah kan kaki menuju dapurnya. Ia segera merebus air dan mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam kulkas untuk dimasak nya. Saat sedang memanggang roti, ia dikejutkan dengan sepasang tangan yg tiba-tiba melingkari pinggangnya. Ia pun menoleh dan mendapati Jaemin sudah berdiri di belakangnya dengan kepala yg ia sandarkan pada pundak nya.
"Aku kangen sama kamu" ucap Jaemin yg entah mengapa berhasil membuat Heejin meneteskan air mata.
"Kenapa kangen ? Bukan kah setiap hari kita bertemu ?" Tanya Heejin berusaha tenang sambil mati-matian menahan air matanya agar tidak terjatuh lagi.
Lelaki itu tidak menjawab, namun suara isakan sudah mulai terdengar dari bibirnya."Kamu kenapa menangis ?" Tanya Heejin pura-pura tidak tahu semuanya
"Mau cerita sama aku ?" Tanya nya lagi, sambil berbalik untuk melihat wajah Jaemin. Lelaki itu hanya menunduk tak menatapnya. Heejin pun dengan tangan halusnya mengangkat dagu Jaemin agar ia bisa menatap lelaki itu. Disana, dapat ia lihat raut muka bersalah serta wajah memerah menahan amarah, air mata juga tak berhenti keluar dari kedua mata Lelaki itu.
Heejin mengusap air mata itu lalu menuntun Jaemin untuk duduk di salah satu kursi makan. Ia mendekat lalu berusaha membujuk Jaemin untuk membuka suara.
"Kamu ada masalah ? Coba cerita, mungkin aku bisa bantuin kamu" bujuk Heejin sambil menangkupkan kedua tangannya di wajah Jaemin.
"Aku minta maaf sama kamu, aku benar-benar sudah menghianati kamu" ucap Jaemin dengan suara pelan nya. Seakan tahu kemana arah pembicaraan itu, Heejin pun memutuskan untuk diam dan mendengarkan semua yg akan Jaemin katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love ?
Fanfiction~Semakin aku membantah perasaanku padamu, maka semakin kuat pula rasa itu tertanam dalam hatiku. ~Kamu adalah mimpi yang terwujud dan doa yang terkabul...