Chapter 33

58 14 177
                                    

"Ingat! Aku akan mengawasimu."

***

Zhao Yong mundur beberapa langkah, masih dengan tatapan tajam. Seketika, secarik kertas begitu saja keluar dari balik pakaian Lao Hu, melayang lalu terbakar tanpa bekas.

"Langit akan menghukummu!"

"Aku adalah penentang Langit, bahkan Langit-lah yang menciptakanku. Lantas! Untuk apa takut?"

"Justru dirimu-lah yang harusnya takut, mengaku sebagai orang yang memuja Langit, tapi berkhianat dengan membaca hal yang bukan berdasarkan keinginan Langit! Diriku atau dirimu yang tercela, Tn. Lao, si pria suci dari Departemen Horoskop," tekan Zhao Yong lagi.

Lao Hu hanya terdiam, dirinya memandang patung Buddha yang terduduk megah di tengah ruangan. Tampak air mata menetes, bersujud seolah memohon ampun.

"Lakukan seperti yang kuminta." Zhao Yong melangkah pergi.

"Kenapa ...? Bukankah kau orangnya kanselir. Kenapa bersikap seperti ini?"

"Bukan urusanmu dan ingatlah posisimu sebagai pemuja langit," tekan Zhao Yong tegas.

"Tidak kusangka, makhluk sepertimu yang akan menegurku ... bukan Langit melainkan makhluk gelap."

Zhao Yong kembali melangkah pergi yang berakhir berpas-pasan dengan Cheng Yuan dan Yuan Feng, meliriknya tanpa merasa curiga, berlalu begitu saja.

"Tn. Lao!" panggil Cheng Yuan.

"Hormat pada Taizi."

"Siapa barusan? Kanselir, apa orangnya?"

"Taizi jangan khawatir, aku Lao Hu tidak akan mengikuti perintah siapa pun selain Langit."

"Sudah seharusnya begitu, jadi camkan perkataanmu itu dalam hati bukan hanya sekedar dibicarakan ....

"... Maka aku bisa tenang setelahnya," ujar Cheng Yuan, tampak menekan yang kemudian memandang patung Buddha.

Takdir seperti apa yang akan kuterima sebenarnya?

Cheng Yuan bersujud, membungkukkan tubuhnya sebanyak tiga kali kemudian pergi dengan Lao Hu yang terus memandang.

***

"Guniang, apa butuh sesuatu?"

Yue Hua melepaskan kuas dengan lembaran kertas berhamburan di sekitarnya, kertas dengan lukisan tanaman bunga anggrek serta tan hua. Dirinya mendesah, melihat ke arah pintu yang terjaga.

"Aku hanya ingin istirahat, kau kembalilah."

Dirinya kembali ke kamar, berdiri termenung pada sisi jendela dengan Paman Ming berdiri tepat di belakangnya.

"Kebakaran ... apa ada hubungannya denganmu, Paman?"

"Dia pantas mendapatkannya."

"Tapi keluargaku yang kena imbasnya, Kanselir tidak akan melepaskan masalah ini dengan mudah." Yue Hua berbalik, menatap penuh khawatir.

"Tidak akan terjadi apa pun denganmu."

Yue Hua, dirimu tidak akan hidup menderita seperti Ayong dulu. Setidaknya dalam kehidupan ini, kau pantas hidup lebih baik.

Mogui Xinzang - Alam Iblis.

"Biarkan diriku bertemu Zhao Yong."

"Tuan sedang tidak bisa bertemu siapa pun," jawab Awen.

"Tidak bisa atau tidak ada?"

"Untuk apa kau kemari?" tanya balik Awen, melihat siluman lainnya tepat di belakang Shehan.

"Untuk apa? Tidakkah kau lihat?!"

Hampir seluruh siluman mengalami cedera, menyebarkan bau amis serta busuk. Namun, dalam mata dipenuhi kemarahan, kebencian dan kelaparan. Tentu, Awen tahu apa yang terjadi lewat luka fisik mereka.

"Tidak berguna!"

"Awen, kau jangan lancang seperti itu," tekan Shehan.

"Kalah dari pasukan langit dan sekarang datang kemari, jika tidak berguna lalu apa namanya?"

Geram, Shehan memunculkan begitu saja pedang dari tangannya, mengarahkan pada Awen yang seketika berubah menjadi asap hitam, berpindah ke belakang Shehan.

"Kau pikir bisa melukaiku?"

"Kami butuh daging segar untuk mengobati luka, jika tidak luka ini akan memakan kami hidup-hidup!"

"Tunggulah, akan kubicarakan dulu masalah ini dengan Tn. Zhao," ujar Awen.

"Kami tidak bisa bertahan lebih lama, kuberi kau waktu satu hari. Jika tidak juga, maka aku akan membawa mereka ke Alam Roh atau bahkan ... Alam Manusia," tekan Shehan.

Paviliun Awan Hijau - Alam Langit.

"Kalian semua sudah bekerja keras," ujar Long Jun.

"Kaulah yang paling banyak ikut andil dalam hal ini." Wen Rou mengangkat cangkir tehnya.

"Tapi masalah belum juga berakhir, melainkan masalah baru mungkin akan dimulai."

"Yang Jian, beri waktu buat kita merasa lega sesaat saja," pinta Zhen Xi.

"Takutnya tidak ada waktu untuk itu," balas Yang Jian.

Setiap dari mereka menyesap teh, tampak berpikir dalam dengan hanya mendengar suara lonceng oleh tiupan angin. Sesaat, terasa tenang dan damai. Namun, siapa yang tahu akan ke depannya seperti apa.

"Jika terjadi pergerakan lagi, maka kalian uruslah," ujar Long Jun.

"Bagaimana denganmu?" tanya Ta Hai.

"Aku dan Wen Rou akan datang ke Alam Manusia."

"Menemui Zhao Yong?" tanya Ding Bei.

"Tidak ... menemui orang yang akan didengarkan Zhao Yong. Sekaligus, menghentikan hal lain."

"Hal lain? Hal seperti apa maksudmu?" tanya Ding Bei lagi.

"Hal yang kurasa akan terjadi," gumam Long Jun.

"Jangan khawatir, masalah di sini serahkan pada kami," ujar Ta Hai yakin.

Saat itu, Long Jun dan Yang Jian saling bertukar pandang, bahkan Ta Hai juga Wen Rou. Tampak tahu arah pemikiran Long Jun yang seolah tenang itu. Lain halnya dengan Zhen Xi dan Ding Bei yang hanya menyesap teh, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Alohomora : The Three Realms (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang