"Benar, seseorang yang akan menjadi kunci atas kejahatan Huangtaihou. Kunci yang akan membawa kehancuran bagi Klan Lu ... satu-satunya saksi nyata."
"Mungkinkah ... cenayang itu?"
Zhao Yong hanya tersenyum, senyuman yang entah bagaimana memuaskan pertanyaan Paman Ming. Keduanya kemudian menghampiri Yue Hua yang sudah beberapa langkah di depan.
Sejak itu, suasana kota sepenuhnya damai dan tentram. Tidak lagi terdengar kekacauan. Hal yang sama juga dialami oleh alam lainnya. Selama masa-masa tenang ini pula, Cheng Yuan memaksimalkan sepenuhnya rencana untuk menjatuhkan kanselir.
Berawal dari pertemuan kembali dengan cenayang hingga saksi lainnya yang hidup bersembunyi, semua diselidiki dengan sebaik mungkin. Diam-diam tanpa sepengetahuan kanselir atau siapa pun. Tentu tidaklah gampang untuk lolos dari pengawasan. Karena itu, Cheng Yuan menjadikan malam hari sebagai waktunya bereaksi. Sedangkan siang hari, dirinya akan berpura-pura sakit yang bahkan Lu Ring sekalipun percaya. Tanpa terasa, satu bulan telah berlalu.
"Uhukk ...! Uhukk!"
"Taizi, minumlah dulu obatnya," pinta Kasim Chen yang menyodorkan semangkuk cairan pekat, segera pula Cheng Yuan mengambil dan meminumnya.
"Yakin bisa mengatasi hari ini?" tanya Yuan Feng yang terkesan santai.
"Ini hanya demam biasa, aku akan sembuh begitu rapat hari ini selesai."
"Terlalu sering berbohong sakit, langit pun sekarang mengabulkannya." Yuan Feng menggeleng-geleng, sedikit terkekeh kemudian.
"Kau ... beraninya mentertawakanku," lirih Cheng Yuan, menatap Yuan Feng yang seketika terdiam, kembali bersikap layaknya bawahan terhadap atasan.
"Baiklah, tidak ada lagi waktu. Taizi, mari bersiap-siap," sela Kasim Chen, memperingati.
Hari yang kunanti tiba, berharap semua sesuai dengan yang kuharapkan. Tn. Yan ... mohon bantu aku dari atas sana, akan kubersihkan nama kalian lalu membawa Yue Hua kembali ke sisiku dari iblis itu.
***
Tepat pada halaman aula istana, satu demi satu menteri kerajaan tiba. Berkumpul dan berbincang sesuai kubuh mereka sebelum akhirnya masuk ke dalam aula, berdiri sesuai dengan tingkatan jabatan masing-masing.
"Taizi tiba!!!"
Setiap orang membungkuk, memberi hormat pada Cheng Yuan yang berjalan masuk, matanya tak lepas sedikit pun dari kanselir hingga dirinya duduk di atas aula, tepatnya pada kursi yang tersedia di depan singgasana raja.
"Bangunlah!" titahnya yakin yang segera diikuti para menteri.
"Taizi, apa kondisimu sudah membaik?"
"Tentu, terima kasih atas kepedulianmu, Kanselir."
Rapat kemudian dimulai, membahas mengenai dana untuk membangun kembali desa-desa yang terkena amukan siluman. Sebelumnya, Cheng Yuan telah memutuskan untuk menaiki jumlah pajak para menteri sesuai dengan kekayaan yang mereka peroleh. Namun, hal itu ditolak mentah-mentah oleh hampir semua menteri yang hadir.
"Jika tidak dengan cara ini, apa kalian akan mengorbankan dana militer?"
"Taizi, tidak!"
"Ini tidak boleh! Itu tidak boleh! Lantas apa yang ingin kalian lakukan?!"
"Taizi, sedari dulu dana militer adalah dana yang terpisah dari dana istana. Tidak boleh digunakan untuk hal di luar militer."
"Kanselir, aku tahu dirimu sudah berpengalaman dalam istana ini, tapi diriku tidaklah bodoh untuk tidak mengetahui hal ini," tekan Cheng Yuan, menatap nyalang.
"Dana kas istana untuk saat ini tidaklah cukup karena pembangunan gedung lainnya di sisi istana. Termasuk salah satunya perbaikan perpustakaan serta pembangunan kediaman Taizifei ... contohnya. Karena itu, salah satu cara yang bisa kupikirkan saat ini adalah dengan menaikkan pajak kalian," tambah Cheng Yuan.
"Taizi, bagaimana jika rakyat ...!" ujar salah satu menteri.
"Sebagai pejabat tidakkah dirimu malu?" potong Cheng Yuan, memberikan tatapan sindiran yang seketika menundukkan wajah menteri tersebut, menelan sisa perkataan yang tak sempat diutarakan.
"Taizi, diriku punya cara lain yang tidak akan melibatkan rakyat. Tidak tahu apakah, Taizi, bersedia mendengarkan?" tanya Kanselir.
"Katakan."
"Kekayaan keluarga Yan serta keluarga istrinya. Kurasa itu akan sangat cukup untuk membantu desa-desa. Selain itu, tidak ada salahnya menggunakan kekayaan para penjahat yang telah diadili, karena kekayaan mereka kini memang milik kerajaan. Bukankah begitu, Taizi?" ucap kanselir seolah menekan.
Cheng Yuan hanya tersenyum dengan para menteri lainnya mengangguk-angguk, setuju. Hanya sedikit saja yang diam dengan wajah tidak setuju.
"Kanselir, tadinya aku tidak ingin membahas masalah ini pada rapat, tapi karena sudah diungkit ... apa boleh buat."
Kanselir tampak tidak suka dengan perkataan Cheng Yuan, tapi wajahnya terus dibiarkan tersenyum. Akan tetapi, mata tampak was-was sepenuhnya. Namun, begitu Cheng Yuan meminta seseorang masuk, saat itu juga mata kanselir tidak lagi was-was, melainkan khawatir.
"Taizi, ini ...?" tanya salah menteri.
"Wanita ini adalah cenayang dan ... dua anak ini adalah adik kandung dari dayang pribadi Yue Hua, WanWan."
"Taizi, kenapa membawa mereka yang tidak ada hubungannya dengan topik rapat?"
"Kanselir, tentu ini ada hubungannya. Jika dirimu terbukti bersalah maka kekayaan keluargamu-lah yang akan disita, menambah kas kerajaan. Bukankah, itu akan membantu desa-desa?"
"Taizi!" Jelas kanselir tidak suka, mengatup rapat gerahamnya dengan pandangan tajam menyala-nyala.
"Aku yakin kalian ingat betul kasus Tn. Yan beserta keluarganya. Hari ini! Aku ingin membersihkan nama mereka!"
Bisik-bisik terdengar, wajah kebingungan, tercengang, suka dan tidak suka semua muncul. Dari sana dapat dilihat mana menteri yang mendukung dan mana yang tidak. Tentu, Cheng Yuan telah mengawasi semua wajah itu.
"Taizi! Kasus itu sudah berakhir di tangan Huangdi sebelumnya, tidak sepantasnya membuka kembali apa yang sudah diakhiri. Apa Taizi bermaksud menentang Huangdi?!"
"Lancang!"
"Taizi! Diriku tidak bermaksud lancang melainkan menyadarkanmu!"
"Diriku memegang otoritas sepenuhnya dari Huangdi. Apa kau tahu arti dari itu, Kanselir?!"
"Taizi memiliki derajat yang sama dengan Huangdi," jawab kanselir dengan menahan amarahnya.
"Jika kau tahu, pantaskah kau menentangku?!" teriak Cheng Yuan yang berdiri menunjuk kanselir.
"Taizi tenanglah!" teriak semua menteri yang seketika bersujud, wajah menatap lantai tak berani melihat Cheng Yuan. Sementara kanselir hanya dapat memejamkan mata dengan kedua rahang mengeras.
"Bangunlah!" teriak Cheng Yuan yang duduk kembali.
Saat itu, Cheng Yuan mengarahkan pandangan pada cenayang. Terlihat, kedua mata cenayang gemetar dengan kedua tangan mengepal erat gaun pakaiannya.
"Katakan! Apa benar Yue Hua yang membayarmu untuk mencelakai Huangtaihou?!"
Entah terkejut atau justru merasa bersalah atau malah ketakutan, cenayang segera bersujud. Mata ragu dan tak beraninya dipaksakan memandang lurus Cheng Yuan.
Jelas-jelas diriku tidak ingin kembali ke kota ini, tapi ... kenapa aku malah kembali dan tertangkap sekarang? Parahnya lagi, diriku bahkan tidak lagi ingat siapa orang yang memintaku pergi dan kembali kemari. Ada apa denganku?
"Katakan! Jika berani berbohong tahu akibatnya," tekan Cheng Yuan, pandangan semakin menajam.
"Akan kukatakan, katakan." Menarik napas, tampak meyakinkan diri. Pada akhirnya, melempar pandangan lebih yakin dari sebelumnya.
"Orang yang menyuruhku tidak lain adalah ... Huangtaihou sendiri," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora : The Three Realms (End)
Fantasy(Sequel Alohomora : The Secret) Kematian merenggut, kehidupan abadi berumur ribuan bahkan sampai ratusan ribu menanti. Namun, kehidupan lalu bagaikan percikan api yang siap berkobar. Kehidupan kacau, keseimbangan pun diuji hingga mendatangkan ujian...