"Jadi, hal penting apa yang harus kami ketahui?" tanya Jisoo begitu Bobby menutup pintu dan melangkah mendekat. Hanbin membuka lacinya dan mengeluarkan selembar surat yang lagi-lagi berwarna hitam dan kata-kata berwarna merah.
"Surat kedua dari Moriarty," ucap Hanbin. "Dan tambahan masalah."
"Apa itu?" tanya Hayi.
"Baru saja ketua klub jurnalistik memberitahuku bahwa website sekolah diretas. Setelah aku cek, Moriarty menaruh pesan ancaman yang sama di sana," terang Hanbin. Dia menekan projector dan memperlihatkan kepada ketiga orang lainnya website sekolah yang biasanya berwarna menjadi terkesan horror.
"Artinya mereka memiliki hacker yang hebat," celetuk Jisoo. Hanbin mengangguk. "Bisa dibilang seperti itu. Bahkan dia lebih hebat dari kalian berdua karena setahuku kalian berdua masih belum bisa melacak siapa Moriarty itu."
Jisoo berdecak kesal namun apa yang dikatakan Hanbin memang benar. Sudah beberapa hari dia terjaga. Mencari beberapa referensi untuk memperkuat skill peretasnya, begitu pula dengan Bobby yang kadang menemaninya di perpustakaan, namun hasilnya nihil.
"Kalian tidak mengindahkan peringatan kami, maka terimalah konsekuensinya," ucap Hayi saat membaca isi surat hitam itu. "Tertanda, Moriarty."
"Bagaimana dengan Sherlock?" tanya Bobby. Hanbin menggeleng. "Entahlah. Sejak surat yang dikirim sejak hari itu, aku tidak tahu apa-apa lagi. Dia tidak pernah menghubungi atau datang ke balkon kamarku," terangnya.
"Jadi, apa yang harus kami lakukan sekarang?" tanya Jisoo. Ekspresi wajahnya yang tenang mengundang tanya dari ketiga orang lainnya. Terutama laki-laki yang berdiri di sudut ruangan dekat dengan pintu
"Kenapa?" tanya Jisoo heran. "Semua keputusan tentang apa yang harus kita lakukan saat ini bergantung padamu, Hanbin. Kau yang memutuskan untuk tidak memberitahu siapapun kecuali kita berempat dan Lady Sherlock. Jadi, kau juga yang harus memutuskan apa yang akan kita lakukan selanjutnya."
"Menurutku, karena Lady Sherlock bilang dia yang akan mengurus sisanya, artinya kita tidak perlu memerdulikan surat ancaman itu. Urusan Moriarty adalah urusan Lady Sherlock, kita hanya perlu memastikan bahwa pemilu ini berlangsung dengan tenang tanpa gangguan," jelas Bobby panjang lebar. "Dan juga mencari tahu siapa saja yang mungkin sudah melihat website sekolah yang diretas."
"Tapi... kita tidak tahu, seburuk apa lagi perbuatan mereka seandainya kita tidak melakukan sesuatu," sanggah Hayi. Jisoo sendiri mendengar keduanya namun matanya menatap nyalang ke arah Hanbin.
"Hanbin," panggilnya pelan. "Semua keputusan ada di tanganmu."
"Kalau menurutmu sendiri, Jis," ucap Hanbin sambil menatap balik Jisoo. "Apa yang harus kita lakukan?"
Jisoo terhenyak. Dia tidak menyangka Hanbin akan balik bertanya padanya. Kalau Jisoo bisa mengatakannya dengan jujur, dia ingin segera pulang ke asrama dan mengganti kostumnya agar bisa bergerak bebas sebagai Lady Sherlock dan mencari satu-satu siapa itu Moriarty. Namun, Jisoo tidak mungkin melakukan hal itu.
"Jangan terlalu stress dan hadapi semuanya dengan kepala dingin apapun masalahmu." Sepenggal kalimat dari papanya beberapa saat yang lalu kembali terngiang di kepala Jisoo. Jisoo menarik napas pelan dan menghembuskannya, berusaha menikmati setiap partikel oksigen yang masuk dan bertukar menjadi karbon dioksida itu.
"Aku rasa apa yang Jiwon katakan ada benarnya," putus Jisoo. Hayi menatapnya tak percaya. "Dan apa yang dikatakan oleh Hayi juga benar," lanjut Jisoo membuat kerutan tercipta di kening ketiga rekannya.
"Jadi?"
"Jadi.... aku sudah menyiapkan sebuah rencana," sambung Jisoo membuat kerutan di kening ketiganya malah bertambah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guard (Bobsoo)✓
FanfictionSeoul High School (SHS) adalah sekolah tua terkenal dengan rumor mistis. Keberadaan Detektif Sherlock yang sudah ada sejak setengah umur SHS dan berfungsi sebagai penjaga sekolah itu membuat banyak orang penasaran dan berusaha mengungkap identitasny...