Part 64

96 23 5
                                        

"Itu adalah rencana awalnya," tegas Hayi. Dia menatap tajam Hanbin dan Jisoo yang memasang wajah penuh kemenangan. "Bukan salahku," kilah Hanbin. "Jisoo yang mendatangiku kemarin saat aku buang sampah di tempat pembuangan gedung belakang.

"Aku hanya mengantisipasi," aku Jisoo.

"Tapi dia benar-benar orang yang paranoid karena memikirkan sampai sejauh itu," ucap Hanbin. Bobby berdeham. "Kalian mau lanjut cerita atau berdebat?"

Hanbin terkekeh. "Jadi...."

Flashback

"Ini hanyalah rencana tambahan di mana kau akan berperan, Kim Hanbin. Hayi dan Bobby tidak perlu tahu," jawab Jisoo lugas.

"Kenapa?" tanya Hanbin.

"Berisiko. Aku tidak tahu apakah mereka bisa berakting dengan baik atau tidak, tapi aku tahu kalau kau bisa," puji Jisoo membuat Hanbin tersenyum bangga. Dia berdeham untuk mengusir rasa malunya. Sementara Jisoo menahan diri untuk tidak mengempeskan si kepala besar Hanbin. "Jadi... apa yang harus kulakukan?"

"Sebenarnya aku membuat dua aplikasi," kata Jisoo. "Aplikasi kedua sengaja tidak kuberitahu karena kukira kita tidak akan menggunakannya."

"Lalu?"

"Ini hanya firasatku saja," tekan Jisoo. "Tapi, aku menduga bahwa mungkin saja Moriarty peretas akan berbaur besok dan akan meretas saat voting dilakukan. Jadi, kita akan mengecohnya dengan meretas aplikasi pertama. Nanti semua akan panik dan mulai tidak fokus. Bobby dan Ibu Heejung akan memperbaiki programku dan akan mengalihkan si peretas. Sementara kau ..." Jisoo menunjuk Hanbin.

"Akan mengarahkan yang lainnya untuk melakukan voting di aplikasi kedua. Si peretas pastinya tidak akan memiliki kesempatan karena kewalahan," jelas Jisoo. "Tapi... kau harus ingat untuk menyambungkannya tepat sebelum voting dilakukan dan memutus sinyalnya setelah voting selesai. Detik itu juga," katanya memperingatkan.

"Ekspresi panik, cemas, ataupun gusar dari Hayi, Bobby, ataupun Pak Hyunsuk sekalipun akan sangat membantu untuk mengecoh Moriarty," lanjut Jisoo. "Sementara itu, aku akan melihat siapa saja yang mencurigakan dan kemungkinan kita bisa menangkap Moriarty."

Hanbin menatap Jisoo kagum. Tapi kemudian dia mengernyit begitu teringat sesuatu. "Itu berarti ada kemungkinan kita tidak melakukan voting, kan?"

Jisoo memutar bola matanya malas. "Hanya kita berempat dan mungkin tambahan dengan Ibu Heejung atau Pak Hyunsuk. Kita berenam bisa melakukan pemilihan secara manual. Kan Pak Jiwon dan tiga bocah itu akan jadi saksi perhitungan suara, jadi kurasa masih sah. Kita juga bisa memanggil satu dua anak jurnalistik untuk merekam kegiatan itu."

"Bagaimana dengan Moriarty kedua? Kau yakin kalau dia tidak akan memback-up si peretas?" tanya Hanbin lagi.

"Itu akan menjadi tugas Sherlock," jawab Jisoo sekenanya. "Dia sendiri yang bilang akan mengurus sisanya. Itu saatnya."

"Baiklah," putus Hanbin. "Kita akan menjalankan rencanamu."

End of Flashback

"Dan begitulah ini terjadi. Tadi, kita bisa melakukan voting secepatnya karena Pak Hyunsuk yang menenangkan semua orang dan membuat suasana kembali kondusif. Ibu Heejung dan Bobby mengurus program Jisoo yang bermasalah. Dan Jisoo yang membuatku gusar beneran karena dia tidak ada," kata Hanbin mengakhiri ceritanya.

"Itu ... diluar rencana," kilah Jisoo. "Baiklah, kita bisa melakukan voting manualnya, kan?" lanjutnya.

"Yunhyeong dan Jennie sudah siap untuk merekam moment ini," ujar Hanbin sambil melirik keduanya yang hanya bingung dengan cerita mereka. Rose berdiri di samping Jennie. "Tapi... kenapa kau bisa ada di sini?"

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang