Part 11

147 41 24
                                        

Jisoo's POV

Untung aku bisa melarikan diri dari mereka berdua. Tentu saja dengan cara yang tidak keren sama sekali. Memanjat pohon dan menyembunyikan diri dibalik daun-daun lebat. Untungnya Bobby berhasil mencegah Hanbin untuk mencariku.

Kalian tentu mengira kalau aku harus mengelabui semua orang dengan suara, kan? Meskipun aku sempat khawatir Bobby akan mengenaliku, tetapi sepertinya itu tidak akan terjadi. Setidaknya, aku harus memastikan itu tidak akan pernah terjadi.

"Sepertinya aku harus melaporkan hasil penyelidikanku pada mereka," gumamku. Well, mereka harus dialihkan. Jadi, kuambil handphoneku dan kukirim pesan pada mereka berdua.

Aku melihat melalui celah-celah daun dan aku bisa melihat dua orang sedang berusaha memanjat pohon. Cara klasik. Bobby mungkin saja handal karena kami teman sepermainan, tapi Hanbin? Aku tertawa pelan melihat gaya kikuknya memanjat pohon. Sepertinya kami akan membawa pengaruh buruk padanya, bukan begitu?

Aku memanjat ke dahan yang lebih tinggi dan berusaha meringankan tubuhku. Lalu kuraih jendela kamarku dan segera melompat masuk ke dalam. Segera saja aku lepaskan semua penyamaranku. Mulai dari rambut palsu berwarna ungu juga lensa kontak berwarna biru. Kemudian menanggalkan jubah dan pakaian dan menggantinya dengan pakaian tidur yang biasa kugunakan. Semua penyamaranku kemudian kuletakkan di tempat tersembunyi. Aku berdeham untuk menormalkan pita suaraku

Lima belas menit sebelum jam sebelas malam. Patroli akan dilakukan lagi jam dua belas. Berarti aku punya banyak waktu untuk ke sana. Aku mengambil sepatuku juga kacamata dan segera kukenakan. Kemudian aku membuka kembali jendela dan keluar dari kamar. Menyelinap dan menuruni pohon dan memanjat pohon lagi kemudian mengetuk jendela.

"Buka! Ini aku." Jendela di buka dan tangan Bobby menyambutku.

"Lebih lama dua menit dari dulu. Apa kemampuanmu sudah menurun?" Kenapa dia harus bersikap gentle sambil berkata sesuatu yang mengejek. Bikin aku kesal tapi tidak bisa marah dan balik mengejeknya.

"Ha-ha. Lucu sekali. Katakan itu pada orang yang tidak pernah memanjat pohon?" Hanbin nampak tersinggung dengan ucapanku karena wajahnya menjadi kesal. "Hei! Tidak semua orang bisa memanjat pohon seperti kalian berdua. Dan lagi, Jis. Yang mengejekmu barusan adalah Bobby, kenapa kau membalasnya padaku?"

"Karena kau kelihatan lucu sekali. Kau kira hanya Jiwon yang melihatmu memanjat, bukan begitu?" Aku terkekeh pelan untuk beberapa saat sebelum berdeham. "Baik, jadi. Mari kita fokus."

"Tunggu, kurasa kau harus tahu sesuatu, Jis," sela Bobby. Wajahnya terlihat serius. Dia mengulurkan sebuah kertas yang familiar padaku. Tapi wajahku harus tetap terkejut.

"Apa ini?"

***

Hanbin's POV

"Tadi, saat kami selesai, kami bertemu dengan Detektif Sherlock." Seperti yang kuduga, Jisoo juga terkejut.

"Kau bilang apa?" Jisoo terdiam untuk beberapa saat. "Jangan ngawur kalian berdua. Tidak mungkin kalian bertemu dengan Detektif Sherlock."

"Dengar, Jis. Mungkin Hanbin tidak bisa dipercaya, tapi kami betulan bertemu dengannya tadi." Sial! Memang wajahku seperti penjahat sampai tidak bisa dipercaya?

"Apa yang kalian bicarakan?" Sepertinya wajahku memang tidak bisa dipercaya.

"Dia meminta kita untuk mencari motif pelaku," jawabku. "Katanya tersangka kita sudah tepat –tidak. Dia tidak mengatakan hal itu, tetapi bersikap seolah-olah tersangka yang kita maksud sudah benar." Jisoo terlihat berpikir keras. "Itu jelas tidak mungkin. Bagaimana bisa dia tahu soal itu? Apa mungkin kalian memberi tahu siapa saja tersangka kita?"

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang