"pusing banget kepala aku" keluh Siyeon sesaat setelah dia sampai di rumahnya
"Kenapa bisa pusing ?" Tanya Jeno yg saat itu baru saja duduk setelah menidurkan anaknya di dalam kamar
"Anak didik aku yg harus nya berangkat lomba besok pagi, tiba-tiba aja dibatalin, padahal dia udah mati-matian berlatih sama aku. Lagian pihak sekolah itu ngapain sih batalin nya mendadak banget. Aku sampai kasihan sama dia, ini tadi aja dia sampai nungguin aku selesai rapat cuma gara-gara pengen minta maaf karena nggak jadi ikut lomba" cerita Siyeon
"Memang kenapa pihak sekolah batalin ? Nggak mungkin dong main batalin gitu aja kalau nggak ada sebabnya" tanya Jeno
"Pihak sekolah ngerasa kalau murid itu nggak layak ikut lomba karena di masa lalu dia pernah menjadi pelaku bullying. Tapi juga nggak bisa seenaknya gitu dong, kalau memang merasa nggak layak kenapa harus di kasih kesempatan di awal. Mereka pada nggak mikir apa gimana perasaan dia" kesal Siyeon
"Sayang, lebih baik kamu mandi dulu deh, Biar pikiran kamu lebih tenang. Sepertinya emosi kamu kebawa sampai rumah" usul Jeno
Siyeon pun melirik Jeno sekilas, lalu menghembuskan nafas beratnya. Suaminya benar, ia harus mandi agar pikirannya kembali segar.
Wanita itu bangkit dari sofa lalu berjalan masuk ke dalam kamar.
Jeno yg melihatnya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.Setelah selesai mandi, Siyeon menghampiri Jeno yg saat itu sedang berada di dapur. Ia berjalan mengendap-endap berniat mengagetkan Jeno. Namun sepertinya lelaki itu sudah menyadari keberadaannya.
"Kamu mau ngagetin aku ?" Tanya Jeno sambil berbalik menghadap Siyeon
"Kok kamu tahu kalau aku mau ngagetin kamu ?" tanya balik Siyeon
"Bau parfum kamu itu udah kecium bahkan saat kamu baru keluar kamar" jawab Jeno, Siyeon pun merengut lalu berjalan ke arah meja makan. Ia mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi sambil memperhatikan Jeno yg sepertinya sedang memasak sesuatu
"Murid yg aku ceritain tadi barusan nge chat aku, dia nyuruh aku untuk tidak khawatir, dia juga bilang kalau dia akan mencoba lagi jika ada kesempatan" cerita Siyeon
"Sepertinya murid kamu itu special banget ya ?" Ucap Jeno
"Dia sama kayak aku dulu Jen, dia datang ke Seoul sendirian. Sedangkan Semua keluarga nya ada di Busan. Dia juga bisa masuk sekolah karena dapat beasiswa, dia berasal dari keluarga sederhana. Untuk mencukupi kebutuhannya aja dia sampai kerja part time di salah satu Cafe deket restoran kamu"
"Sepertinya dia anak yg baik"
"Aku juga merasa seperti itu, kadang aku ragu sama pernyataan pihak sekolah yg mengatakan kalau dia adalah pelaku bullying. Sampai kadang aku mikir jelek, apa mungkin pihak sekolah tidak mengizinkannya karena ia bukan dari kalangan kaya dan khawatir akan merusak reputasi sekolah jika nanti ia dikenal banyak orang"
"Sayang, kamu nggak boleh mikir sampai kayak gitu. Harus berpikir positif, mungkin sekarang memang belum saat nya untuk murid itu mengikuti lomba"
Siyeon mendengus lalu menatap Jeno yg sedang meletakkan makanan di atas meja.
"Kamu kenapa liat aku sampai kayak gitu ? Aku tahu kadar kegantengan aku memang naik berkali-kali lipat jika aku sedang berada di dapur" bangga Jeno, Siyeon pun langsung melongo mendengar perkataan Jeno barusan
"Astaga PD nya..." Balas Siyeon sambil mencubit pelan lengan Jeno
"Auw... Sakit Sayang"
"Jangan berakting itu cuma cubitan kecil" kata Siyeon, Jeno pun hanya nyengir lalu duduk di sebelah Siyeon
"Jen, aku mau tanya sesuatu sama kamu"
"Tanya apa ?"
"Pas aku pergi dulu, kamu sekolah kepribadian dimana ?"
"Sekolah kepribadian ? Maksud kamu apa ? Aku nggak ngerti"
"Kamu berubah banget, dari sikap sampai sifat kamu itu beda dari Jeno yg aku kenal. Atau jangan-jangan kamu memang bukan Jeno sahabat aku waktu SMA dulu" kata Siyeon yg berhasil membuat Jeno tertawa
"Pertanyaan kamu aneh banget sih yang, kita udah nikah hampir lima tahun tapi kamu baru menanyakan hal itu sekarang ?"
