"SERANG ...!!!"
"Hari yang kita tunggu tiba! Bunuh dan hancurkan mereka semua!"
Dengan mata nyalang penuh kemarahan, seorang pria berzirah merah dengan jubah luar hitam berdiam diri, melihat pasukannya yang beradu kekuatan dengan lawan yang berzirah serba putih. Menatap lekat kekacauan yang berlangsung. Namun, jauh di matanya terlihat sosok pria yang berdiam diri menatapnya lekat sebelum akhirnya bergerak, memancarkan cahaya putih dari ujung pedangnya ke atas yang mengeluarkan suara dentuman seolah memecahkan langit gelap.
"Apa ini yang kau inginkan?"
Buliran air keluar dari balik sinar matanya, perlahan mengalir pada permukaan kulit pucatnya dan pecah di atas tanah gersang. Sementara langit mengeluarkan kilauan-kilauan cahaya kecil tajam, menunggu perintah untuk dilepaskan.
"Tuan, ini adalah kristal langit." Melihat ke atas dengan raut panik.
"Aku tahu, tapi tidak akan kuhentikan perang ini."
"Tuan! Kita hanya memiliki sedikit pasukan, jika kristal itu dilepaskan maka ...!"
Tidak mudah bagiku untuk mengumpulkan pasukan. Jika kristal langit dilepaskan maka ... aku akan kehilangan semua pasukan bahkan tidak bisa menampung jiwa mereka untuk dihidupkan kembali.
"Tuan!"
Saat ini apa yang harus kulakukan? Tidak mudah bagiku untuk mencapai hari ini ....
Kristal-kristal bergerak, mengeluarkan suara dentingan yang berakhir menghunjam dalam kecepatan penuh diikuti suara desingan.
"Kristal langit!"
Wushh ...!
Jleb!
Jleb!!
"AAHHH!!"
TINGG!!!
"ERRGHHH ...!!!"
Pasukan berzirah putih berkumpul, menghentikan pertarungan dengan melihat lawan yang kewalahan. Pasalnya kristal langit hanya menyerang lawan seolah terdapat sepasang mata pada kedua sisi ujung runcingnya.
Dalam sekali kejapan mata, tempat dipenuhi dengan debu. Karna begitu kristal mengenai sasaran, cahaya putih akan menjalar ke seluruh bagian tubuh, membekukan yang berakhir melebur menjadi debu es berkelap-kelip. Berterbangan yang perlahan menghilang tanpa jejak. Namun, tidak dengan cahaya kelap-kelip tersebut yang merupakan kepingan-kepingan kecil dari jiwa murni yang terbang ke atas, layaknya terpanggil.
"Xu Long! Tidak ... aku harusnya memanggilmu Long Jun sekarang, bukan?" Mengarahkan pedang dengan tatapan tajamnya.
"Hentikan kekacauan ini, apa kau akan tetap melanjutkan peperangan setelah kehidupan manusia kita berakhir?"
"Kehidupan manusia berakhir, tapi tidak dengan perselisihan kita!"
"Fu Rong!"
"Jangan pernah panggil nama itu lagi!"
Kabut hitam bercampur merah keluar dari ujung pedang, mengarah pada Long Jun serta pasukannya. Dengan sigap, Long Jun menempatkan pedang di hadapannya, melayangkan yang kemudian menjadikan pedang membelah menjadi beberapa bagian mengelilingi dirinya serta pasukan lainnya seolah membangun pagar perlindungan.
Begitu pedang dan kabut bersentuhan, pedang akan berputar mengeluarkan suara dentingan seolah kabut memiliki mata pedang kecil. Suara dentingan yang terdengar normal. Akan tetapi, secara perlahan berubah menjadi senjata memekikkan telinga.
"Formasi!" teriak Long Jun.
Dengan kesusahan, para pasukan membentuk formasi. Menerbangkan pedang ke atas membentuk bunga lotus besar dengan cahaya pada bagian tengah. Cahaya ini menembus ke langit gelap, membelah langit dan mendatangkan hujan. Seketika, kabut yang menyerang perlahan hilang, menghantam balik si penyerang.
"Tuan! Tuan!"
"Tidak apa-apa, Awen."
"Fu ... tidak, dia bukan lagi Fu Rong melainkan Zhao Yong," gumam Long Jun, memejamkan mata sesaat seolah menenangkan diri dalam napas berat dan memburunya itu.
"Hentikan! Atau kau dan sukumu akan menanggung akibatnya," ujar Long Jun, tegas.
Zhao Yong berusaha bangun, menyeka bercak darah dari mulutnya. Menggenggam erat pedangnya, menatap Long Jun yang menyeka darah dari mulutnya juga.
"Sekali lagi melawan, akan kupastikan kehancuran sukumu," tekan Long Jun.
Meskipun hatiku berat ... karna aku masih berharap kau berubah layaknya Fu Rong, sahabatku dulu.
"Aku lebih baik mati daripada mengalah ... kau tahu betul orang seperti apa diriku."
"SERANG!!!" teriak Zhao Yong.
Sesaat, Long Jun hanya diam menutup mata tanpa memberikan aba-aba pada pasukannya untuk menyerang.
Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku ....
Long Jun membuka mata, melihat Zhao Yong yang memimpin pasukannya mendekat. Namun, dirinya masih terdiam. Dalam mata Long Jun, mungkin hanya dapat melihat Zhao Yong seorang dan tidak mendengar suara apa pun di sekitar.
"Maju dan bertarunglah denganku!" teriak Zhao Yong lagi.
Pedang tergenggam semakin erat, mata dipenuhi tekad akan membunuh. Mengunci Long Jun sebagai sasaran dalam pandangannya.
TINGG ...!!!
Long Jun menangkis serangan pertama, dirinya terhuyung ke belakang menandakan kuatnya serangan Zhao Yong. Sementara suara dentingan pedang mereka menandakan pertarungan kembali dimulai.
"Kau sungguh tidak akan berhenti?"
"Apa menurutmu ada alasan bagiku untuk berhenti? Dunia ini tidak adil ... sejak aku dilahirkan sebagai manusia bahkan setelah kematian. Aku hanya diciptakan untuk menjadi penghancur!"
Tawa memenuhi Zhao Yong, tawa akan rasa sakit hatinya terhadap kehidupan yang dijalani selama ini. Dirinya percaya bahwa kehidupan telah memojokkan dirinya untuk menjadi makhluk seperti sekarang. Terlihat tidak ada lagi seberkas cahaya murni dalam dirinya, terlahap sepenuhnya oleh kegelapan yang disebut 'Amarah'.
"Jangan salahkan dunia ... jangan salahkan kehidupan. Tidak ada yang salah dengan hal itu dan aku ... berharap kau bisa ...."
"Jangan berharap karna harapanmu tidak akan pernah terjadi! Bersiaplah untuk merasakan kebencian dan amarahku!"
Zhao Yong melempar pedang lurus ke arah Long Jun. Tampak seberkas cahaya merah dari bilah pedang memancar. Dengan cepat, Long Jun melayangkan tubuhnya dan dengan cepat pula Zhao Yong mendekat mengambil pedangnya dan pertarungan antara keduanya tak terhindarkan lagi.
Tidak ada lagi percakapan, tidak ada lagi keraguan dalam mata Long Jun. Dirinya hanya berfokus pada pertempuran yang membuat kilatan cahaya putih dan merah kehitaman memenuhi tempat yang disertai dengan suara ledakan berkali-kali. Suara bilah pedang yang berdenting dan suara dari kepakan jubah pakaian saat diri mereka terbang, saling beradu kekuatan. Menahan serangan dengan saling menatap dari balik mata mereka yang menjadi saksi kelam dari masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...