Chapter 52

48 15 151
                                    

Istana tampak masih berpesta, para pelayan dan dayang lengkap dengan para pengawal semua menikmati makanan serta arak yang tersaji pada masing-masing departemen mereka. Sementara Cheng Yuan kini tampak mendatangi kediaman tan hua, berdiri pada halaman depan dengan masih mengenakan pakaian pernikahannya, menatap kosong kediaman yang saat ini gelap tanpa seorang pun.

"Taizi, waktunya mengunjungi kamar Taizifei."

"Yuan Feng, kira-kira ... di mana dia sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia marah padaku?"

"Dia akan baik-baik saja, para keluarganya akan selalu melindungi dari atas sana."

Cheng Yuan menengadah, mengalirkan cairan bening pada kedua sisi terluar matanya. Memejamkan mata layaknya berdoa pada langit berbintang sebelum akhirnya pergi.

Sementara dalam kediaman putri mahkota, tak banyak orang yang terlihat. Hampir di setiap sudut ruangan dipenuhi dengan nuansa merah seutuhnya. Tak terkecuali tempat atau ruangan yang saat ini dihadiri Lu Ring, duduk pada sisi ranjang lengkap dengan tudung merah yang menutupi kepalanya.

"Taizi tiba!!!"

Dari balik tudung, Lu Ring pun tersenyum. Mengalihkan sedikit pandangan ke arah pintu yang akhirnya terbuka, terdengar langkah kaki yang mendekat sebelum akhirnya melihat sepasang sepatu merah berdiri di hadapannya. Namun, tak ada pergerakan apa pun selain sepasang sepatu tersebut berbalik menjauh.

"Ini malam pertama kita, menurut tradisi kau harusnya tetap bersamaku hingga pagi tiba."

"Bersamamu? Sampai pagi ...? Bahkan sedetik saja aku sudah tidak tahan seruangan denganmu," ujar Cheng Yuan sinis.

Lu Ring dengan cepatnya menyingkirkan tudung kepala, melihat Cheng Yuan memunggunginya.

"Kau pikir masih bisa menemukannya? Memberikan posisi Taizifei kembali?!"

"Apa yang seharusnya menjadi miliknya pasti akan kembali dan kau ...! Selaku pencuri akan mendapat ganjarannya." Cheng Yuan berbalik, melempar pandangan lurus dan tajam.

"Nikmati posisimu sekarang ... tapi jangan pernah berpikir atau bahkan membayangkan bahwa diriku akan menjadi milikmu," tambah Cheng Yuan.

"Kita lihat akan seperti apa akhirnya, akankah aku berakhir seperti yang kau katakan atau justru sebaliknya."

Tanpa merespon, Cheng Yuan keluar. Meninggalkan Lu Ring seorang yang geram, menangis. Yuan Feng yang melihat keberadaan Cheng Yuan, seketika menghampiri bersamaan dengan Kasim Chen.

"Taizi, Huangdi memanggilmu di kediamannya," beritahu Kasim Chen.

"Kembali ke kediamanku."

***

Kini, Cheng Yuan tak lagi mengenakan pakaian pernikahan, tiba di kediaman raja bersama dengan Yuan Feng tentunya. Masuk begitu saja yang disambut Kasim Wang.

"Hormat pada Huangdi."

"Maaf memanggilmu malam begini."

"Huangdi justru telah menyelamatkanku," ujar Cheng Yuan.

Raja kemudian meminta Cheng Yuan duduk, memanggil Kasim Wang yang seketika mendekat dengan membawa sebuah kotak kayu persegi empat berukuran kecil. Membukanya yang sontak membelalakkan kedua pasang mata Cheng Yuan. Bahkan, Yuan Feng tampak tak kalah terkejutnya.

"Kuserahkan sepenuhnya otoritasku sebagai Huangdi padamu mulai sekarang."

"Fuqin, apa kesehatanmu semakin memburuk?"

"Jangan khawatir, aku hanya perlu istirahat untuk pulih kembali. Karena itu, selama diriku dalam masa istirahat ini ... kupercayakan padamu untuk mengambil alih."

"Fuqin ... apa aku bisa? Apa aku mampu?" Cheng Yuan jelas ragu akan keputusan ayahnya.

"Anggap saja ini latihan sebelum dirimu benar-benar menjadi Huangdi. Selain itu, aku percaya padamu bukan hanya sebagai Fuqin, tapi juga Huangdi." Menatap yakin dan mantap pada putranya yang masih belum sepenuhnya percaya diri.

"Kuserahkan negara serta rakyat padamu, Yuan'er," tambah raja.

Kasim Wang menyodorkan kotak kayu berisi stempel tersebut, dengan ragu Cheng Yuan mengambilnya. Namun, keraguan itu sirna begitu memandang raja yang tersenyum dengan wajah pucatnya, menepuk bahu Cheng Yuan dengan penuh keyakinan.

***

"Apa benar semalam Taizi tidak tidur bersama Taizifei?"

"Awalnya Taizi datang, tapi dalam hitungan detik keluar lagi dan tak kembali."

"Benarkah?"

"Sudahlah, kita jangan ikut campur."

"Sudah, sudah, kembali bekerja."

Para pelayan bubar. Namun, Lu Ring sudah melihat dan mendengar. Mengurung niatannya mengunjungi kediaman Cheng Yuan yang sudah di depan mata, kembali ke kediamannya dengan penuh amarah bersama seorang dayang pribadinya.

"Taizifei, bagaimana dengan sup ini?"

"Haruskah kau menanyakannya padaku?! Keluar!"

Aku bangun sangat awal untuk membuatkan sup lotus untukmu. Lantas! Inikah yang kudapat darimu?!

Cheng Yuan yang tak tahu-menahu, kini sedang bersama dengan Yuan Feng dan Kasim Chen, berada di atas gerbang masuk istana, melihat raja dan permaisuri lengkap dengan rombongan lainnya meninggalkan istana.

"Masalah siluman, apa yang akan kau lakukan?" tanya Yuan Feng.

"Huangdi memercayakannya padaku. Tentu harus kutuntaskan segera. Yuan Feng! Panggilkan Long Jun dan Wen Rou untuk menemuiku ... segera jika memungkinkan."

Cheng Yuan kembali menatap kepergian rombongan raja, kali ini sangat serius sampai membuat keningnya memunculkan garis-garis kekhawatiran. Saat itu, kanselir yang berada di bawah menengadah, memandang lekat Cheng Yuan.

Di sisi lain, dalam hutan yang di kelilingi bambu. Yue Hua tampak terduduk di teras, mungkin menikmati embusan angin dengan mata terpejam. Paman Ming mendekat, membawa beberapa jenis camilan kue.

"Apa yang kau pikirkan?"

Yue Hua membuka matanya, melihat meja yang tadinya kosong, kini lengkap dengan makanan.

"Zhao Yong, tepatnya siapa dia? Kenapa begitu memaksaku untuk ikut ke alamnya?"

"Biarkan Zhao Yong sendiri yang menjawab pertanyaanmu."

"Paman, apakah itu hal yang buruk?" tanya Yue Hua lagi.

"Jika hal itu bisa membuat hidupmu lebih baik, akankah kau menganggapnya buruk?"

"Jadi ... Paman juga setuju jika aku ikut dengannya?"

"Aku tidak mengatakan setuju atau tidak setuju. Aku hanya ingin kau memikirkan mana yang terbaik untuk hidupmu, jangan dengarkan orang lain ataupun terpengaruh ... melainkan dirimu sendiri yang harus memutuskan."

Embusan lembut angin tiba-tiba menguat, hutan bambu berdesau ribut, cuaca yang cerah tiba-tiba saja mendung. Ditambah lagi suara gagak memenuhi langit dengan udara yang semakin dingin, menciptakan uap putih dari balik mulut.

"Ada apa ini?" gumam Yue Hua.

Berbeda dengan Yue Hua, justru Paman Ming tampak tahu. Dirinya menengadah bahkan tak terkejut begitu mendengar suara gemuruh keras dari langit.

"Apa akan ada badai?" tanya Yue Hua yang dibalas diam oleh Paman Ming.

Gemuruh semakin menjadi-jadi, seolah mengusir hewan-hewan dalam hutan. Saat itulah, kilatan petir menghiasi langit, berdentuman hebat bertubi-tubi.

"Paman, kurasa suara ini bukan dari petir melainkan ...."

"Melainkan ... kota," sela Paman Ming, serius, mengepal erat sebelah tangannya.

Alohomora : The Three Realms (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang