Pagi menyingsing, hutan bambu yang ramai akan suara daun bergesekan menyambut, bayangannya menari-nari di atas permukaan tanah bersamaan dengan bayangan burung-burung yang berterbangan.
"Kau datang." Paman Ming melangkah keluar dari gubuk, memandang seberkas cahaya kemerahan yang baru saja mewujudkan bentuk, Zhao Yong.
"Waktunya kita bergerak." ujarnya yakin, keduanya pun menghilang.
"Bakpau ... bakpau ...!"
"Kemarilah untuk melihat-melihat."
"Sayuran segar, buah segar ...."
"Kemarilah, kemarilah ...!"
"Gong Zi, Guniang, lihat-lihatlah!"
Orang-orang sibuk, memiliki aktivitas serta tujuan masing-masing. Sama halnya dengan sebuah kereta kuda yang tengah melintas, tidak terburu-buru. Anehnya, semua orang tampak memberi jalan, seolah tidak berani berurusan dengan orang yang berada di dalam kereta.
Namun, satu orang ini berbeda dengan orang-orang lainnya yang ada. Dengan berani dirinya berdiri, menghalangi jalan lintas kereta. Tampak seperti seorang pria, berpakaian abu-abu dengan jubah luar hitam, wajah tertutup sebagian oleh kain hitam.
"Minggir ... minggir!" teriak kusir kuda.
Wushh ...!
Blesh!
Bruk!
BRAKKK!!!
Keributan sekitar tak terhindar, orang-orang berlarian menjauh dari lokasi. Sementara kusir kuda kini hanya berupa mayat tak berguna, sama halnya dengan tandu yang hancur terbelah secara horizontal lengkap dengan puing-puingnya berserakan di sekitaran.
"Pengawal, ambil kepalanya!"
Pria misterius melayang mendekat, cepat dan lihai dengan pedang yang siap menggorok leher siapa saja yang menghalangi dirinya untuk membunuh.
TING!
TING!!
Terlihat keempat pengawal kewalahan, mata bergerak sana-sini mencari pria misterius yang bergerak layaknya angin, tak terlihat apa pun selain kilauan pedang yang terpantul sinar mentari.
Blesh ...!
BRUK!
Satu per satu pengawal tergeletak begitu saja, seolah pertarungan yang berlangsung tidak ada perlawanan dan membosankan. Meninggalkan satu orang saja yang tersisa, tak berkutik.
"Siapa yang mengirimmu?" tanya kanselir, pandangan menajam seolah berusaha melihat wajah yang bersembunyi di balik kain hitam itu.
Lagi dan lagi, pria misterius tidak mengatakan apa-apa. Dirinya kembali melayang, memperkuat pegangan pedang, semakin dan semakin dekat dengan target. Tampak mata penuh kebencian, mengunci erat pandangan ke arah leher yang terpampang.
TING!
"Kanselir, biar aku yang melawannya!" teriak seseorang yang entah dari mana datangnya, bergabung begitu saja dalam kekacauan.
Pertarungan di antara keduanya pun tak terhindarkan, tampak lebih menarik dengan gerakan cepat dan lincah, setara. Sementara kanselir hanya diam, terus memerhatikan pria misterius yang ingin membunuhnya.
Berbagai gerakan seperti menghunjam, menggorok, menyayat, memukul atau menendang bahkan melayang tidak membuat keduanya mengurangi kecepatan. Sementara dentingan pedang berbunyi layaknya musik, menghancurkan apa pun yang berada di sekitar menjadi puing-puing.
"Paman, sekarang!"
"Baik!"
Kilauan pedang membutakan mata, melihat peluang, pria misterius menggores lengan lawannya kemudian menatap tajam kanselir, menghampiri dengan kecepatan penuh. Siap untuk menikam sumber kehidupannya.
WUSH ...!"
Pria misterius menoleh ke belakang, sebilah pedang melesat dengan cepat ke arahnya. Sontak dirinya berputar ke udara, menghindar sebelum akhirnya pedang berhasil bertengger tepat di lehernya.
"Katakan, siapa yang mengirimmu?" tanya kanselir.
Pembunuh itu masih diam, memandang tajam kanselir, seperti sedang menyeringai. Tentu, hal itu membuat kanselir semakin murka, siap untuk menggorok pembunuh.
"ARGHH!!!"
Kau pikir semudah itu melukaiku? Mimpi!
Bukannya pembunuh, malah luka goresan menghiasi lengan kiri kanselir, dengan cepat pria misterius menghunus. Namun, berakhir dengan pedang terlepas, terpelanting darinya.
"Menyerahlah." Pedang kembali bertengger dekat lehernya.
"Zhao Yong, kuserahkan padamu sekarang."
"Paman, jangan khawatir, pergilah sekarang."
"Bunuh dia!" titah kanselir, geram.
Zhao Yong dan Paman Ming saling mengangguk, sedikit. Seketika, ledakan terjadi tanpa sebab di sekitar. Saat itulah, Paman Ming meloloskan diri dari tahanan Zhao Yong, berlalu pergi.
"Biarkan saja!" teriak kanselir.
Zhao Yong sontak menghentikan langkah, keduanya pun hanya melihat Paman Ming yang menghilang jauh. Tanpa kanselir sadari, Zhao Yong yang membelakanginya, menyeringai licik.
"Kau siapa? Kenapa menyelamatkanku?"
"Aku Zhao Yong, salah satu orang yang mengagumimu, Kanselir."
"Di saat semua orang membenciku, kau malah mengagumiku?" tanya kanselir, memandang dengan tatapan tak percaya.
"Benar, di mataku kau adalah panutan. Jika tidak, kenapa diriku harus repot-repot membahayakan hidupku untukmu, Kanselir."
Aku tidak bisa percaya dengan mudahnya, tapi tidak ada salahnya menempatkan dirinya di sisiku dengan ilmu bela diri yang dimilikinya itu. Kurasa ....
"Baik, kuberi kau kesempatan bersamaku. Tapi! Jangan harap berpikir untuk menusukku dari belakang, atau kau akan tahu sendiri akibatnya," tegas kanselir.
"Aku tidak akan berani mengkhianatimu, Tuan." Zhao Yong memberi hormat, menundukkan wajahnya yang menyeringai menang. Sama halnya dengan Paman Ming yang mengintai tak jauh.
Sejak itu, Zhao Yong telah berhasil menjadi pengawal kanselir. Dekat dan tinggal di rumahnya, merencanakan rencana berikutnya. Tanpa terasa satu minggu telah berlalu dan kepercayaan kanselir terhadap Zhao Yong semakin besar.
Sementara Zhao Yong menyibukkan diri di alam manusia, kekacauan terjadi pada alam abadi lainnya. Para siluman bergerak dengan liar dan buasnya, membunuh, memakan, menghancurkan, menculik bahkan menggoda para wanita muda dengan wajah samaran.
Hanya Alam Roh yang tidak mengalami hal buruk apa pun. Tentu, ini terjadi berkat Zhao Yong yang memerintahkan Awen untuk melindungi alam tersebut, membuat para siluman enggan mengganggu hingga rumor mengenai Alam Roh yang bekerja sama dengan Alam Iblis beredar.
Namun, Paman Ming tidak melakukan apa-apa dan hari-hari yang dijalani hanya dihabiskan untuk melindungi dan bersama Yue Hua. Baginya, hanya keselamatan dan kebahagiaan Yue Hua yang terpenting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...