Chapter 4

159 28 261
                                    

Sejauh mata memandang, hanya terdapat tanah keras, gersang serta tandus yang dilengkapi dengan bebatuan yang menjulang tinggi. Tidak terdapat tumbuhan hijau satu pun, bahkan rumput saja tidak. Selain itu, langit tidak terdapat matahari, bulan apalagi bintang. Satu-satunya sumber cahaya yang didapat berasal dari lautan lava cair yang membentang luas lengkap dengan uap panasnya. Lautan ini dikenal dengan sebutan Mogui Xinzang.

(Mogui Xinzang di sini berarti hati/jantung iblis).

"Dari mana kau berasal?" Mengambil daun hijau lalu mengamati sekitar.

"Apa yang kau lakukan? Cepatlah kemari!"

Segera orang yang terlihat seperti pelayan berdiri, memasukkan daun hijau yang didapat pada balik pakaian dadanya lalu berjalan mendekati seorang pria yang ternyata adalah Awen.

"Apa begitu senangnya kau melihat sehelai daun sampai lupa Tn. Zhao Yong sedang menunggu!" tegas Awen.

"Maaf, Tuan."

Awen mengambil nampan dari pelayan, nampan dengan semangkuk cairan kecokelatan layaknya teh lengkap dengan uap panas.

"Pergilah!"

Pelayan segera pergi, meninggalkan Awen yang melihat sambil menggeleng kemudian melangkah masuk ke dalam bangunan.

Jika dilihat secara keseluruhan, bangunan tersebut cukup besar dan uniknya dibangun dengan menggunakan bebatuan berwarna kecokelatan. Bebatuan yang sama dengan bebatuan yang menjulang tinggi di sekitar. Mulai dari tiang penyangga, dinding bahkan atap yang menutupi. Sama halnya dengan pintu yang terbuat dari bebatuan dengan lantai berupa tanah gersang nan keras.

Pada saat memasuki bangunan, akan disambut dengan lorong bercahayakan lilin yang menggantung pada kanan dan kiri dinding. Setelah sekitar 15 langkah, baru akan melihat sebuah ruangan besar yang menjulang tinggi ke atas. Sebuah ruangan yang dipenuhi dengan orang-orang berpakaian hitam merah serta meja-meja dan kursi-kursi batu pada sisi kiri dan kanan ruangan.

Bagian tengah, terdapat panggung bulat yang saat ini sedang diisi dengan pertunjukan tari para wanita cantik, menciptakan keriuhan. Sementara bagian belakang panggung, menjulang beberapa anak tangga. Menampilkan jelas kursi dengan meja panjang terbuat dari pahatan batu dengan ukiran serigala pada sisi kanan dan kiri. Seolah kedua serigala adalah pasangan. Bahkan, terdapat papan nama yang tergantung, bertuliskan 'Aula Mogui'.

"Kalian cepatlah bubar saat aku selesai mengantarkan ramuan pada Tn. Zhao Yong ... jika tidak, tahu akibatnya!"

"Kami mengerti, Awen!" teriak salah satu orang sambil mengangkat botol araknya.

"Benar-benar tidak ada perhatian sama sekali," guman Awen.

Dengan raut tidak suka dan kesal, Awen melangkah ke sisi lain ruangan yang tak jauh dari ruangan ribut tadi. Dirinya kembali melewati lorong sekitar 10 langkah lalu kembali bertemu dengan ruangan besar. Akan tetapi, tidak sebesar dan seramai ruangan sebelumnya.

Dalam ruangan itu, terdapat rak-rak gulungan bambu, meja yang tersedia untuk bermain weiqi serta menikmati teh. Bahkan, terdapat kumpulan pedang pada rak di samping rak gulungan bambu berada.

Dari kejauhan, terlihat Awen mengibaskan satu tangannya pada sebuah batu besar yang berdiri kokoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari kejauhan, terlihat Awen mengibaskan satu tangannya pada sebuah batu besar yang berdiri kokoh. Menyebabkan suara gesekan terdengar dan ruangan baru lainnya terbuka.

"Tuan! Obatmu tiba."

Terlihat seperti kamar pribadi dengan nuansa hitam dan merah memenuhi ruangan. Sebuah ranjang yang terbuat dari batuan datar, cukup untuk tidur dua orang lengkap dengan bantal serta selimut merah. Hampir tidak terdapat hiasan apa pun dalam kamar selain meja dan kursi pada bagian tengah.

Namun, ada satu hal yang mungkin berharga dalam kamar tersebut. Hal itu berupa lukisan wanita yang tergantung indah pada sisi lain ruangan, berhadapan langsung dengan ranjang. Bahkan sekarang pun, Zhao Yong sedang berdiri menatap lukisan tersebut seolah tenggelam sambil menyentuh taring serigala yang menggantung di lehernya.

Sebuah kalung yang sama dengan yang digunakan wanita dalam lukisan, sosok wanita cantik dan muda yang tersenyum, bertuliskan 'Ayong' pada sudut kanan bawah lukisan.

"Tuan!" panggil Awen lagi.

Tidak juga mendapat respon, Awen meletakkan obat di meja lalu memandang prihatin Zhao Yong.

"Jangan memandangku seperti itu, bisakah?"

"Minumlah obatmu selagi hangat," jawab Awen, tersenyum.

Mata hitam dengan tatapan tajam bahkan alis tegas, wajah putih bersih tampan dengan pakaian yang memanjang berwarna hitam pada bagian dalam dan merah gelap pada bagian jubah luar. Pada bagian pinggang, terlilit dengan sabuk keemasan yang memiliki ukiran kepala serigala tepat di tengahnya. Sementara rambut dibiarkan tergerai memanjang, hanya pada bagian sisi kiri dibiarkan terkepang ke belakang seolah untuk menunjukkan daun telinganya.

"Apa di aula sedang ada pesta?"

"Aku akan meminta mereka segera bubar." Awen hendak melangkah pergi.

"Biarkan saja mereka."

Zhao Yong melangkah, mendekati Awen dan mengambil mangkuk ramuan, meneguk habis dalam beberapa kali tegukan lalu duduk.

"Tidak perlu khawatir, aku sudah jauh membaik sekarang."

"Bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Melihatmu yang terluka sangat parah seperti ini."

"Uhuk! Uhukk! Uhukk ...!"

"Lihatlah, apa ini yang namanya membaik?" Awen mengeluarkan sapu tangan, menghapus noda darah pada telapak tangan Zhao Yong.

"Apa kau sudah mendapat informasi mengenai tabib dari Alam Roh itu?"

"Hmm ... dia seorang tabib handal dan sering berpetualang ke alam lain. Jadi ...."

"Cepat temukan dia, gunakan cara apa pun untuk membawanya menemuiku."

"Bagaimana jika mencari tabib lain?"

"Tidak, harus tabib itu ... hanya dia yang bisa mengobati luka dalamku."

"Masalahnya, tabib itu merahasiakan identitasnya. Tidak ada orang yang mengenal atau bahkan melihat wajahnya. Jadi ... sulit untuk menemukannya," ujar Awen.

"Aku harus menemukannya, aku tidak bisa seperti ini terus dan bersembunyi karna terluka. Aku harus segera pulih kembali ....

"... Awen, cari tahu lagi keberadaan tabib itu saat ini ... aku sendiri yang akan menemuinya setelah itu," ujar Zhao Yong.

"Jangan khawatir, serahkan padaku."

Saat Awen meninggalkan ruangan, Zhao Yong kembali ke atas ranjang. Dirinya menyilangkan kedua kaki mengambil posisi meditasi lalu memejamkan mata. Terlihat cahaya kemerahan terpancar dari tubuhnya, memberikan efek embusan angin dalam ruangan yang berhasil menggoyangkan api lilin yang tenang.

Alohomora : The Three Realms (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang