Part 61

98 28 1
                                    

"Kenapa wajahmu cemberut seperti itu?" Jisoo menghela napas mendengar pertanyaan Jaejoong. Iya, pria awet muda yang datang ke sekolah karena mendengar anak bungsunya yang paling dingin kena bullying.

"Papa terlalu keras tadi. Dia hanya menyentuh pipiku sedikit. Papa tidak perlu sampai mengeluarkannya dan mengancam kerja sama dengan ayahnya, kan? Nanti mereka mau makan apa?"

Jaejoong menggeleng. "Urusan papa dengan ayahnya itu urusan orang dewasa. Lagian dia bukan menyentuh, Jisoo. Tapi menampar," ucap Jaejoong sambil menekankan pada kata menampar. "Dan sudut bibirmu juga berdarah," lanjutnya lembut membuat Jisoo berdecih. "Papa seperti berhadapan dengan anak umur lima tahun," tukas Jisoo. "Ngomong-ngomong, ibu yang ada di rumah itu tidak boleh tahu hal ini."

Jaejoong menatap tajam. "Kim Jisoo!" tegurnya pelan. "Mengertilah mamamu. Dia memang orangnya keras dan sulit mengeluarkan perasaannya. Tapi, dia juga pasti khawatir kalau mendengar kabar ini."

"Papa tidak boleh memberitahunya-"

"Dia akan tahu sendiri nanti. Meskipun papa tidak memberitahunya, mamamu akan tetap tahu. Mata-matanya lebih banyak dibandingkan papa," kata Jaejoong misterius.

"Jangan-jangan...."

"Mungkin mamamu sudah mendengar hal ini. Dari eonniemu misalnya," lanjut Jaejoong. "Ya, sudah. Lebih baik kau segera pergi makan malam dan istirahat. Papa lihat teman-temanmu menunggu di depan gedung serba guna."

Jaejoong memeluk Jisoo yang tumben tidak menolak. "Jaga dirimu baik-baik, oke? Jangan terlalu stress dan hadapi semuanya dengan kepala dingin apapun masalahmu. Dan papa harap, kalau libur nanti kau mau menghabiskan waktumu mengakrabkan diri dengan mamamu. Mamamu juga orang yang baik, walau kau bukan anak kandungnya, mengerti? Papa sudah lelah melihat pertengkaran kalian di rumah."

Jisoo tidak ingin menghancurkan suasana mellow di antara dirinya dan Jaejoong hanya mengangguk mengiyakan.

"Ya sudah. Papa pulang dulu, oke?"

Jisoo mengangguk. Dia menatap mobil papanya yang meninggalkan pekarangan SHS. "Keluarlah. Aku tahu sejak tadi kau bersembunyi di sana, Jiwon."

Bobby keluar dengan wajah datar. Tidak merasa malu walaupun sudah ketahuan menguping pembicaraan pribadi. "Sudah merasa lebih baik?"

Jisoo menggeleng. "Tidak. Bagaimana aku akan menghadapi tatapan semua orang setelah ini?"

Bobby mendengus. "Kenapa memikirkan hal yang tidak penting seperti itu? Hadapi saja mereka. Lagian, kau kan tidak menyembunyikan apapun. Hanya tidak pernah mengatakan apapun karena mereka tidak pernah bertanya. Apa itu salah?"

Jisoo tak dapat membalas. Apa yang dikatakan oleh sahabat kecilnya itu benar. "Lagian, seharusnya mereka sudah mengetahui hal itu sejak kau mendapat surat peringatan skors tahun lalu. Saat itu, Om Jaejoong juga datang, kan?"

Jisoo berdecih. Bobby terkekeh melihat Jisoo yang kesal, spontan dia mencubit pipi kecil itu. "Sakit, Jiwon!"

"Ayo. Yang lain sudah menunggu untuk makan malam."

***

Jisoo menatap heran Hanbin yang uring-uringan. Dia dan Bobby baru saja selesai mengambil makanan dan berniat bergabung saat Hanbin menghampiri mereka berdua. "Ada apa?" tanya Bobby.

"Selesaikan makan kalian dengan cepat, setelah itu temui aku di ruang OSIS." Bobby dan Jisoo hanya saling bertatapan tidak mengerti.

"Kenapa dia?" tanya Jisoo pada Hayi begitu dia duduk di sampingnya. Hayi hanya menghela napas dan menggeleng. "Entahlah. Setelah handphonenya berbunyi, dia tiba-tiba bertingkah aneh seperti itu."

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang