Hayi, Rose, dan Jennie mengernyit mendapati Jisoo yang menghampiri mereka saat makan malam sudah usai. Wajahnya menunduk membuat mereka bertiga tak dapat membaca suasana hatinya saat ini.
"Hayi, Jennie, Rose," panggilnya. Jisoo menatap lurus ketiganya dari balik kacamatanya. Ekspresinya ketika serius dikenali oleh mereka bertiga. "Datanglah ke kamarku setelah ini. Aku akan menceritakan semuanya pada kalian. Tolong?" tanyanya sambil memelas.
Keheningan tercipta untuk beberapa. "Baiklah," putus Hayi. "Aku akan ke kamarmu setelah ini." Jisoo menatapnya dengan perasaan lega dan penuh terima kasih. Dia menoleh pada Rose dan Jennie dan keduanya juga mengangguk.
"Kutunggu, oke?" Hayi, Jennie, dan Rose mengangguk kembali. Jisoo tersenyum kecil kemudian berbalik dan memutuskan kembali ke kamar asramanya. Dia tidak marah karena ketiganya masih terlihat dingin. 'Tidak apa-apa. Wajar mereka begitu,' batinnya.
"Kau marah dengan Jisoo?" tanya Hanbin tiba-tiba membuat Hayi, Jennie, dan Rose terkejut. Hayi spontan menjitak kepala laki-laki yang duduk di sampingnya itu. "Jangan buat aku jantungan, bisa tidak?"
"Kau bertengkar dengan Jisoo?" tanya Hanbin, mengacuhkan ucapan Hayi tadi. "Masalah kemarin?"
Hayi menggeleng. "Kami tidak bertengkar. Jisoo hanya perlu waktu untuk berpikir, begitu pula dengan kami."
Mereka bertiga kemudian berdiri dan membawa alat makan bekas pakai ke tempat pencucian piring. Lalu mereka mendatangi meja makan sekali lagi, mengecek apakah masih ada makanan atau tidak.
"Kita ambilkan buat Jisoo," ucap Rose. "Dia tidak makan tadi. Aku khawatir nanti dia sakit lagi."
Setelah mengambilkan Jisoo makanan yang diletakkan dalam kotak makan milik Rose, mereka segera keluar dari ruang serba guna ke gedung asrama dan mencari kamar Jisoo. Jennie di tengah, Rose di kiri dan Hayi di kanannya. Jennie kemudian mengetuk pintu.
'tok tok'
Jisoo membuka pintunya dan disambut oleh wajah Jennie, Hayi, dan Rose yang tersenyum ceria. Rose yang menenteng sebuah kotak makan dan Hayi yang membawa jus untuk mereka nikmati bersama.
"Kau mau memepersilahkan kami masuk atau kami harus melihatmu di sini semalaman?" tanya Rose polos.
"Jangan merusak suasana, Rose. Jisoo sedang terpana karena ternyata akting kita tadi berhasil dengan baik. Lihat dia sampai tertegun seperti-"
Ucapan Jennie terhenti karena Jisoo yang memeluk mereka bertiga. Mereka berempat mengadakan pelukan ala teletubbies untuk beberapa saat. "Sudah, Jis. Melankolis seperti ini bukan gayamu," ujar Hayi. "Ayo, kita masuk lebih dulu."
***
Jisoo meminum jusnya kemudian menatap mereka dengan ekspresi serius. "Sebelumnya aku mau minta maaf," katanya sambil menunduk. "Aku tahu kalau aku tidak pernah menceritakan apapun pada kalian sebelumnya. Tapi, itu semua karena aku punya alasan sendiri."
"Kami sudah mendengar hal itu dari Hanbin dan Bobby, Jis," balas Jennie.
"Tetap saja. Kita sahabat, jadi kalian juga berhak mengetahui sesuatu tentangku," ucap Jisoo. Dari matanya ada pancaran tekad yang membuat Hayi dan Rose malu karena siang tadi merajuk seperti anak kecil.
"Tapi..." sambung Jisoo menggantung ucapannya. Dia berpikir sejenak mencari kata-kata yang pas. "Aku tidak tahu apa yang harus kuceritakan jadi bagaimana kalau kalian saja yang bertanya padaku," katanya dengan wajah polos.
Hayi, Rose, dan Jennie tergelak mendengarnya. "Ini baru Jisoo yang kukenal," ujar Rose. "Jisoo yang sedikit kaku dan bukannya yang melankolis seperti yang membukakan pintu buat kami tadi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Guard (Bobsoo)✓
FanfictionSeoul High School (SHS) adalah sekolah tua terkenal dengan rumor mistis. Keberadaan Detektif Sherlock yang sudah ada sejak setengah umur SHS dan berfungsi sebagai penjaga sekolah itu membuat banyak orang penasaran dan berusaha mengungkap identitasny...