67. the Three of us

1.2K 138 2
                                    

Pagi ini Ennik sudah duduk di salah satu kursi meja makan, bersama dengan Aron yg ia duduk kan diatas meja. Matanya tak henti menatap suaminya yg entah mimpi apa semalam, hingga sepagi ini sudah memasak untuk sarapan.

"Kamu baik-baik aja kan Chan ?" Tanya Ennik tidak percaya

"Emang aku kenapa ?"

"Tumbenan pagi-pagi udah masak, rumah juga udah bersih" jawab Ennik

"Yah... sekali-kali kan aku pengen bantuin kamu. Emang kamu nggak seneng apa kalau aku bantuin ?"

"Ya bukan nya nggak seneng, tapi aneh aja. Kamu nggak lagi rencanain sesuatu kan ?" Curiga Ennik

"Astaga sayang, kamu itu selalu negative thinking terus sama aku. Aku ini tulus loh mau bantuin kamu, kecuali kalau kamu memang pengen belikan aku sesuatu, nggak usah yg mahal-mahal cukup beliin PS aja, Bakal main sama Aron" jawab Haechan yg membuat Ennik langsung melemparnya dengan sendal yg ia pakai

"Macem-macem, mau ngajarin anak kamu main-main kayak gitu ? Aku nggak mau ya, anak aku nggak boleh mainan kayak gitu"

"Orang cowok juga, biarin kenapa main-main PS"

"Nggak... Nggak boleh pokoknya" larang Ennik

"Mami nggak asyik ya nak ?" Tanya Haechan pada Aron yg kini sudah menatapnya sambil tersenyum, ia pun lantas mengangkat Aron dari atas meja lalu menggendong nya

"Mau kamu ajak kemana ? Masih jam enam pagi, jangan diajak keluyuran" ucap Ennik memperingatkan

"Mau jalan-jalan depan kompleks yang, udah lama Aron nggak jalan pagi. Kamu mau ikut ?" Tawar Haechan

"Mau, tunggu bentar" jawab Ennik

Dan pagi hari pun mereka habiskan dengan berjalan-jalan mengelilingi kompleks. Ennik tampak menggandeng tangan Haechan sedangkan lelaki itu menggendong anaknya sambil sesekali mencium pipi Aron.

"Chan aku pengen kesana" tunjuk Ennik pada sebuah taman yg di dalamnya terdapat kolam

"Ngapain ? Mau nostalgia ?" Tanya Haechan usil

"Iiihhh... Apaan sih, masih diinget aja"  kesal Ennik

"gimana nggak inget, itu sumpah drama banget, astaga apa sih yg kita lakuin waktu itu ?"

"Ya habis nya kamu nggak mau nurutin kemauan aku, padahal waktu itu kan aku lagi ngidam"

"gimana bisa aku turutin kamu, masa tengah malam nggak ada angin nggak ada hujan malah ngajakin pulang ke Kanada. Kamu kira nggak butuh beli tiket dan lain-lain. Di kasih tahu malah ngambek, terus lari kesini" cerita Haechan

"Habis itu kamu juga lari-larian susulin aku, sampai hampir masuk ke kolam gara-gara kamu kira aku mau nyemplung kesana" lanjut Ennik, dan Haechan pun langsung tertawa kencang sambil geleng-geleng

"Heran, apasih yg aku pikirin waktu itu. Aneh banget sumpah" ucap Haechan

"Lagian ya kali aku nyemplung ke kolam cuma gara-gara nggak diturutin pergi ke Kanada"

"Orang panik itu pikiran nya kemana-mana yang, Makanya kamu jangan suka ngambek terus pergi-pergi nggak jelas. Udah tahu aku panikan, kamu malah kayak gitu"

"Kamu itu nggak cuma panikan tapi lebay" cibir Ennik

Kini mereka pun sampai di taman tersebut, mereka mendudukkan diri di salah satu kursi panjang yg ada di sana

"Yang, kamu inget nggak pertama kali kita ketemu dimana ?" Tanya Haechan

"Eumb...di taman sekolah bukan sih ? Di depan kolam juga kayak gini" jawab Ennik

"Seratus buat kamu, kalau pas pertama kali aku suka sama kamu ?" Tanya Haechan lagi

"Pas di kantin Kampus, atau pas kita pulang habis ujian waktu itu. Aku lupa sih, pokoknya pas udah masuk kuliah"

"Salah tau, aku suka sama kamu juga pas hari pertama kita ketemu. Pas di taman sekolah waktu itu, I'm falling in love at the first sight" ucap Haechan, Ennik pun menoleh lalu menatap Haechan

"Aku semenarik itu ya, sampai baru ketemu aja kamu udah langsung jatuh cinta ?"

"Jangan sok cantik, tapi aku akuin sih. Aku suka lihat kamu hari itu"

"Of course, siapa sih yg bisa menolak pesona seorang Ennik Douma" bangga Ennik sambil mengibaskan rambutnya dan mengenai Wajah Haechan

"Ya ampun yang, kira-kira dong sampai kena muka gini" sungut Haechan

"Sorry, sengaja" balas Ennik

"Eh... Nanti malam kita keluar berdua yuk, Aron titipin ke tempat mama"

"Mau ngapain keluar berdua aja ?" Tanya Ennik

"Makan bareng, jalan bareng, kan mumpung malam Minggu. Sekali-kali quality time berdua, udah lama banget nggak keluar berdua aja, tiap pergi pasti ini bocah ikut" ucap Haechan sambil mengangkat tubuh anaknya

"Ya emang udah punya anak, kalau kamu mau dia nggak ikut ya jalan aja sendiri sana" kata Ennik sambil mengambil anaknya dari pangkuan Haechan

"Lagian, kenapa sih kalau dia ikut ? Kasihan tahu, dia kan ada disini juga karena kita" lanjut Ennik sambil memeluk tubuh anaknya

"Heum... mulai lagi, kamu itu ngatain aku lebay padahal kamu sendiri juga kayak gitu. Tiap yg menyangkut masalah anak pasti sensitif"

"Ya karena aku mami nya, kalau nggak aku yg lindungi dia terus siapa lagi ?"

"Papi nya dong, kan dia juga punya papi" jawab Haechan

"Males papi nya suka nggak peka" Balas Ennik

"Eh yang, aku dulu pas belum nikah sempat loh mikir gimana ya kalau nggak usah punya anak aja, biar aku bisa puas-puasin habisin waktu sama kamu"

"Kok mikir gitu ? Berarti kamu nggak seneng dong punya Aron sekarang ?"

"Dengerin dulu dong, belum selesai ngomong ini. Tapi itu dulu, pas udah nikah terus hidup cuma berdua ternyata lama-lama bosen juga. Apalagi setelah lihat Jaemin punya anak dan anaknya cakep banget, aku jadi kepengen. Terus ya udah deh, kayak nya nggak ada salahnya punya anak"

"Ya iyalah, lagian aku nggak bisa bayangin kalau selamanya aku cuma hidup berdua sama kamu, pasti bosen banget, gini aja bosen"

"Apa kamu bilang ? Kamu bosen sama aku ? Yang, tega banget sih kamu" protes Haechan

"Ya gimana dong, aku kan ngomong yg sejujurnya" jawab Ennik sambil melirik ke arah Haechan

"Ck... Nyebelin" ucap Haechan lalu berdiri dan berjalan meninggalkan Ennik

"Heh... Aku jangan ditinggalin" teriak Ennik lalu berlari sambil menggendong Aron.
Setelah langkahnya berhasil menyamai langkah Haechan, Ennik pun segera memberikan Aron pada Haechan

"Gantian gendong" ucap Ennik

"Ngapain kamu ngikutin aku, katanya tadi bosen sama aku" kesal Haechan

"Hih... PD banget kamu, orang aku juga mau pulang" jawab Ennik

"Aron nya jalan aja kenapa sih yang, pegel tau gendong terus" keluh Haechan

"Nggak bisa, dia nggak pakai alas kaki. Nanti kaki nya lecet kasihan. Kamu gendong aja, lagian siapa suruh tadi nggak mau pakein sepatu dulu"

"Ya ampun yang" keluh Haechan lagi

"Ohh gitu, kamu nggak mau gendong dia. Fine... Mulai sekarang--"

"Iya...iya... Aku gendong. Kamu mah main nya ngancem melulu" kata Haechan lalu segera berlari agar Ennik tidak bisa memukul nya

Ennik yg melihatnya pun segera berlari menyusul Haechan dan juga  anaknya.

"Haechan, awas ya kalau udah sampai rumah" teriak Ennik sambil terus berlari mengejar nya.

Tbc

Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang