Ke ruang musik sekarang juga
- Jiwon
Jisoo mengangkat alisnya heran dan memutuskan berbalik arah kembali ke gedung ekskul. Suasana sangat sepi karena semua orang berkumpul di lapangan tengah. Dia memegang sekitar matanya dan menyadari kalau dia tidak mengenakan kacamata.
'Benar juga. Aku harus membeli kacamata baru.'
Jisoo mencari ruang musik dan tersenyum ketikan menemukannya. Dia membuka pintu yang tidak terkunci itu. Begitu pintu terbuka, sinar matahari sore yang menjadi latar belakang sebuah pemandangan indah menyambut mata Jisoo. Begitu pula dengan alunan musik dari piano klasik.
Bobby dengan lancarnya bermain piano. Orang lain akan berpikir kalau saat ini adalah suasana romantis jika saja musik yang dimainkan Bobby bukanlah backsound yang biasa dimainkan saat film horor diputar.
Jisoo ingin tertawa keras mendengar hal itu namun dia mengurungkannya. Dia memilih menutup pintu ruang musik, menghampiri Bobby, dan menikmati lagu horor itu sambil duduk di samping sang pianis. Menunggu sampai lagu mencapai akhir.
"Kau datang?" tanya Bobby basa-basi.
"Apa-apaan lagu horor itu?" balas Jisoo sambil terkekeh pelan.
"Untuk mengusir penghuni ruangan ini," jawab Bobby ngawur membuat tawa Jisoo semakin keras. "Lalu, kenapa kau memanggilku kemari?" tanyanya saat dia sudah berhenti tertawa.
"Aku ingin memberi hadiah. Ucapan selamat karena sukses dengan drama tadi," gumam Bobby pelan. "Tapi, aku tidak sempat membeli apapun. Aku juga tidak tahu harus memberi apa. Jadi kupikir, akan kumainkan satu lagu dengan piano ini saja."
"Memangnya kau bisa?" tanya Jisoo meremehkan.
"Jangan pernah memandang enteng seorang Kim Bobby.. Sekarang tugasmu adalah duduk yang cantik dan dengarkan lagunya sampai habis"
Alunan piano kembali terdengar. Lembut. Jari Bobby berpindah dengan ringan dari satu tuts ke tuts yang lain. Warna hitam dan warna putih ditekan silih berganti. Bobby berusaha mengeluarkan emosi yang ingin disampaikannya pada satu-satunya perempuan yang mau menjadi temannya. Perempuan yang tidak pernah takut padanya di masa lalu dan selalu menemaninya.
Sementara Jisoo menutup matanya sambil mendengarkan alunan musik itu. Menikmatinya dari awal hingga akhir. Suasana ruang musik yang sepi dan senja yang menjadi latar belakang mereka seolah mendukung suuasana itu.
Begitu alunan lagu berakhir, Jisoo bertepuk tangan. "Keren...., aku nggak nyangka kalau kau bisa main piano. Harusnya kau jadi pengisi latar musik drama tadi."
Bobby mendengus bangga. "Harus bisa, dong. Terima kasih pujiannya. Tapi... kalau untuk latar drama, tidak. Aku tidak mau."
"Kenapa?" tanya Jisoo heran. Biasanya orang pasti akan menerima tawaran apapun yang benilai positif.
"Nanti fansku tambah banyak," jawab Bobby sombong membuat Jisoo menjitaknya. "Sudah tahu begitu, kenapa masih tetap belajar main piano?" tanya Jisoo lagi. Bobby memilih tidak menjawab dan menatap Jisoo.
"Sudah lama, ya. Ternyata kita sudah berteman hampir 14 tahun," ujar Bobby bernostalgia. "Aku juga sudah lama tidak melihatmu tanpa kacamata aneh itu," sambungnya.
Jisoo tersenyum dan larut dalam nostalgia mereka. "Dulu bahkan kau tidak tahu do re mi." Sontak membuat Bobby tekekeh. "Beritahu aku alasan kau belajar main piano?" tanya Jisoo penasaran.
"Tidak kenapa-napa. Hanya ingin belajar saja," jawab Bobby acuh. Dia memilih melirik ke arah lain selain Jisoo.
"Kau kan sudah pintar di akademik. Olahraga juga, not bad. Kalau seperti ini, nanti cowok-cowok yang lain kasihan karena standar perempuan maunya yang seperti kau ini." Jisoo kemudian terkesiap ketika sesuatu terlintas di benaknya. "Jangan-jangan ada perempuan yang kau suka makanya kau belajar main piano, ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Guard (Bobsoo)✓
ФанфикSeoul High School (SHS) adalah sekolah tua terkenal dengan rumor mistis. Keberadaan Detektif Sherlock yang sudah ada sejak setengah umur SHS dan berfungsi sebagai penjaga sekolah itu membuat banyak orang penasaran dan berusaha mengungkap identitasny...