Part 24

126 36 0
                                        

Flashback

Yeri berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Apa yang bisa kubantu?"

"Sebaiknya kita ke café terdekat lebih dulu," saran Jisoo. "Karena apa yang kuminta akan memakan waktu. Dan kita tidak mungkin melakukannya di tengah jalan begini," lanjutnya yang disetujui oleh Yeri.

Mereka berdua duduk di sudut yang berbatasan dengan jendela yang memperlihatkan keadaan jalan raya. Jisoo melirik americano yang dipesannya agar membuatnya terjaga.

"Ini sudah lima menit dan aku masih menunggu," ujar Yeri.

"Aku hanya ingin menyusun kata-kata agar kau mau bercerita. Aku tidak pandai dalam hal seperti itu jadi tolong beri aku waktu," balas Jisoo. Yeri mengangkat sebelah alisnya heran. Baru kali ini dia bertemu dengan orang yang memerdulikan perasaan orang yang baru saja ditemuinya.

"Tidak perlu," ucap Yeri. "Kau bisa memberitahuku apa yang ingin kau ketahui tentang Jennie dan Junwoo. Bukannya kau harus mengejar kereta sore ini ke Seoul?"

Jisoo terdiam. Yeri menganggapnya sebagai iya.

"Aku mengenal Jennie saat SMP. Sejak awal kelas 7, kami berteman akrab. Dia memiliki banyak teman, tapi tidak ada yang terlalu dekat sepertiku." Mata Yeri menerawang masa lalu yang muncul secara perlahan. Semuanya.

"Saat itu kami kelas delapan dan aku tidak sekelas dengan Jennie, tapi intensitas kami bertemu tidak pernah berkurang. Suatu hari, dia memberitahuku kalau dia ditembak oleh Yang Junwoo. Nama yang asing bagiku karena aku tidak pernah melihatnya. Jennie juga bilang kalau dia hanya orang yang disapanya kadang-kadang."

"Jennie memberitahuku kalau dia menolak orang itu dengan halus. Beberapa hari kemudian, aku melihat orang itu kembali menembak Jennie. Kali ini di depan banyak orang." Yeri menarik napas dan menelan ludah sebelum melanjutkan ceritanya.

"Mungkin dia berpikir Jennie akan menerimanya kalau dia melakukan hal itu, tapi Jennie tetap Jennie. Dia menolak Junwoo tentunya dengan halus untuk menjaga perasaan orang itu."

"Jennie sudah menceritakan padaku soal itu," sela Jisoo. "Katanya, Junwoo menembaknya dua kali. Sesuai dengan ceritamu juga. Tapi setelah itu, katanya Junwoo kembali mengikuti Jennie seperti biasa," lanjut Jisoo dengan nada yang tidak pasti di akhir.

Yeri mengangguk. "Dia memang mengikuti Jennie lagi seolah tidak terjadi apapun. Aku juga berpikir mungkin dia hanya ingin berteman saja. Sampai aku mendengar soal rumor Jennie yang bisa melihat hantu dan yang lainnya. Waktu itu aku sakit jadi tidak masuk sekolah beberapa hari dan ketika aku masuk, Jennie yang sebelumnya memiliki banyak orang di sekitarnya kini menjadi Jennie yang tidak memiliki siapapun."

"Dia juga seperti itu saat ini," gumam Jisoo pelan yang masih didengar oleh Yeri. Dia menghela napas. "Lanjutkan ceritamu, Yeri."

"Aku tentu saja tidak percaya rumor itu karena dibandingkan mereka semua, aku lebih mengenal Jennie. Aku tetap menemaninya makan siang, pulang bersama, bahkan ketika kami kembali sekelas di kelas sembilan juga kami masih bersama-sama."

"Lalu satu hari, Junwoo mencegatku. Saat itu, Jennie sakit jadi aku sendirian. Dia mendatangiku dan mengancamku untuk menjauhi Jennie. Aku tentu saja tidak mau, tapi ketika itu dia mengunci gudang sekolah. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana aku masih bisa selamat hari itu."

"Setelah itu, kau menjauhi Jennie?" tanya Jisoo yang dibalas gelengan. "Aku melapor kejadian itu pada guru. Tapi, liciknya dia memutar balikkan fakta. Bahkan dia memiliki alibi saat itu sehingga semua tuduhanku berbalik menyerangku. Kalau Jennie mengatakan padamu dia adalah manipulator kelas kakap, kau bisa yakin kalau itu benar."

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang