Part 57

93 22 0
                                        

Jisoo menatap langit-langit kamar asramanya. Kondisi kamarnya saat ini tidak terlalu berantakan. Hanya beberapa lembar kertas berisi surat permohonan dan sebuah kotak yang biasa digunakan siswa SHS untuk meletakkan surat-surat itu.

'Moriarty adalah tokoh antagonis dalam serial Sherlock Holmes. Apakah mungkin mereka sebenarnya menantangku?' pikir Jisoo. 'Tapi apa alasannya? Dan kenapa aku baru mengetahui keberadaan mereka?'

Jisoo melirik tumpukan surat yang didapatnya hari ini. "Untung saja tidak ada permohonan serius yang dikirim oleh siswa-siswa, jadi aku bisa fokus pada Moriarty lebih dulu." Jisoo lalu membuka kembali laptopnya dan memutar rekaman CCTV semalam. Setelah beberapa lama dia membuka rekaman CCTV yang sedang berlangsung saat ini. Dan membandingkan keduanya.

Tiga kali Jisoo mengulang kegiatan yang sama tersebut. Bila videonya berakhir, Jisoo akan memutar rekaman itu lagi dan melihatnya sampai habis. Kemudian mengulangnya lagi dan lagi. Jisoo menghela napas. "Aku berharap sama sekali tidak punya bayangan siapa dia ...."

Jisoo mengerjap begitu mendapati bel tanda pelajaran hari ini berakhir. Dia memutuskan untuk mengamati CCTV sekali lagi. Mengamati salah satu objek dari awal hingga akhir. 'Bukan dia. Bodoh sekali, aku. Jelas-jelas dia anak baru. Jadi tidak mungkin dia bisa menghafal semua letak CCTV ini dalam waktu 2 bulan. Tapi... kenapa rasanya aku harus curiga padanya?'

"Aaarggh! Tidak tahu!" pekiknya kesal. Dia lalu menghela napas untuk meredakan kekesalannya. "Kalau mereka memang berniat mencari masalah denganku," gumamnya pelan. "Then bring it on," lanjutnya sebelum memutuskan untuk membereskan semua kekacauan yang ada di kamar asramanya. "Kita lihat siapa yang akan memenangkan pertarungan ini."

***

"Bagaimana kita akan menjelaskan hal ini pada kepala sekolah?" tanya Hayi. Hanbin mengendikkan bahunya. "Kurasa lebih baik kita tidak memberitahunya dulu sebelum memastikan masalah kita."

"Kalau masalahnya jadi tambah besar?"

"Terima saja-AARG! Sakit, Yi!" Hanbin megusap bekas cubitan perempuan itu pada lengannya. "Maaf, bu!" ucapnya pelan.

"Bisa lebih serius menanggapi masalah ini, tidak?" tanya Hayi. Hanbin mengangguk. "Tapi, kita memang tidak bisa mengambil tindakan lebih dulu sebelum mengetahui bagaimana hasil kerja Jisoo dan Bobby," jelas Hanbin. "Kita tidak boleh gegabah dalam mengambil tindakan. Dan juga, jangan ucapkan penyelidikan ini di luar ruang OSIS. Kita tidak tahu siapa saja yang bisa mendengar kita. Mengerti?"

Hayi mengangguk. "Juga...." gumam Hanbin. "Kita juga harus menginterogasi kedua temanmu. Dan memastikan mereka membocorkan hal itu ke siapa saja."

"Itu agak sulit sebenarnya," cicit Hayi pelan. Hanbin menatapnya heran. "Apa maksudmu?"

"Yah.... Kau tahukan bagaimana perempuan kalau sedang bergosip?" Hanbin semakin mengernyit. Dia menggeleng. "Aku tambah tidak mengerti."

Hayi berdeham. "Kami membicarakan hal itu saat jam makan siang kemarin," akunya salah tingkah. Hanbin terdiam untuk beberapa saat. "Jadi maksudmu.... saat jam makan siang kemarin, di tempat yang banyak orang itu... kalian membicarakan tentang Hyunsuk?"

"Begitulah," jawab Hayi. Hanbin menghela napas dan memilih duduk kembali di kursinya. "Maaf," gumam Hayi menyesal. Hanbin menatapnya dan menggeleng. "Aku tidak akan membenarkan perbuatanmu, tapi kau juga tidak harus meminta maaf. Hah, kepalaku tambah pusing memikirkan hal ini."

"Sepertinya memang semua hal yang berkaitan denganmu sangat memusingkan," ejek Hayi. Hanbin menatapnya serius membuat Hayi diam. "Apa itu berarti kau juga termasuk?" tanya Hanbin.

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang