54. Give me One more Chance

1.3K 137 6
                                    

Dimalam yg sunyi, kediaman Jaemin sudah tampak sepi. Para penghuni di dalam sana sudah terlelap dalam tidurnya, namun sebuah dering telpon membuat salah satu diantara penghuni disana terpaksa bangun untuk mengangkat nya.

Heejin tidak tau siapa yg menghubungi ponsel suaminya tengah malam begini. Ia pun lalu berjalan ke arah nakas di samping suaminya karena dering ponsel yg sedari tadi tak Juga berhenti.
Heejin segera mengambil ponsel itu dan melihat siapa yg menelponnya, nama 'Mama' terpampang jelas di layar ponsel canggih itu.

Heejin segera menggeser tombol berwarna hijau lalu mendekat kan ponsel itu pada telinga nya.

"Hallo ma" kata Heejin

"Jaemin dimana nak ?" Tanya ibu mertuanya diseberang telpon

"Jaemin sedang tidur ma, di Korea masih tengah malam. Mama ada apa telpon ?" Tanya Heejin, tak ada sahutan namun, suara Isak tangis mulai terdengar

"Mama... mama baik-baik saja kan ? Kenapa mama menangis ?" Tanya Heejin sedikit keras, dan berhasil mengusik tidur Jaemin. Lelaki itupun mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mendudukkan diri sambil bersandar di kepala ranjang.

"Papa meninggal nak" jawab wanita itu, setelah sekian lama terlarut dalam tangisnya.

Heejin tak mampu berkata apapun lagi, bibir perempuan itu terkatup rapat sambil pandangan matanya menatap lurus ke arah Jaemin yg masih tak mengerti apa-apa.

"Mama tenang ya, kami akan segera kesana. Mama tunggu ya" pinta Heejin, dengan air mata yg sudah menggenangi kedua matanya.

"Tolong bujuk Jaemin agar mau melihat papanya untuk terakhir kali ya nak" pesan sang ibu mertua

"Pasti Jaemin kesana ma, mama tunggu saja ya" jawab Heejin, lalu ibu mertuanya pun memutuskan sambungan telponnya.

Jaemin tampak masih bingung dengan apa yg terjadi barusan. Heejin tampak menangis setelah mengangkat panggilan di ponselnya. Ia tidak tahu, siapa orang yg menelponnya tengah malam begini dan membuat istrinya menangis.

"Jaem, kita ke London secepatnya. Kamu bisa kan minta tolong asisten kamu buat nyari tiket untuk kita bertiga pergi kesana ?" Tanya Heejin

"Kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu ? Apa yg membuat kamu ingin secepatnya pergi ke London ? Dari siapa telpon tadi ?" Tanya Jaemin beruntun

"Ada hal penting yg harus segera kita lakukan disana. Kita harus pergi kesana secepatnya. Sekarang kamu hubungi asisten kamu, aku ingin penerbangan ke London dilakukan hari ini juga" jawab Heejin

"Sayang ada apa sih ? Siapa tadi ?" Tanya Jaemin lagi

"Kamu nggak usah banyak tanya, sekarang kamu siap-siap, bangunin anak kamu, aku mau packing" jawab Heejin

Jaemin pun diam dan menuruti permintaan istrinya. Ia segera menepuk pelan tubuh anaknya untuk membangunkan nya, setelah putri nya bangun ia segera membawanya ke kamar mandi dan lanjut bersiap. Ia juga sudah menghubungi asisten pribadi nya untuk mencarikannya tiket pesawat ke London secepatnya, dan di dapatlah penerbangan pukul 04.55 pagi, hari ini juga.

Hati Jaemin masih diselimuti perasaan bingung, sampai sekarang ia masih tak mengerti apa tujuan Heejin memintanya untuk pergi ke London. Ia sebenarnya tidak menyukai pergi kesana, bahkan mendengar namanya pun ia enggan. Banyak kenangan buruk terjadi di negara itu dan ia ingin melupakan semuanya.

Sampai di dalam pesawat ia tak berani bertanya apapun pada istrinya karena perempuan itu sedari tadi hanya diam. Heejin terlihat melamun sambil memangku putrinya yg saat itu sudah kembali terlelap. Matanya tampak merah menahan tangis dan ia pun juga menghela nafas beberapa kali berusaha menenangkan diri.

Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang