Chapter 29

66 17 218
                                    

Kerajaan Yi - Alam Manusia.

"Guniang, ada apa?" tanya WanWan pelan.

"Hanya merasa bosan," gumam Yue Hua.

Paman kenapa tidak menemuiku hari ini? Apa telah terjadi sesuatu?

"Yan Guniang! Guniang! Guniang, apa kau sedang memerhatikan?"

"Guniang ... Guniang ... psstttt ... psssttttt!"

Melihat Yue Hua tidak bereaksi di dekatnya, WanWan seketika menyenggol pelan kakinya, menyadarkan Yue Hua yang terduduk melamun sambil memutar-mutar kuas di tangan. Tidak fokus dengan sesi pembelajaran yang hampir setiap siang dirinya jalani.

"Ada apa WanWan?" tanya Yue Hua dengan polosnya.

"Yan Guniang, apa sedang merasa tidak enak badan?"

"Ti-tidak ... lanjutkan saja Ny. Min," jawab Yue Hua.

Ny. Min kembali melanjutkan pembelajaran mengenai etiket istana dalam serta tata upacara pernikahan lengkap dengan hal lainnya. Hanya saja, rasa bosan yang dialami Yue Hua jauh lebih besar daripada keingintahuannya, tidak seperti hari-hari kemarin. Bagi dirinya, pembelajaran seperti ini bisa dilakukan sendiri lewat buku tanpa perlu seorang mentor, karena keberadaan mentor sama halnya dengan menambahkan ramuan tidur dalam makanan.

Namun, tidak ada yang bisa dirinya lakukan, karena mentor diberikan oleh permaisuri langsung dan ini merupakan salah satu aturan yang harus dirinya jalani sebelum pernikahan.

***

WUSH ...!

"Keahlian memanahmu semakin dan semakin membaik," puji Yuan Feng.

"Jarang aku bisa mendapatkan pujianmu."

"Itu bukan pujian untukmu ... melainkan untukku, Taizi."

"Kau semakin dan semakin pandai bergurau sekarang."

Keduanya tertawa dengan busur panah di tangan, satu per satu secara bergantian meluncurkan anak panah runcing, menghunjam bidikan.

"Belakangan ini, aku tidak melihat Lu Ring menemuimu ... berhati-hatilah," ujar Yuan Feng.

"Jika dirinya menargetkan aku, tentu tidak perlu khawatir. Sayangnya, bukan aku targetnya, diriku juga tidak bisa 24 jam selalu melindungi dan bersama Yue Hua."

"Selama dirinya sudah terpilih, tidak ada jalan mundur baginya."

"Kekuasaan ... hal yang paling kejam," gumam Cheng Yuan.

"Persiapkan dirimu dengan apa pun yang akan terjadi, jangan terlalu tenggelam dalam lautan hatimu."

"Tepatnya kau ingin menenangkanku atau tidak?"

"Jangan terlarut dalam mimpi indah palsu, sadar dan terima kenyataan meskipun pahit dan gelap ... tidak ada yang selalu berjalan sesuai kehendak kita sendiri, tapi akan jika itu takdir yang menetapkan," jawab Yuan Feng.

"Perkataanmu, sungguh kejam padaku."

"Sebagai teman tentu aku berharap akan kebahagiaanmu, tapi sebagai bawahanmu, aku harus menyadarkanmu demi kerajaan serta rakyat."

"Jangan khawatir, aku akan menjaga semuanya dengan baik ... apa pun itu termasuk Yue Hua," ujar Cheng Yuan mantap.

Cheng Yuan membidik, mengunci erat titik target dengan binar mata tajamnya, melepaskan panah, melesat dengan cepat tanpa ragu hingga menghunjam tepat sasaran.

Alohomora : The Three Realms (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang