Part 67 - Dilema

89 23 9
                                    

"Hei, mau melakukan sesuatu yang gila? Sebentar saja," tanya Hanbin. Jisoo mengernyit heran namun tetap mengangguk. Hanbin mengangkat kedua tangannya dan melingkarkannya di punggung gadis itu, menariknya mendekat. Jisoo termenung untuk beberapa saat sebelum berusaha berontak namun Hanbin menahannya. "Aku tahu ini gila, tapi seseorang bisa lebih mudah melepaskan bebannya dengan pelukan. Kumohon percaya padaku sebentar saja."

Jisoo tak berontak namun tak juga balas memeluk. Dia hanya dia seperti patung. "Kim Hanbin, kau benar-benar tidak waras. Kau tidak memikirkan perasaan Hayi?"

"Hayi adalah pacarku, kau adalah temanku. Seharusnya hal itu sudah jelas," ujar Hanbin sambil melepaskan pelukannya. Dia sedikit menyeringai. "Kalau begitu, sebaiknya kita kembali ke kelas sekarang."

Jisoo mengangguk dan mereka berjalan bersama-sama. Tapi.... sebenarnya apa yang membuat Hanbin bertingkah aneh seperti itu?

***

"Jadi, kau mau ke mana?" Hanbin menatap Hayi. Bel pulang baru saja berbunyi membuat suasana menjadi ramai dengan siswa-siswa yang bergegas kembali ke asrama masing-masing ataupun pergi ke manapun selain berada di kelas. "Ke asrama, tentu saja," jawab Hayi. "Ujian akhir sudah dekat. Aku dan yang lainnya akan belajar bersama."

"Seandainya aku bisa ikut juga," keluh Hanbin kecewa. "Oh! Atau aku ajak Yunhyeong dan Sungjae. Bagaimana? Kita bisa belajar di perpustakaan."

Hayi menggeleng. "Jisoo, Jennie, dan Rose akan uring-uringan kalau kalian bertiga bergabung. Kau tahu kan seberapa berisiknya kedua temanmu itu? Terlebih pasti banyak orang yang akan menghabiskan waktu di perpustakaan."

"Tapi-"

"Hanbin bisa bicara sebentar?" tanya suara datar membuat Hayi dan Hanbin menoleh. Bobby. Hanbin menatapnya tajam. "Ada apa?"

"Berdua saja," ujar Bobby datar.

Hanbin menoleh ke arah Hayi. "Maaf, Hayi. Sepertinya kita tidak bisa pulang bareng ke asrama  hari ini." Hayi mengangguk. "Kalau begitu aku pulang duluan."

Setelah Hayi tak terlihat lagi, Hanbin kembali menatap Bobby. "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Kita bicara di tempat lain."

***

Kedua laki-laki itu berdiri di tempat yang menjadi saksi sepasang sahabat yang berpelukan beberapa jam yang lalu. Ekspresi mereka bertentangan. Hanbin dengan senyum kemenangan dan santainya, sementara Bobby entah kenapa seperti bom yang tinggal menunggu waktu untuk meledak.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Hanbin to the point. Jika ada yang melihat mereka berdua, pasti tidak akan menyangka kalau saat ini keduanya serius. "Kau pasti memanggilku bukan hanya untuk diam saja, kan? Pengkhianat?"

Bobby semakin mengeraskan rahangnya mendengar satu kata terakhir yang diucapkan oleh Hanbin. Sebenci apapun sebenanrya dia namun apa yang diucapkan oleh Hanbin memang benar. Di mata mereka, Bobby hanyalah pengkhianat, tetapi ....

"Kalau kau tidak mengetahui apapun, lebih baik tidak usah menuding orang sembarangan," tukas Bobby.

"Apa maksudmu?! Jelas-jelas kau sendiri yang menyatakan kalau kau berpihak pada musuh! Mengkhianati kami- bukan! Mengkhianati Jisoo seenaknya-"

"Apa yang terlihat belum tentu yang terjadi," sela Bobby. "Kadang seekor domba harus berubah menjadi serigala agar bisa menyelamatkan gembala," lanjutnya.

Hanbin mengepalkan kedua tangannya. Tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya yang benar-benar diluar jalur saat ini. Terlebih kepribadian sekeras batu itu benar-benar membuat Hanbin muak.

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang