Part 9

153 42 1
                                    

Hanbin's POV

Jam 7 malam. Perutku kelaparan, tentu saja. Untuk melaksanakan rencanaku yang brilian, aku harus mengorbankan waktu makan malamku. Tentu saja aku juga menyeret Bobby dan Jisoo dalam hal ini. Tapi, sudah lima menit aku menunggu mereka berdua di dekat rumah dinas, mereka belum datang juga.

"Oi!" Aku menoleh dengan terkejut. Astaga! Beraninya mereka berdua mengendap-endap dan mengagetkanku.

"Apa?" semburku tak senang. Jisoo menyerahkan sebuah kotak makan.

"Ini, makanlah. Kita tidak mau misi ini gagal karena perut kelaparan, kan?" tanya Jisoo. Dia membuat nasi kepal dan kulihat Bobby juga memakannya. "Kukira kau hanya gadis yang tidak tahu apa-apa." Jisoo mengerling tajam. "Kau yang tidak tahu apa-apa tentangku."

Aku hanya tahu kalau dia teman Bobby. Setidaknya hingga saat ini. Lagian, aku kan hanya mau mengakrabkan diri dengannya. Memangnya aku salah?

"Cepatlah makan, kalian berdua! Kita masih punya banyak pekerjaan untuk dilakukan." Dan dia juga sepertinya tidak sabaran.

Bobby yang lebih duluan selesai makan segera mengeluarkan kertas berisi denah rumah dinas guru. "Pertama, rumah Ibu Taeyeon lebih dulu. Ingat Jis, bagian belakang rumah mirip-mirip sehingga kita berdua harus tahu betul letak rumah mereka."

"Aku mengerti," sahut Jisoo. "Baiklah, setelah rumah Ibu Taeyeon kita ke rumah siapa? Ibu Heejung?" terkanya. Bobby mengangguk. "Setelah itu, kau bisa kembali ke asrama lebih dulu. Akan terlalu riskan apabila ada yang melihatmu di luar. Sementara itu, Hanbin akan mengalihkan perhatian mereka dengan urusan OSIS atau apapun itu. Nanti setelah kita selesai, kita akan mengabarinya."

"Baiklah."

"Aku sudah selesai," ucapku sambil menutup kotak makan Jisoo. "Akan kukembalikan ini setelah kucuci nanti. Makasih atas makanannya." Sebenarnya aku ingin bilang makanannya enak, tapi kuurungkan. Nanti dia mengomel soal fokus dan berbicara pada situasi yang tepat.

Lalu, tanpa mengindahkan penolakan apapun aku berkata, "Ayo, kita mulai."

***

Bobby's POV

Sebenarnya, ada satu fakta lagi yang ada di antara aku dan Jisoo. Aku akan memberitahu kalian. Ada alasan kenapa Jisoo sangatlah atletis. Sejak kecil, kami selalu berbuat banyak kenakalan. Salah satu yang paling sering kami lakukan adalah memanjat pohon hingga ayah-ibu Jisoo menjerit-jerit ketakutan ketika melihat kami terpleset sedikit saja.

Kadang, ketika Jisoo mengalami cedera, aku harus meminta maaf pada kedua orang tuanya sedangkan dia menikmati pemandangan itu dengan segelas jus jeruk. Ketika pulang ke rumah, aku harus menghadapi amukan orang tuaku juga karena membuat gadis kesayangan mereka luka. Padahal yang mengajakku adalah gadis licik itu! Justru aku yang polos!

Lihat saja tingkahnya sekarang. Begitu Hanbin masuk dan berbicara garis miring mengalihkan perhatian Bu Taeyeon, dia mencungkil jendela belakang rumah dinas Ibu Taeyeon dengan ahli.

"Ji, cepat membungkuk!" perintahnya dengan nada tegas. Aku mengikutinya tentu saja, dengan ejekan yang akan membuatnya kesal. "Dasar pendek!" Aku ingin saja terkekeh melihat wajah lucunya saat kesal namun saat ini dia sedang bertumpu pada punggungku dan aku tidak mau kalau dia sampai jatuh yang akan menyebabkan gagalnya misi kami.

"Kalian yang terlalu bongsor, bukan aku yang pendek," gumamnya. Kemudian dia masuk ke dalam kamar Ibu Taeyeon dan memasang kamera kecil sementara aku di luar menunggunya sambil melihat situasi.

Tentunya aku berharap bahwa tidak akan ada yang lewat dan melihat tindakan kami yang seperti sindikat perampokan atau kami akan berakhir dikeluarkan dari sekolah dan dikenal sebagai kriminal dibawah umur.

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang