Paviliun Awan Hijau - Alam Langit.
Aroma akar, dedauan serta kayu yang mengering memenuhi ruangan. Botol-botol porselen kecil dengan kain merah yang menyumpal bagian atasnya, tampak tersusun rapi pada meja kayu besar di tengah ruangan yang menyediakan beragam jenis tanaman kering. Terlihat, Long Jun yang sibuk memilah tanaman kering dari satu tempat ke tempat lain. Mengendus sesaat sebelum akhirnya meletakkan ke wadah penyimpanan.
"Apa ada bedanya?"
" ...? "
"Maksudku tanaman atau akar-akar kering itu. Apa benar aroma saja bisa menentukan mana yang siap pakai dan mana yang belum?"
"Tentu, dewa sepertimu tidak akan mengerti walau kujelaskan," ujar Long Jun, tersenyum kecil.
"Apa kau pernah menyesal ... menjadi Dewa Perang?" tanya Ta Hai serius.
" .... "
"Jika waktu berputar kembali, akankah kau memilih jalan yang sama?"
"Tentu, dan aku tidak menyesal dengan keputusanku. Dewa Perang atau Dewa Pengobatan bagiku sama, yang diriku inginkan adalah kehidupan damai dan penuh kebahagiaan serta kemakmuran," jawab Long Jun mantap.
"Kau ingat pertama kali kita bertemu?" tanya Ta Hai.
"Tentu, waktu itu kau sangat kacau, berjiwa bebas dan benci tinggal di Alam Langit yang penuh aturan ... sampai akhirnya dihukum ke Gunung Kunlun untuk mendisiplinkanmu, tapi siapa yang tahu bahwa kau malah menjadikan tempat itu seperti rumah."
"Kau bahkan memohon pada Shifu untuk tidak menghukumku di saat lainnya bungkam, tidak berani," tambah Ta Hai, senyum.
"Sekarang kau adalah Dewa Gunung Kunlun, memiliki ratusan murid serta ribuan pasukan. Siapa yang menyangka dewa pembuat onar akan menjadi seperti sekarang."
Keduanya terkekeh, saling bersulang menikmati teh hangat herbal buatan Long Jun. Menambah aroma yang semakin kuat dalam ruangan.
"Apa kau dengar perselisihan yang terjadi di Laut Timur dengan Klan Duyung?" tanya Ta Hai.
"Biarkan mereka menyelesaikan masalah itu sendiri, selama tidak merugikan alam lain kita tidak akan ikut campur, kecuali keadaan bertambah parah dan mendesak hingga banyak nyawa taruhannya," jawab Long Jun.
"Berharap tidak ada yang mengambil kesempatan di tengah kekacauan." Ta Hai menatap serius Long Jun.
"Berharap, begitu," gumam Long Jun.
TING!
Dentingan cangkir terdengar kuat, menggema bahkan melengking di telinga. Saat itu, cangkir terlepas dari tangan Long Jun. Dirinya tidak mendengar suara apa pun selain dengingan, menjadikan pandangannya kabur yang berakhir kesulitan bernapas seolah dadanya terhantam oleh benda berat.
"Huff! Huff! Huff ...!"
"Long Jun!" Ta Hai mendekat dengan gelisahnya.
"Ada apa? Kau baik-baik saja?" tanya Ta Hai, panik menyerang.
Long Jun mengatur napas, perlahan kondisinya terlihat kembali normal. Segera Long Jun mengambil posisi meditasi, mengosongkan pikiran sejenak hingga segalanya kembali normal. Namun, jauh di balik pasang matanya tersirat akan suatu hal.
"Dia ... itu Zhao Yong, bukan?"
"Tampaknya, akan terjadi sesuatu setelah ini."
Kedua pasang mata melihat cangkir yang pecah. Perasaan khawatir, serius dengan sedikit ketakutan terpancar. Bukan ketakutan dengan apa yang akan terjadi ke depannya, melainkan ketakutan akan hal lain yang akan membuat hitam dan putih bercampur. Menciptakan suasana menjadi abu-abu yang membutakan mata serta hati setiap orang.
"Dia berhasil menyembuhkan lukanya, bukan?" tanya Ta Hai.
"Paman Ming, Zhao Yong pasti sudah bertemu dengannya."
"Setelah ini dia pasti akan bergerak, menargetkan kita sebagai musuh pertamanya," sahut Ta Hai, wajah jelas memperlihatkan banyaknya pikiran.
"Huff ...."
"Apa sehebat itu Paman Ming?" tanya Ta Hai.
"Hmm, dia handal dalam mengobati luka yang berhubungan dengan kerusakan energi, segel, ilmu hitam atau hal-hal lainnya."
"Apa mungkin itu sejenis pengobatan terlarang?"
"Dalam ilmu pengobatan tidak ada yang namanya pengobatan terlarang, tapi jika digunakan untuk hal jahat ... barulah disebut terlarang," jawab Long Jun.
"Untuk orang seperti Paman Ming, akankah dia baik ...? Ingat, bagaimana dulu dia memprovokasi keadaan semasa diri kalian masih manusia."
"Baik dulu atau sekarang, diriku tidak mengerti pikirannya," ujar Long Jun.
"Akankah dia bergabung dengan Zhao Yong, jika hal itu terjadi maka ... Alam Roh, akankah juga ikut?" Ta Hai mendesah dengan semua kemungkinan.
"Selama Paman Ming melarang, aku yakin Zhao Yong tidak akan menyentuh Alam Roh. Selain itu, Alam Roh tidak akan tertarik dengan perseteruan di luar."
"Kau benar."
"Kita harus memantau setiap pergerakan Alam Iblis. Bukan hanya Zhao Yong, tapi juga pengikutnya ... mulai sekarang," tekan Long Jun serius.
Hutan Bambu - Alam Manusia.
Cahaya merah kekuningan berpendar dalam gubuk tua, menjadikan satu-satunya cahaya dalam kegelapan yang mengelilingi saat ini. Terlihat Awen yang berdiri di luar, memandang khawatir ke arah gubuk dengan kedua jari tangan saling bertaut dan kaki yang mondar-mandir berirama dengan suara gesekan dedaunan.
"Eerghh!"
BUKK!
Api lilin menari-nari, siap padam kapan saja seolah menolak memperlihatkan aktivitas yang sedang berlangsung.
Dari bayangan yang terpampang pada dinding, jelas terlihat dua bayangan yang duduk bersila. Satu bayangan yang duduk di belakang tampak mengulurkan kedua tangan ke punggung bayangan satunya. Mengeluarkan cahaya hijau dari balik tangan dan cahaya kebiruan dari tubuh Zhao Yong.
Erangan demi erangan dikeluarkan, keringat dari pelipis keduanya tidak terhindarkan hingga proses memakan waktu selama berjam-jam, membuat Zhao Yong tak sadarkan diri.
Saat itulah, tampak cahaya kebiruan berbentuk bola kecil keluar dari dada Zhao Yong. Melayang lalu melebur, hilang tanpa jejak sedikit pun. Menjadikan Paman Ming terbatuk-batuk dengan napas berat.
"Tuan!" panggil Awen yang baru masuk.
"Paman Ming, bagaimana? Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Awen, khawatir sudah pasti.
Paman Ming mengangguk, bangun melihat Awen yang sibuk mengelap buliran air pada pelipis Zhao Yong, menarik selimut kemudian menghampiri Paman Ming.
"Paman, terima kasih banyak. Berkatmu, Tuan kembali pulih."
" .... "
"Paman, apa kau tahu keberadaan kami di Alam Iblis selama ini?"
"Hmm ... aku tahu."
"Lalu kenapa tidak datang menemui kami? Bahkan aku tidak menyangka tabib misterius itu adalah dirimu."
"Uhuk ... uhukk! Uhukk ...!"
"Tuan, kau sadar? Bagaimana? Apa Tuan baik-baik saja?" Awen menghampiri.
Zhao Yong mengangguk, menandakan bahwa dirinya baik-baik saja lalu mengarahkan pandangan pada Paman Ming. Bangun dari ranjang dengan bantuan Awen, menghampiri Paman Ming dan duduk bersama.
"Kalian bicaralah," ujar Awen, pergi meninggalkan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...