Part 49

140 31 14
                                    

Tidak ada apa-apa, kan?

Iya, nggak ada apa-apa.

Nggak ada perang dunia, kan?

Iyaa

Semuanya aman-aman saja, kan?

Y.

"Ini Jisoo balasnya pakai 'Y' saja. Malas ngetik?" Bobby mengerutkan keningnya, bepikir dalam. "Tapi suara marah-marahnya tidak terdengar sampai di sini, kok," monolognya pada dirinya sendiri. Membuat Donghyuk yang tidak sengaja melewati kamarnya yang terbuka spontan mengerut heran. 'Bobby nggak kena virus gila, kan?'

Atas dasar rasa peduli, akhirnya Donghyuk memutuskan masuk ke dalam kamar sepupunya itu yang juga menjadi kamarnya selama menginap di rumah Bobby. "Kau kenapa?" Pertanyaan yang tiba-tiba keluar membuat Bobby terkesiap dan spontan mengunci handphonenya. "Sampai bicara sendiri?"

"Tidak ada apa-apa."

Donghyuk memicing melihat tingkah gugup Bobby. "Apa itu yang kau sembunyikan di handphonemu?" Bobby menggeleng. "Tidak, hanya iklan shopee saja." Jawaban yang membuat Donghyuk semakin heran. Pasalnya, Bobby adalah jenis orang yang tidak akan mau repot-repot membuka atau melihat iklan.

"Jangan dekat-dekat!" tukas Bobby saat Donghyuk bergeser semakin dekat dengannya. "Kasih lihat saja, dulu. Siapa tahu aku bisa bantu. Begini-begini, kan aku punya pengalaman dengan perempuan."

"Maksudnya pengalaman ditampar perempuan karena pakai foto Jisoo sebagai alasan putus, begitu?" balas Bobby membuat Donghyuk mendelik. "Jisoo jadi terkenal di SMA-ku karena hal itu, loh. Dibilang pacar aku."

Bobby balas mendelik. Dia keberatan. Tidak suka dengan statement sepupunya barusan. "Tapi, siapa tahu suatu hari nanti Jisoo mau denganku." Donghyuk ingin tertawa melihat wajah Bobby semakin kusut. Dia kemudian mengecek handphonenya yang layarnya terdapat notifikasi dari Jisoo. Membuat Donghyuk semakin menyeringai. 'Pas sekali waktunya.'

"Oh, Jisoo nge-chat," gumamnya sambil beranjak. Meninggalkan Bobby yang lagi terdiam dan menatapnya penasaran. 'Rasakan itu, sepupu. Anggap saja pembalasan karena sudah menguras uangku saat festival seni dulu.'

***

"Donghyuk kenapa kirim foto Bobby lagi main handphone?" tanya Jisoo heran. "Dasar kuker," gumamnya. Dia melihat sekeliling kamar yang sudah setahun lebih tidak ditinggalinya. Tidak ada yang berubah dari kamarnya, tentu saja. Memangnya, siapa yang akan memasuki kamarnya ini kalau bukan dia sendiri atau pembantu yang bertugas membersihkan kamarnya.

"Nostalgia?" Jisoo menoleh dan mendapati kepala Jinwoo menyembul dari pintu. Jisoo mendengus. "Untuk apa bernostalgia. Tidak ada apa-apa yang tersisa dari kamar ini selain tempat tidur dan pakaian."

Jinwoo memasuki kamar Jisoo dan berbaring di tempat tidurnya. "Jangan kaku begitu. Siapa tahu saja kau ingat kalau saat kecil dulu, kita sering tidur bareng di sini. Atau saat kau keluar dari balkon kamar dan memanjat pohon untuk ke kamar Bobby demi bolos kelas musik."

Jisoo terkekeh pelan. "Oppa," panggilnya. "Tahu nggak apa yang kuingat dari rumah ini?" tanyanya menggantung ucapannya. "Hanya makian dan tangisan saja. Oppa jarang ada di rumah saat aku mulai berusia 10 tahun, jadi oppa nggak tahu apa-apa tentang rumah ini."

Jinwoo terpekur. Apa yang Jisoo katakan memang benar. Tidak ada kesalahan sama sekali dalam kata-katanya. Yang Jinwoo ingat hanyalah masa kecil bahagianya bersama Jisoo ketika dia masih SD. Namun saat dia memasuki SMP dan harus belajar jauh dari rumah, dia tidak tahu lagi bagaimana keadaan rumah dan hanya fokus dengan sekolahnya saja. Padahal adik kecilnya ini butuh perhatiannya. Sangat butuh.

Guard (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang