Part 46

118 28 1
                                        

Lady Sherlock sendiri tak berbuat apa-apa melainkan membiarkan gadis itu mengeluarkan seluruh emosinya yang terpendam selama ini. Hingga beberapa waktu kemudian, Lady Sherlock mendekat dan berjongkok di hadapan gadis itu. "Kau sama sekali tidak jelek," ucapnya pelan. Tangannya ingin menyentuh Daisy namun ...

'PLAK!'

ditepis oleh yang bersangkutan dengan kasar. "Kau pasti mengejekku!" Dia menggeram dan menatap tajam Lady Sherlock. Wajahnya kelihatan muak dengan sosok berkostum aneh di depannya. "Kemarin jelas-jelas kau mengataiku jelek. Apa maksudmu, hah?'

"Memang," jawab Lady Sherlock tegas. "Kemarin kau sangat jelek. Kau yang mendendam yang penuh kebencian sangatlah jelek di mataku." Dia kemudian tersenyum lembut. "Tetapi, saat ini kau berbeda-"

"Munafik!" Daisy mendengus. "Orang cantik sepertimu tak akan tahu sama sekali bagaimana rasanya penderitaanku selama ini! Segala omongan berbalut kesombonganmu itu.... benar-benar membuatku muak denganmu!" tukasnya.

Lady Sherlock yang dibentak balas memberikan tatapan menantang seolah berkata 'berani-beraninya cecunguk ini menghinaku!'. Dia kemudian mendekatkan wajahnya. "Bodoh sekali," katanya. "Mengasihani diri seperti itu!"

Lady Sherlock kemudian berdiri. "Daripada bersikap kekanakkan seperti itu, harusnya kau berusaha untuk berubah menjadi lebih baik!" raungnya.

"Gampang sekali kau berbicara!" balas Daisy tak mau kalah. "Kau kan tak pernah berada di posisiku. Mana tahu kau rasanya ada di posisiku?!"

Ucapan itu membuat Lady Sherlock terdiam. Dia kemudian menatap Daisy yang terus menangis dan tidak memperlihatkan wajahnya. Namun, beberapa saat kemudian dia merogoh sakunya dan mengeluarkan selembar kertas. "Hei," panggilnya pelan. "Aku mau menunjukkan sesuatu padamu."

Daisy menatapnya penuh tanya. Tangisan yang sejak tadi terus terdengar kini berhenti. "Tiba-tiba seperti itu...."

Ucapannya terhenti saat Lady Sherlock menyerahkan kertas yang dipegangnya tadi. Sebuah foto usang yang terlihat sangat lama. Daisy yang melihat foto itu mengangkat sebelah alisnya. Seorang bocah berusia 6 tahun dengan kemeja dan celana yang penuh lumpur. Dia menunjukkan ekspresi ceria.

"Siapa anak laki-laki ini?" tanya Daisy. "Kenapa memperlihatkannya-"

"Kau tidak kenal?" tanya Lady Sherlock sambil menunjukkan ekspresi herannya. Dia kemudian terkekeh. "Itu aku, loh...." gumamnya yang mampu didengar oleha gadis itu.

"Hah?" Daisy sangat terkejut. Dia membandingkan foto itu dan sosok putih di hadapannya. "Tidak mungkin...."

"Bahkan kau mengira aku laki-laki," sela Lady Sherlock. "Itu betulan. Itu benar-benar aku."

"Kenapa.... bagaimana?" tanyanya tergagap. Ekspresi wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Aku suka seperti itu," ucap Lady Sherlock. "Dulu, aku suka seperti itu. Bermain dengan laki-laki, berdandan seperti laki-laki, berbuat nakal seperti menjahili anak perempuan lainnya. Tetapi, saat aku mulai semakin besar, semuanya mulai mengejekku. Aku membenci mereka , menyalahkan mereka."

"Kenapa meeka tidak mau menerimaku apa adanya? Itu yang terus kurapalkan. Hingga aku sadar kalau aku marah karena aku mengakui kebenaran ucapan mereka semua," jelasnya.

"Lalu?" tanya Daisy. "Bagaimana caranya kau bisa seperti sekarang?" lanjutnya masih dengan nada penasaran dan antusiasme yang sama.

"Karena ada seseorang yang membuat sadar kalau aku harus berjuang," ucapnya pelan. "Percayalah dirilah kalau kau ingin orang lain mempercayaimu." Dia menerawang mengingat sedikit kepingan masa lalunya.

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang