"Gantungan giok putih?" gumam Cheng Yuan, meraih benda tersebut.
***
Cheng Yuan tampak berpikir, tersenyum di saat bersamaan. Menggenggam erat gantungan giok berbentuk tan hua kemudian menggantungnya pada bagian pinggang bersamaan dengan hiasan giok putih yang dimilikinya.
(Tan hua itu bunga wijaya kusuma).
"Ayo pergi!" ajak Cheng Yuan, masih dengan senyumnya melangkah pergi meninggalkan toko pakaian tersebut.
"Jangan lupa, wanita dan pernikahanmu sudah ditentukan." Yuan Feng mengingatkan.
"Jika suatu saat kau dijodohkan, apa kau akan menerimanya begitu saja?"
"Terlahir dalam keluarga bangsawan, hidup mewah dan enak ... perjodohan adalah harga yang harus kita bayar," jawab Yuan Feng.
"Yan Yue Hua ...."
"Kenapa? Tiba-tiba penasaran dengannya?" tanya Yuan Feng, ringan.
"Tidak, tentu tidak. Tidak peduli seperti apa dirinya, dia akan segera menjadi istriku. Hidup dalam istana yang sepi dan sesak ... sungguh menyedihkan."
"Cheng Yuan!" panggil seseorang, panggilan yang berhasil menghentikan pembicaraan serius Cheng Yuan dengan Yuan Feng.
"Kenapa bisa bertemu dengannya?" gumam Cheng Yuan, memalingkan wajah tak sukanya akan sosok yang mendekat.
"Lu Guniang," sapa Yuan Feng, hormat.
"Tidak disangka bisa bertemu denganmu di sini." Dengan santainya menggandeng lengan Cheng Yuan.
"Lu Ring lepaskan, tidak baik dilihat orang." Cheng Yuan berusaha melepaskan, melihat ke sekitar. Jelas dirinya risih akan perlakuan Lu Ring.
"Aku tidak peduli." Lu Ring mengait lebih erat.
"Baiklah, jangan salahkan aku jika reputasimu buruk di mata pria lain."
"Kenapa repot-repot memikirkan itu, aku akan berakhir menikahimu juga," ujar Lu Ring, yakin.
"Kau!"
"Baiklah! Mari kita pergi," sela Yuan Feng, menghentikan. Menggeleng saat Cheng Yuan melihatnya, tanda untuk tidak melawan perlakuan Lu Ring.
Berakhirlah, Lu Ring yang menggandeng lengan Cheng Yuan di sepanjang jalan kota. Orang-orang bahkan melihat keduanya dengan tatapan ingin tahu siapa pria yang bersama Lu Ring.
"Bukankah itu putri kanselir?"
"Lihatkah siapa pria itu?"
"Apa mereka pasangan?"
"Entahlah, mungkin benar."
"Pria itu pasti dari keluarga hebat jika tidak, Kanselir tidak mungkin mengizinkan hubungan keduanya."
"Ehh, bukankah putri kanselir harusnya menikah dengan keluarga kerajaan? Bagaimana bisa hal ini terjadi?"
"Entahlah ... sudah lupakan itu bukan urusan kita."
"Kau tidak penasaran?" Paman Ming, mengalihkan pandangan ke hadapannya, mengabaikan obrolan orang-orang di luar sana.
"Paman, itu tidak penting bagiku. Siapa pun prianya tidak ada hubungannya denganku," jawab Yue Hua, menegak tehnya.
Paman Ming mengambil lauk dengan sumpitnya, meletakkan di mangkuk Yue Hua. Melihat wanita itu makan dengan lahap, sontak membuatnya tersenyum.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan keluargamu, jika aku bisa membuat Paman merasa lebih baik ... maka aku bisa menjadi putrimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...