"Sebenarnya udah dari dulu aku penasaran, tapi aku lupa terus tiap mau tanyain"
"Setiap manusia itu bisa berubah, kenakalan remaja itu ada masanya. Dan aku, nggak pernah sekolah atau belajar kepribadian dimana pun. Aku mempelajari nya dari diriku sendiri. Banyak kesulitan yg aku alami sejak kamu pergi. Aku terpuruk, aku merasa dunia ku runtuh saat itu. Tapi, aku segera sadar. Aku tidak bisa seperti itu terus, kehidupan terus berjalan dan aku nggak mau banyak kehilangan waktu ku jika aku tidak segera bangkit. Aku mulai menata hidupku sedikit demi sedikit, aku mulai memperbaiki diri dan belajar sesuatu agar aku bisa menjadi seseorang yg lebih berguna. Saat itu mama mengusulkan untuk aku bersekolah di salah satu sekolah masak yg ada di pusat kota. Mama tahu, jika aku masuk universitas pasti otak aku nggak akan sampai. Aku pun setuju dan aku mulai sekolah disana, lulus dari sana aku bekerja di salah satu restoran Italia milik teman mama, namun belum sampai satu tahun aku udah keluar karena teman mama ingin menjodohkan aku dengan salah satu putri nya. Aku menolaknya lalu memutuskan untuk merintis usaha ku sendiri" cerita Jeno
"Apa alasan kamu menolak nya ?" Potong Siyeon
"Karena kamu, bukan kah sudah aku katakan jika aku nggak bisa memikirkan gadis lain karena seluruh pikiran aku sudah kamu kuasai. Waktu itu aku kira semua akan membaik seiring dengan berjalannya waktu, dan kamu bisa sedikit demi sedikit menghilang dari pikiran aku. Tapi ternyata aku salah, semakin hari, pikiran tentang kamu jadi semakin menggila. Dan mulai saat itu aku putuskan untuk menunggu kamu dan menyelesaikan semuanya. Namun Lagi-lagi aku salah, setelah kamu pulang dan kita kembali bertemu ternyata perasaan aku justru semakin besar. Bahkan keinginan untuk menjadikan kamu milik aku pun datang tanpa bisa aku cegah. Sepanjang hampir tiga puluh tahun aku hidup, baru sekali itu aku menyayangi seorang gadis dengan begitu dalam. Aku rindu saat tak bisa bertemu, dan aku takut saat ia tak nampak di hadapan ku. Mungkin sekarang kamu berpikir jika aku aneh atau berlebihan, tapi itu adalah fakta yg aku alami. Aku sudah mencintai kamu bahkan sebelum kamu pulang kesini"
Siyeon, tak mampu mengatakan apapun. Pikiran nya tiba-tiba terlempar pada kejadian dimana ia masih berada di Paris. Saat itu, ia sempat berpikir untuk tidak akan pernah pulang dan mulai menata hidup nya disana. Namun, semua urung ia lakukan karena ia teringat seseorang. Lee Jeno, gadis itu bahkan tidak pernah sehari pun tidak memikirkan pemilik nama tersebut. Seakan ada sesuatu yg begitu kuat menarik nya untuk kembali pulang. Dan sekarang ia tahu, jika sesuatu itu adalah perasaan cinta seseorang yg sudah lama menantikan kepulangan nya.
"Kalau aja waktu itu aku nurutin keinginan aku untuk nggak akan pernah pulang, mungkin hari ini kamu sudah bersama dengan orang lain. Namun untungnya, hati aku terus mendesak untuk kembali dan menemui kamu"
"Aku nggak akan pernah bersama dengan orang lain jika orang itu bukan kamu. Seumur hidup pun, aku akan tetep nungguin kamu. Karena aku yakin kalau kamu itu jodoh aku"
Siyeon kembali dibuat terdiam mendengar nya, tiba-tiba saja debaran jantungnya berdetak tak karuan. Ia pun berdehem untuk menetralkan detak jantungnya.
"Kok kita jadi bahas masa lalu gini sih" kata Siyeon berusaha merubah suasana
"Nggak apa-apa, aku suka membicarakan masa lalu. Apalagi jika itu menyangkut kamu" jawab Jeno
"Kamu apaan sih, udah lah. mending sekarang kita makan, sayang banget kalau makanannya keburu dingin" ucap Siyeon, Jeno pun tersenyum lalu menarik Siyeon untuk dipeluknya
"Kamu itu kadang lucu, masa gitu aja kamu udah salting sampai pipi kamu merah semua" goda Jeno, yg langsung dihadiahi Siyeon dengan cubitan di lengannya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love ?
Fanfiction~Semakin aku membantah perasaanku padamu, maka semakin kuat pula rasa itu tertanam dalam hatiku. ~Kamu adalah mimpi yang terwujud dan doa yang terkabul...